PILIHAN
+
PHR Dorong Petapahan Jadi Desa Wisata Mandiri dan Berkelanjutan
Dibaca : 112 Kali
Tahun 2025, Tujuh Gedung Kampus Baru akan Dibangun di Unri
Dibaca : 109 Kali
Kampanye di Minas, Fauzan: Kami Optimis Afni akan Jadi Pemimpin Siak
Dibaca : 135 Kali
PHR Goes to Campus 2024, Masa Depan Energi Indonesia Pada Generasi Muda
Dibaca : 129 Kali
Sempat Ajak Kabinda Riau Tidak Berbuat Kasar
Neno: Saya Masih Terus Memikirkan Persekusi Ini
Proses pemulangan Bunda #2019Gantipresiden Hj Neno Warisan ke Jakarta.
Pekanbaru, Hariantimes.com - Sebelum dipulangkan paksa ke Jakarta, Bunda #2019Gantipresiden Hj Neno Warisan menyampaikan pernyataan singkat ke masyarakat Pekanbaru. Neno mengaku dipaksa pulang oleh Kepala Badan Intelejen Nasional Daerah (Kabinda) Riau.
Sebelum meninggalkan Pekanbaru setelah dipersekusi di Bandara Sultan Syarif Kasim II oleh sekelompok massa pro Jokowi, Neno menyempatkan membuat pernyataan singkat melalui rekaman video berdurasi 55 detik.
"Saya sebelumnya sholat dua rakaat dulu, sebelum akhirnya dilakukan pemulangan, dipaksa pulang tepatnya," tutur Neno dengan raut wajah penuh kekecewaan.
Tidak hanya itu, Neno juga sempat mengajak Kepala Badan Intelejen Nasional Daerah (Kabinda) Riau untuk tidak berbuat kasar.
"Teman teman sekalian, akhirnya saya mengajak kepada Kabinda tidak kasar. Sekarang saya menuju pesawat. Dan sekarang kita sudah coba untuk bertahan," ucap Neno dengan wajah kecewa.
Neno sendiri dikabarkan take off dari Pekanbaru menggunakan Lion Air pada pukul 22.30 WIB. Adapun nomor pesawat yang ditumpanginya adalah pesawat penerbangan terakhir, dengan nomor JT 297.
Berikut Tulisan Bunda Neno Warisman:
Saya dijemput sahabat sahabat relawan jam 24.00 an WIB malam setiba di Bandara Suta dan teman-teman mengerti betapa laparnya saya. Mereka mengajak saya makan di restoran Padang Jalan Juanda dan setelah makan saya pulang. Saya masih terus memikirkan persekusi ini.
Luar biasa polisi
Gak bisa mengatasi tdk lebih dari 40 an saja orang dan remaja remaja yang berteriak, naik pagar gerbang dan berjoget jioget, bakar bakar, lempar mineral ke kaca depan mobil Mercy milik dr diana Tabrani yang menjemput saya.
Padahal jumlah aparat beratus ratus banyaknya dan dari beberapa satuan yang berbeda. Anehnya, ketika pun yang aksi di depan gerbang itu sudah capek dan pulang, saya tetap dikurung bahkan dengan police line (dijaga, tapi gak boleh diberi makanan) sampai jam 9 malam saat pesawat akhir pulang dan ternyata pesawat ditahan karena perintahnya adalah saya harus diterbangkan pulang ke Jakarta.
Terbukti dari boarding pass kepulangan yang diberikan, ternyata sudah disiapkan sejak kami datang. Artinya yang seharusnya rahasia nama penumpang dan seterusnya, tidak berjalan.
Bertahan di dalam mobil selama nyaris 7 jam, hingga pukul 21.00 an WIB malam begitu banyak yang terjadi. Tekanan, ancaman tersamar, maupun pemaksaan pemaksaan dan terselip ada juga permohonan dan pendekatan yang manusiawi dari sedikit diantara aparat yang memaksa saya untuk kembali ke bandara.
Ditemani oleh sang pemilik mobil yang rusak pastinya oleh hujan batu yang dilemparkan oleh siapa entah (darimana batu cukup besar besar itu di bandara?)
Bersama dr Diana Tabrani dan Pak Luqman, saya tetap memilih bertahan.
Dua orang dari tim kerja sempat diseret ke polres dan seorang lain saya lihat sendiri dikejar 10 orang dan dikeroyok dan saya hanya dengar seruan Allahu akbar nya berulang ulang sampai punggungnya menempel di kaca mobil.
Lalu ia dibawa
Dan terjadilah hal yang berikut lepas pukul 9, dimana seharusnya pesawat terakhir diberangkatkan. Kabinda datang dengan kasar menggebrak mobil dan berteriak teriak memaksa buka pintu dan menarik paksa satu per satu semua dari mobil. Kecuali saya yang tetap bertahan dan minta pada para polwan berpakaian bebas untuk tidak memperlakukan saya dengan buruk.
Polwan hanya memaksa saya keluar namun tidak kasar. Bahkan beberapa diantara mereka membawa roti dan ingin saya menerimanya. Tapi saya tolak karena bukan roti yang saya inginkan melainkan kebenaran, keadilan, hukum yang tidak digunakan semena-mena.
Beberapa orang meminta saya keluar karena hujan batu yang membuat saya kuatir mobil ibu dr Diana Tabrani akan rusak berat.
Saya tidak suka kekerasan itu. Saya tegas katakan dan tidak perlu paksa saya beberapa kali pada mereka.
Lalu kami dikelabui. Dibawa oleh mobil yang katanya akan mengantar saya ke hotel, namun kenyataannya mereka bawa saya ke pesawat dan sekali lagi kabinda melakukan kekerasan pada para lelaki dan bahkan seorang presidium diseret-seret paksa oleh 5 orang melalui naik tangga sampai ke garbarata.
Di atas garbarata para yang memaksa dengan kasar sampai terseret seret itu minta maaf pada Doktor Balda karena kata mereka kami hanya jalankan tugas. Doktor Balda memaafkan.
Di bawah, Saya masih berusaha hubungi teman teman seperjalanan yg saya khawatir akan keberadaan mereka. Ketika pak Kabinda bersikap kasar sekali lagi pada laki-laki di mobil saya minta dengan tegas agar {ak Kabinda untuk berlaku sopan.
Saya shalat 2 rakaat di dalam mobil.
Lalu setelah selesai saya minta mereka semua yg ada di sana berkumpul membuat lingkaran dan saya pimpinkan doa.
_Kulillahumma_ _Malikal Mulki tu’til mulka mantasyaa_. _Wa tanziul mulka mimantasyaa. Wa tuizzu man tasyaa_ _wa tudzillu man tasyaa biyadikal khoir_
_Innak ala kulli syaiin qodiir.._
Pak Kabinda yang menggebrak-gebrak mobil, berteriak, menarik dan mengatakan tidak sabar menghela kami seperti penjahat saja itu pun, saya doakan.
Semoga Allah menyelamatkan beliau yang telah sangat buruk memperlakukan kami.
Tiba di Jakarta pukul 12 malam saya dijemput oleh sahabat-sahabat relawan yang membawakan lontong isi dan saya senang bisa makan .. dan minum setelah 7 jam di dalam mobil tanpa sesuatu pun.
Di perjalanan pulang saya kembali mengingat rangkaian kejadian persekusi yang saya alami, sambil mengingat kata kata dr Diana Tabrani.
“Kami mbak Neno, Orang Melayu, dan orang Melayu itu amat sangat memuliakan tamu. Mbak Neno tamu saya, tamu kami semua, saya malu di tanah Melayu terjadi hal seperti iniâ€
Sungguh hati beliau sangat mulia seperti alm ayah beliau dr Tabrani yang dikenang dan dihormati.
Terakhir saya tanya, Bagaimanakah kerusakan mobil ini..
Dr Diana Tabrani dan suaminya Pak Luqman, sepakat, mereka katakan itu bukan urusan yang besar. Allahu akbar!
Terakhir saya masih membaca di wag bahwa teman-teman seperjalanan dari Jakarta yang juga tersandera tadi, setelah saya akhirnya naik pesawat, termasuk di dalamnya Mas Sang Alang sang pencipta lagu gantipresiden, mengalami penyerangan dan pengejaran oleh preman preman Flores dn Nias dan sampai saat saya tulis dini hari ini, saya masih mengkhawatirkan mereka. Semoga Mereka selamat.(*/ron)
Sebelum meninggalkan Pekanbaru setelah dipersekusi di Bandara Sultan Syarif Kasim II oleh sekelompok massa pro Jokowi, Neno menyempatkan membuat pernyataan singkat melalui rekaman video berdurasi 55 detik.
"Saya sebelumnya sholat dua rakaat dulu, sebelum akhirnya dilakukan pemulangan, dipaksa pulang tepatnya," tutur Neno dengan raut wajah penuh kekecewaan.
Tidak hanya itu, Neno juga sempat mengajak Kepala Badan Intelejen Nasional Daerah (Kabinda) Riau untuk tidak berbuat kasar.
"Teman teman sekalian, akhirnya saya mengajak kepada Kabinda tidak kasar. Sekarang saya menuju pesawat. Dan sekarang kita sudah coba untuk bertahan," ucap Neno dengan wajah kecewa.
Neno sendiri dikabarkan take off dari Pekanbaru menggunakan Lion Air pada pukul 22.30 WIB. Adapun nomor pesawat yang ditumpanginya adalah pesawat penerbangan terakhir, dengan nomor JT 297.
Berikut Tulisan Bunda Neno Warisman:
Saya dijemput sahabat sahabat relawan jam 24.00 an WIB malam setiba di Bandara Suta dan teman-teman mengerti betapa laparnya saya. Mereka mengajak saya makan di restoran Padang Jalan Juanda dan setelah makan saya pulang. Saya masih terus memikirkan persekusi ini.
Luar biasa polisi
Gak bisa mengatasi tdk lebih dari 40 an saja orang dan remaja remaja yang berteriak, naik pagar gerbang dan berjoget jioget, bakar bakar, lempar mineral ke kaca depan mobil Mercy milik dr diana Tabrani yang menjemput saya.
Padahal jumlah aparat beratus ratus banyaknya dan dari beberapa satuan yang berbeda. Anehnya, ketika pun yang aksi di depan gerbang itu sudah capek dan pulang, saya tetap dikurung bahkan dengan police line (dijaga, tapi gak boleh diberi makanan) sampai jam 9 malam saat pesawat akhir pulang dan ternyata pesawat ditahan karena perintahnya adalah saya harus diterbangkan pulang ke Jakarta.
Terbukti dari boarding pass kepulangan yang diberikan, ternyata sudah disiapkan sejak kami datang. Artinya yang seharusnya rahasia nama penumpang dan seterusnya, tidak berjalan.
Bertahan di dalam mobil selama nyaris 7 jam, hingga pukul 21.00 an WIB malam begitu banyak yang terjadi. Tekanan, ancaman tersamar, maupun pemaksaan pemaksaan dan terselip ada juga permohonan dan pendekatan yang manusiawi dari sedikit diantara aparat yang memaksa saya untuk kembali ke bandara.
Ditemani oleh sang pemilik mobil yang rusak pastinya oleh hujan batu yang dilemparkan oleh siapa entah (darimana batu cukup besar besar itu di bandara?)
Bersama dr Diana Tabrani dan Pak Luqman, saya tetap memilih bertahan.
Dua orang dari tim kerja sempat diseret ke polres dan seorang lain saya lihat sendiri dikejar 10 orang dan dikeroyok dan saya hanya dengar seruan Allahu akbar nya berulang ulang sampai punggungnya menempel di kaca mobil.
Lalu ia dibawa
Dan terjadilah hal yang berikut lepas pukul 9, dimana seharusnya pesawat terakhir diberangkatkan. Kabinda datang dengan kasar menggebrak mobil dan berteriak teriak memaksa buka pintu dan menarik paksa satu per satu semua dari mobil. Kecuali saya yang tetap bertahan dan minta pada para polwan berpakaian bebas untuk tidak memperlakukan saya dengan buruk.
Polwan hanya memaksa saya keluar namun tidak kasar. Bahkan beberapa diantara mereka membawa roti dan ingin saya menerimanya. Tapi saya tolak karena bukan roti yang saya inginkan melainkan kebenaran, keadilan, hukum yang tidak digunakan semena-mena.
Beberapa orang meminta saya keluar karena hujan batu yang membuat saya kuatir mobil ibu dr Diana Tabrani akan rusak berat.
Saya tidak suka kekerasan itu. Saya tegas katakan dan tidak perlu paksa saya beberapa kali pada mereka.
Lalu kami dikelabui. Dibawa oleh mobil yang katanya akan mengantar saya ke hotel, namun kenyataannya mereka bawa saya ke pesawat dan sekali lagi kabinda melakukan kekerasan pada para lelaki dan bahkan seorang presidium diseret-seret paksa oleh 5 orang melalui naik tangga sampai ke garbarata.
Di atas garbarata para yang memaksa dengan kasar sampai terseret seret itu minta maaf pada Doktor Balda karena kata mereka kami hanya jalankan tugas. Doktor Balda memaafkan.
Di bawah, Saya masih berusaha hubungi teman teman seperjalanan yg saya khawatir akan keberadaan mereka. Ketika pak Kabinda bersikap kasar sekali lagi pada laki-laki di mobil saya minta dengan tegas agar {ak Kabinda untuk berlaku sopan.
Saya shalat 2 rakaat di dalam mobil.
Lalu setelah selesai saya minta mereka semua yg ada di sana berkumpul membuat lingkaran dan saya pimpinkan doa.
_Kulillahumma_ _Malikal Mulki tu’til mulka mantasyaa_. _Wa tanziul mulka mimantasyaa. Wa tuizzu man tasyaa_ _wa tudzillu man tasyaa biyadikal khoir_
_Innak ala kulli syaiin qodiir.._
Pak Kabinda yang menggebrak-gebrak mobil, berteriak, menarik dan mengatakan tidak sabar menghela kami seperti penjahat saja itu pun, saya doakan.
Semoga Allah menyelamatkan beliau yang telah sangat buruk memperlakukan kami.
Tiba di Jakarta pukul 12 malam saya dijemput oleh sahabat-sahabat relawan yang membawakan lontong isi dan saya senang bisa makan .. dan minum setelah 7 jam di dalam mobil tanpa sesuatu pun.
Di perjalanan pulang saya kembali mengingat rangkaian kejadian persekusi yang saya alami, sambil mengingat kata kata dr Diana Tabrani.
“Kami mbak Neno, Orang Melayu, dan orang Melayu itu amat sangat memuliakan tamu. Mbak Neno tamu saya, tamu kami semua, saya malu di tanah Melayu terjadi hal seperti iniâ€
Sungguh hati beliau sangat mulia seperti alm ayah beliau dr Tabrani yang dikenang dan dihormati.
Terakhir saya tanya, Bagaimanakah kerusakan mobil ini..
Dr Diana Tabrani dan suaminya Pak Luqman, sepakat, mereka katakan itu bukan urusan yang besar. Allahu akbar!
Terakhir saya masih membaca di wag bahwa teman-teman seperjalanan dari Jakarta yang juga tersandera tadi, setelah saya akhirnya naik pesawat, termasuk di dalamnya Mas Sang Alang sang pencipta lagu gantipresiden, mengalami penyerangan dan pengejaran oleh preman preman Flores dn Nias dan sampai saat saya tulis dini hari ini, saya masih mengkhawatirkan mereka. Semoga Mereka selamat.(*/ron)
Tulis Komentar