Hari Ini, 441 Jamaah Haji Kloter Pertama Riau Tiba di Pekanbaru
Prosesi Tegak Payung Panji Adat Mewarnai alaman Balai Adat LAMR Riau
Lestarian Warisan Budaya Minahasa, Sanggar Kamang Wangko Woloan Aktif Kembangkan Cerita-Cerita Tradisi dalam Bahasa Tombulu

Sulawesi Utara, Hariantimes.com - Sanggar Kamang Wangko terus menunjukkan komitmen kuat dalam pelestarian warisan budaya Minahasa.
Buktinya, komunitas budaya yang berdomisili di Woloan, Kota Tomohon, Sulawesi Utara ini secara aktif mendokumentasikan dan menghidupkan kembali tradisi lisan Minahasa yang semakin terpinggirkan oleh arus modernisasi.
Beberapa bentuk sastra lisan yang saat ini menjadi fokus utama dokumentasi adalah Sastra Maengket dan Sastra Mahzani, dua warisan budaya Minahasa yang sarat nilai filosofis, historis.dan sosial. Dokumentasi dilakukan melalui rekaman audio-visual, transkripsi teks, serta pertunjukan langsung yang melibatkan generasi muda dan tetua adat.
Selain tradisi lisan, Sanggar Kamang Wangko juga aktif mengembangkan cerita-cerita tradisi dalam bahasa Tombulu, yang merupakan salah satu bahasa daerah di Tanah Minahasa. Pengembangan ini tidak hanya menjadi bagian dari upaya revitalisasi bahasa daerah, tetapi juga bentuk nyata pelestarian bahasa sebagai Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang penting dalam memperkuat identitas lokal.
Lebih dari itu, aktivitas sanggar juga mencakup pelestarian pengetahuan tradisional, seperti pemahaman tentang sistem kekerabatan, filosofi rumah adat Minahasa (walewangko), serta nilai-nilai kehidupan yang diwariskan melalui tuturan lisan. Sanggar turut melibatkan komunitas dalam berbagai pelatihan, diskusi budaya, serta pendokumentasian dalam bentuk buku dan media digital.
Kegiatan-kegiatan tersebut sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, di mana pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan terhadap Objek Pemajuan Kebudayaan menjadi pilar penting pembangunan kebudayaan nasional. Sanggar Kamang Wangko menjadi contoh konkret dari upaya pelestarian yang berbasis komunitas dan partisipatif.
Ketua Sanggar Kamang Wangko, Armando Loho mengatakan, pelestarian OPK merupakan bentuk penghormatan terhadap sejarah dan identitas suku Minahasa.
"Kami percaya bahwa dengan menjaga tradisi, kami tidak hanya merawat masa lalu, tetapi juga menanam harapan untuk masa depan kebudayaan kita," ujarnya.
Sanggar Kamang Wangko terbuka untuk kolaborasi dengan akademisi, pegiat budaya, dan komunitas lainnya, guna memperluas dampak dari gerakan pelestarian budaya ini. Ke depan, mereka juga berencana menerbitkan dokumentasi cerita rakyat Tombulu dalam bentuk buku digital dan podcast berbahasa daerah, serta menginisiasi ruang belajar budaya berbasis komunitas.(*)
Tulis Komentar