• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Home
  • Nasional
  • Riau
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Sportivitas
  • Sosialita
  • Wisata
  • More
    • Pilihan Editor
    • Terpopuler
    • Galeri
    • Advertorial
    • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar
  • #Pilihan
  • #Terpopuler
  • #Advertorial
  • Indeks
PILIHAN +
Nasaruddin Umar: Asia Tenggara Siap Jadi Pusat Peradaban Islam Baru
Dibaca : 170 Kali
STQH XXVIII Kendari, Riau Raih 8 Kejuaraan dan Juara Umum V Nasional
Dibaca : 185 Kali
Versi IndoStrategi, Kemenag Masuk Tiga Besar Kementerian Berkinerja Terbaik
Dibaca : 195 Kali
Kemenkum dan Polda Riau Matangkan PKS Perkuat Akses dan Kesadaran Hukum Masyarakat
Dibaca : 352 Kali
Matangkan Persiapan Pengukuhan Pos Bantuan Hukum, Kakanwil Kemenkum Riau Koordinasi ke BPHN
Dibaca : 345 Kali

  • Home
  • Opini

Sang Penolong

Zulmiron
Ahad, 20 April 2025 20:14:04 WIB
Cetak

Oleh: Syaukani Al Karim (Sastrawan dan budayawan Riau dan Ketua Umum DPH LAMR Kabupaten Bengkalis)

NAMANYA bukan Tengku Kamariah, bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah. Dia bukan keturunan bangsawan,  hanya seorang perempuan jelata. 

Dia tumbuh dalam  keluarga yang terbilang “paria” secara ekonomi. Kondisi itu memacu dirinya untuk bergerak maju, dan berjuang memperbaiki keadaan. Meski bukan bangsawan, namun Dia sepertinya mewarisi semangat dua orang perempuan penting,  dalam sejarah kerajaan Siak Sri Inderapura itu.

Dari Tengku Kamariah, Dia sepertinya belajar, tentang bagaimana mencintai tanah yang memberikannya kehidupan. Belajar tentang mental seorang pejuang, dan keridhaan sorang isteri.  Kita tahu, Tengku Kamariah, bahu-membahu mendampingi suami dalam perang melawan kerajaan Johor, yang merupakan tanah kelahirannya, melawan ayah, abang, dan kakak sendiri, demi kecintaan kepada suami dan tanah Siak.

Baca Juga :
  • Rapat Perdana DPW PAN Riau, Sahidin: Susunlah Program yang Menyentuh Rakyat
  • PerKPU RI Rahasiakan Data Capres dan Cawapres, Zufra Irwan: Itu Keliru dan Penafsiran yang Sesat Terhadap UU KIP
  • Reshuffle Kabinet Prabowo: Ibarat Mandi Safar, Menyucikan Pemerintahan dari Noda Lama

Dari Tengku Agung Sultanah Latifah, Dia sepertinya belajar tentang semangat kemajuan dan keinginan memperbaiki negeri. Apa yang telah dilakukan Tengku Agung Sultanah Latifah, dengan mendirikan Sultanah Latifah School, telah menginspirasi dan memberinya keyakinan, bahwa seorang perempuan, yang tak mustahil pula adalah dirinya, dapat membuat negeri Siak, menjadi negeri yang maju, kuat, dan penuh harapan.

Namanya bukan Tengku Kamariah, dan bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah. Di tengah segala keterbatasannya, Dia, terus membekali diri dengan ilmu, karena Dia percaya bahwa hanya dengan pengetahuan, segala sesuatu akan sampai pada tujuan.

Dia juga meningkatkan diri dengan menulis dan kelihaian literasi, karena Dia pastilah sangat paham dengan ungkapan “verba volant scripta manent”, atau mengetahui ungkapan Melayu yang menyebut bahwa “manusia mati meninggalkan nama”, atau telah memahami pandangan pilsuf Francis Bacon: Usia manusia pendek, tapi manusia dapat memperpanjangnya melalui karya. 

Namanya bukan Tengku Kamariah, dan bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah. Ketika Namanya mulai disebut dalam kontestasi kepemimpinan Siak, banyak yang memuji, dan tak sedikit pula yang mencibir. Dalam sebuah diskusi menjelang petang merembang di cafe “bandar gemintang” [star city], seorang sahabat mengatakan bahwa Dia belum waktunya untuk muncul, karena tembok politik masih terlalu kuat untuk bisa Dia robohkan. Jika Dia gagal, bisa berpengaruh pada karirnya di masa datang.

Kemunculannya dipandang sebagai melawan takdir. Aku tak sependapat dengan itu, karena semua tembok dapat dihancurkan, seperti halnya tembok Konstatinopel di Romawi Timur. Tak ada pula konsep melawan takdir, yang ada adalah bahwa setiap kita berjuang membuat kurva takdir masing-masing.

Namanya bukan Tengku Kamariah dan bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah. Dia menyimak dan menafsir keadaan. Membaca dirinya penuh seluruh, sambil berkelana dalam lorong kisah tentang eksistensi perempuan dalam perjalanan sejarah Siak.

Akhirnya Dia sampai pada sebuah pintu makrifat, bahwa kekuatan utama dari Tengku Kamariah, Tengku Agung Sultanah Latifah, dan juga dirinya, adalah keperempuanannya. Mereka bertiga adalah perempuan, dan perempuan berakar pada kata “empu”, yang bermakna kreator, pengasuh, pemelihara, dan pemulia kehidupan.

Sebagai perempuan dia paham, bahwa dia memiliki kekuatan yang penuh untuk menaklukkan kerasnya kehidupan. Perempuan memang ditakdirkan untuk mementahkan kemustahilan.

Ketika banyak orang meragukan kemampuannya bertarung dalam dunia yang dianggap sangat lelaki, agresif, kejam dan anomi, yaitu politik, Dia memutuskan untuk terus maju.

Dia sepertinya sangat sadar dengan kekuatan dan keranggiannya sendiri. Mungkin dalam hati kecilnya berkata: “Jika kami dapat menyimpan lelaki dalam  rahim dan menghidupinya selama sembilan bulan sepuluh hari, maka kami dapat pula mengalahkannya dalam sebuah pertempuran.”

Saya ingat sebuah kalimat dari bhiksu sastra Hasan Junus, dalam karyanya Burung Tiung Seri Gading, tentang kehebatan perempuan: “Rahasia perempuan gelap bagi lelaki, sebaliknya rahasia lelaki terang bagi perempuan, dan di mata seorang lelaki yang paling garang sekalipun, membayang wajah seorang perempuan”. Dia  sepertinya menyadari itu, bahwa perempuan memenuhi segala unsur “asnaf” politik untuk kuat, untuk bertarung, untuk menang, untuk dirindui dan dicintai.

Namanya bukan Tengku Kamariah, dan bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah. Tapi sebagai perempuan, Dia, sepertinya telah memahami dengan baik, makna  dari kata Cherchez la Femme.  Kalimat Alexandre Dumas [1802-1870], dalam Mohicans of Paris itu, pastilah sudah diselaminya dalam-dalam. Dia, barangkali juga sudah  lama mafhum bagaimana kekuatan seorang perempuan, seperti perempuan  Anne Boleyn [1501-1536] yang mengubah peta kekristenan Eropa dan tradisi monarkhi  Kerajaan Inggris.

Dia juga sadar, bagaimana dengan kecerdasannya, Cleopatra, berhasil menggetarkan Romawi dan memecah-belah triumvirat, atau tentang perempuan Aisyah yang memimpin segugusan lelaki, dalam Ma’rakat al-Jamal [perang unta]. Dia pasti telah mempelajari itu.

Namanya bukan Tengku Kamariah, dan bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah. Namun Dia, memutuskan maju bertarung. Dia maju bukan dengan tempik sorak, melainkan dengan ketajaman senyum, dengan gempita empati, riuh kesahajaan, dan ketinggian akalbudi.

Berbekal semangat, kelembutan, dan doa ibunya, dia mengayak Siak, meninggikan harapan di pucuk-pucuk kemegahan istana, menghilirkan cita-citanya pada arus Sungai Jantan, menjawab setiap hati yang bertanya, dan mengaransemen setiap denting rindu rakyat, menjadi melodi baru yang dapat mencabik-cabik mimpi. Dia berhasil mengokah kesadaran, bahwa masa depan Siak, akan tersulam dengan menenun kembali benang-benang harapan yang terkoyak.

Namanya bukan Tengku Kamariah, dan bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah. Dia, akhirnya memenangkan pertempuran. Ketika orang-orang coba menafikannya, Dia menghadapinya dengan cara seorang perempuan yang ibu: menenangkan, meneduhkan, dan menawarkan keyakinan. Kemenangan ada padanya, pada nilai, ketulusan, dan cara perjuangannya, bukan sekedar pada angka-angka di papan penjumlahan.

Namanya bukan Tengku Kamariah, dan bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah. Kini, Dia, menjadi pemimpin negeri istana itu. Sudah saatnya rakyat Siak bergandeng-tangan dengannya, menjemput Siak baru yang gagah namun tak jumawa, dengan membawa tepak cinta. Rakyat Siak harus menjadi sokong yang tidak membawa rebah. Selebihnya mari  berdoa agar Dia dapat menjadi menjadi penolong dalam kehidupan masyarakat dan bagi kemuliaan negeri. 

Meski dia bukan Tengku Kamariah, dan bukan pula Tengku Agung Sultanah Latifah, namun dia, berpotensi menjadi pelayan dan penolong yang baik, karena sejatinya dia bernama Afni: Seorang Penolong. Sebuah nama yang juga dipakai oleh Muhammad Al Fatih [Avni] ketika meninggikan kejayaan Turki Usmani. Insya Allah, bersama dukungan masyarakat Siak, Dia, akan dapat menjadi Afni yang ‘menjadi”. Wallahu a’lam bissawab.(*)
 


 Editor : Zulmiron

[Ikuti HarianTimes.com Melalui Sosial Media]


HarianTimes.com

Berita Lainnya

  • +

Bhabinkamtibmas Minas Jaya Bripka Rosady Elian Raih Penghargaan Green Policing Award Polda Riau 2025

Temuan dan Evaluasi Beasiswa PKH Siak

Duka atas Kebakaran SMA Negeri 1 Meranti dan Harapan Transparansi

Path-Goal Theory dan Kepemimpinan Akademik: Menuntun Generasi Muda Ekonom Indonesia

Diplomasi Bela Palestina Presiden Prabowo Subianto

Kapolri Mendahului atau “Melawan” Presiden?

Bhabinkamtibmas Minas Jaya Bripka Rosady Elian Raih Penghargaan Green Policing Award Polda Riau 2025

Temuan dan Evaluasi Beasiswa PKH Siak

Duka atas Kebakaran SMA Negeri 1 Meranti dan Harapan Transparansi

Path-Goal Theory dan Kepemimpinan Akademik: Menuntun Generasi Muda Ekonom Indonesia

Diplomasi Bela Palestina Presiden Prabowo Subianto

Kapolri Mendahului atau “Melawan” Presiden?



Tulis Komentar



HarianTimes TV +

Pipa Minyak Blok Rokan di Km 16 Balam, Rohil Bocor, Minyak Mentah Membasahi Hampir Sebagian Badan Jalan

24 Juli 2024
Harlindup, Aktivis Lingkungan Kunni Marohanti Turun ke Jalan Kampanyekan Keadilan Ekologis
05 Juni 2023
Rakernas Berakhir, SMSI Minta Presiden Joko Widodo Tidak Menandatangani Rancangan Perpres Publisher Right
08 Maret 2023
TERKINI +
Nasaruddin Umar: Asia Tenggara Siap Jadi Pusat Peradaban Islam Baru
19 Oktober 2025
STQH XXVIII Kendari, Riau Raih 8 Kejuaraan dan Juara Umum V Nasional
18 Oktober 2025
Versi IndoStrategi, Kemenag Masuk Tiga Besar Kementerian Berkinerja Terbaik
18 Oktober 2025
Kemenkum dan Polda Riau Matangkan PKS Perkuat Akses dan Kesadaran Hukum Masyarakat
17 Oktober 2025
Matangkan Persiapan Pengukuhan Pos Bantuan Hukum, Kakanwil Kemenkum Riau Koordinasi ke BPHN
17 Oktober 2025
Indosat dan Kemen Komdigi Perkuat Ekosistem Registrasi eSIM Digital Berbasis Biometrik
17 Oktober 2025
Soal Pendirian Ditjen Pesantren, Wamenag: Saya Optimistis Hari Santri 2025 Ada Kado Izin
17 Oktober 2025
Tiga Peserta Riau Tembus Final STQH Nasional 2025 di Kendari
17 Oktober 2025
Prof Ardiansah Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Hukum Konstitusi Unilak
16 Oktober 2025
HPN 2026 Disemarakkan dengan Anugerah Kebudayaan PWI untuk Bupati/Walikota
16 Oktober 2025
TERPOPULER +
  • 1 Rapat Perdana DPW PAN Riau, Sahidin: Susunlah Program yang Menyentuh Rakyat
  • 2 LKBH SMSI Riau Gelar FGD Regulasi Pers Indonesia Sebagai Payung Hukum Aktivitas Jurnalistik
  • 3 Musorkablub Pilih Syamsurizal Pimpin KONI Siak Periode 2025-2029
  • 4 Resmikan Dapur SPPG Polres Kampar, Kapolda Riau: Langkah Strategis Mewujudkan Sumber Daya yang Kuat, Sehat dan Berkualitas
  • 5 Dukungan Program Green Policing, Polres Siak Tanam Bibit Pohon di SDIT Muthamainnah
  • 6 Divisi P3H Kanwil Kemenkum Riau BPBD Inhu Samakan Persepsi Susun Ranperda Penanggulangan Bencana dan Kebakaran
  • 7 175 Pengrajin dan Pelaku UMKM Ikuti Literasi Keuangan di Ballroom Menara Lancang Kuning BRK Syariah
  • 8 Tandatangani Kesepakatan Bersama, Dekranasda Riau dan BRK Syariah Bertekad Hadirkan Solusi Finansial
  • 9 Dorong Pertumbuhan Ekonomi Syariah Nasional, Pemerintah Perkuat Sinergi Pusat dan Daerah
Ikuti kami di:
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
HarianTimes.com ©2018 | All Right Reserved