3.538 Visa Jemaah Haji Riau telah Diterbitkan
Saat di Embarkasi Batam, Jemaah Haji Terima Uang Saku Rp3.187.500
Sang Penolong
Pasca PSU, Bahlil: Golkar Kawal Kemenangan Afni-Syamsurizal
Kesedihan di Penghujung Ramadhan

Oleh: Dr Eddy ASnawi
Tanda-tanda kesedihan sudah menyelimuti raut wajah orang shalih. Dari enam bulan yang lalu ramadhan telah dinantikan dan dirindukan kedatangannya, di setiap hari orang shalih mengadahkan tangan bermunajat kepada Allah SWT, berharap dapat berjumpa dengan ramadhan.
Lantas, Allah SWT hadirkan ramadhan. Kedatangannya disambut kegembiraan dan sukacita. Namun seiring perjalanan waktu, hari demi hari sudah berlalu, silih bergantinya siang-malam, kini kegembiraan itu berubah menjadi kesedihan yang mendalam, hitungan waktu hari lagi tersisa bulan ramadhan akan berakhir.
Kisah Rasulullah SAW menunjukkan kesedihan yang begitu mendalam saat akan berpisah dengan ramadhan. Hal itu juga yang dirasakan oleh para sahabatnya. Rasulullah berkata, "Apabila malam terakhir bulan Ramadhan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad SAW."
Kemudian sahabat bertanya tentang musibah apa yang akan menimpa mereka. Rasulullah SAW menjawab, "Perginya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan itu semua doa diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak ." (Diriwayatkan dari Jabir).
Begitu teristimewanya bulan ramadhan, Allah hamparkan untuk ummat Muhammad , bahkan Allah tampakkan kemuliaan ramadhan itu kepada malaikat, langit dan bumi. Sehingga ketika disaat-saat kepergian ramadhan, malaikat, langit dan bumi “tak kuasa menahan tangis”, karena Allah turunkan kemulian-Nya, maka beruntunglah orang-orang yang diangkat derajatnya dan merugilah orang-orang yang menyia-nyiakannya.
Oleh karena itu, Rasulullah berkata "Sekiranya umatku ini mengetahui apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadhan." (HR Ibnu Abbas).
Tidak sedikit para ulama dan orang shalih yang mengungkapkan kesedihan dan tangisan karena perpisahan dengan Ramadhan. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Bagaimana bisa seorang mukmin tidak menetes air mata ketika berpisah dengan Ramadhan. Sedangkan ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi”.
Oleh karena itu menjelang di penghujung ramadhan, hendaklah kita menyempurnakan amal kebaikannya yang tersisa dari ramadhan. Karena yang utama amalan itu dinilai dari akhirnya. Jika hari-hari berlalu tak pernah menjadi pecinta ramadhan. Sungguh kesedihan hati dan derai air mata itu tak pernah akan jatuh ke bumi di penghujung ramadhan. Semoga kesedihan karena perpisahan ini mampu memadamkan api kerinduan yang membakar rasa cinta untuk bersua kembali dengan ramadhan akan datang. Wassalam.(*)
Pekanbaru, 23 April 2022
Tulis Komentar