PILIHAN
+
Rektor UIR Prof Syafrinaldi: Mimpi Kami Masih Besar Lagi
Dibaca : 198 Kali
IZI Bersama Kanwil DJBC Riau Berbagi Paket Sembako di Cinta Raja
Dibaca : 197 Kali
PSU Siak Butuh Anggaran Hampir Setengah Miliar Rupiah
Dibaca : 225 Kali
Ketua PWI Riau Raja Isyam Apresiasi PHR Santuni Yatim dan Janda Wartawan
Dibaca : 233 Kali
99 Persen Karhutla Hasil Ulah Tangan Manusia
Doni: Utamakan Pencegahan, Bukan Penanggulangan

Kepala BNPB Letjen (Purn) Doni Monardo pada acara tatap muka dengan pemerhati lingkungan termasuk mahasiswa se Provinsi Riau di Gedung Daerah, Jalan Diponegoro Pekanbaru, Rabu (10/07/2019).
Pekanbaru, Hariantimes.com - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi selama ini 99 persen penyebabnya karena hasil ulah tangan manusia.
Bahkan, ada ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengatakan 100 persen kebakaran tersebut disebabkan manusia.
"Saya katakan 99 persen karhutla yang terjadi disebabkan oleh manusia," tegas
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen (Purn) Doni Monardo pada acara tatap muka dengan pemerhati lingkungan termasuk mahasiswa se Provinsi Riau di Gedung Daerah, Jalan Diponegoro Pekanbaru, Rabu (10/07/2019).
Untuk mengatasi permasalahan ini, tandas Doni, satuan tugas (satgas) pencegahan karhutla harus melakukan pendekatan dan memberikan edukasi kepada masyarakat secara langsung, khususnya bagi mereka yang ada di daerah yang masuk kawasan rawan terbakar. Tujuannya, supaya tidak ada lagi aktivitas membakar lahan dan hutan.
"Apabila sosialisasi larangan membakar lahan dan hutan tidak juga berhasil menyadarkan manusia, maka berapapun anggaran yang akan dikucurkan oleh pemerintah untuk mengatasi karhutla akan sia-sia saja. Karena itu, satgas harus bisa mengajak rakyat dan mempengaruhi mereka supaya tidak mau membakar lagi. Baik itu sengaja, maupun tidak sengaja dan termasuk mereka yang sengaja membakar karena dibayar. Tetapi kalau langkah-langkah ini tidak juga berhasil, maka polisi harus berani menegakkan hukum," tuturnya.
Mantan Danjen Kopassus ini mengingatkan, tahun ini diprediksi kemarau relatif panjang, meski tak seperti 2015 lalu. Karena itu provinsi yang selama ini menjadi langganan Karhutla seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Tengah, Selatan perlu ada persiapan dini.
Terlebih, tanah gambut di Riau memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan daerah lainnya. Gambut di Riau bisa mencapai puluhan meter yang jika terjadi kebakaran akan sulit dipadamkan. Untuk itu, perlu melakukan antispiasi sedini mungkin sebelum terjadinya Karhutla, yakni dengan melakukan pencegahan. Dan pencegahan sangat diutamakan. Mengingat potensi Karhutla terjadi diyakini 99 persen karena ulah manusia. Karena itu, pendekatan bersifat humanis terhadap masyarakat dengan melibatkan tokoh masyarakat, agama dan unsur lainnya.
"Utamakan pencegahan, bukan penanggulangan. Kebakaran ada dua faktor yakni karena alam dan manusia. Berdasarkan hasil kajian dari alam kecil hanya 1 persen. Sementara 99 persen manusia," katanya.
Meski Karhutla 99 persen disebabkan ulah manusia, namun Doni menyebutkan, ulah manusia dimaksud tidak hanya karena adanya pembukaan lahan untuk membuka perkebunan warga secara tradisional. Tetapi juga karena adanya warga yang sengaja dibayar untuk tujuan tertentu.
Doni tak menegaskan siapa yang menyuruh warga membakar lahan termasuk untuk kepentingan apa. Namun dengan dua hal itu diyakini penyebab kenapa persoalan Karhutla di Riau terus berulang setiap tahunnya.
Meski diakui Karhutla di Riau yang dulu pernah beberapa kali sampai ke negara tetangga, kiki sudah mulai bisa diatasi. Tetapi adanya Karhutla yang terus terjadi setiap tahunnya menegaskan cara-cara membakar lahan yang menyebabkan terjadinya Karhutla.
Tercatat sejak awal tahun hingga bulan Juli ini, lahan yang terbakar di Riau sudah mencapai 3.429,89 hektar. Dari ribuan hektar kawasan yang terbakar tersebut, paling luas terdapat di Kabupaten Bengkalis, yakni dengan luas 1.435.83 hektar.(*/ron)
Tulis Komentar