• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Home
  • Nasional
  • Riau
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Sportivitas
  • Sosialita
  • Wisata
  • More
    • Pilihan Editor
    • Terpopuler
    • Galeri
    • Advertorial
    • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar
  • #Pilihan
  • #Terpopuler
  • #Advertorial
  • Indeks
PILIHAN +
Riau Petroleum Rokan Raih Penghargaan Excellence Humas dan Keterlibatan Publik
Dibaca : 163 Kali
Teza Darsa: Mari Terus Bergandeng Tangan Mewujudkan Riau Bermarwah
Dibaca : 171 Kali
Go Live Like a Pro, IM3 Ajak Mahasiswa Unri Berkarya di Dunia Digital
Dibaca : 178 Kali
Kadin Riau akan Gelar Rapimprov 2025, Kholis Romli: Jadi Forum Strategis bagi Dunia Usaha
Dibaca : 254 Kali
Besok, SMSI Riau Persembahkan Anugerah Bergengsi Media Siber 2025
Dibaca : 269 Kali

  • Home
  • Politik

Intelektualitas Versus Elektabilitas

Redaksi
Senin, 18 Februari 2019 19:24:23 WIB
Cetak

Oleh: Bagus Santoso, Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau

Demokratisasi yang sudah berlangsung 20 tahun di negeri ini sejatinya sudah melahirkan warga negara yang konsisten mempertahankan ciri warga negara demokratis yang harus bersuara dan tidak boleh diam ketika melihat dan merasakan ada ketidakadilan. 

Sebagaimana kata Robert Dahl, bahwa “warga negara yang diam akan menjadi racun bagi demokrasi dan menjadi berkah bagi pemerintahan otoriter yang korup”. 

Namun faktanya, masih banyak warga negara lebih memilih diam dan hanya mampu menggerutu walau melihat dan merasakan adanya ketidakadilan dalam masyarakat.

Demokrasi itu, "Menggeleng bukan mengangguk," kata Rocky Gerung seorang dosen yang kini namanya lagi kesohor di media sosial.

Artinya, multivitamin demokrasi adalah suara kritis dari warganya, khususnya kaum intelektualnya dalam menjaga tata kelola pemerintahan yang bersih.

Menuju Pemilu 2019 yang hanya diikuti dua pasangan calon presiden, serta merta menguatkan polarisasi pendukung menjadi dua kubu. Fakta kemudian menunjukkan polarisasi dua kubu ini semakin tajam menukik saling menyerang dan memojokkan untuk memperebutkan elektabilitas. 

Kekhawatiran pun muncul karena pola serangan pendukung kedua kubu di ruang-ruang publik tidak jarang menggunakan narasi-narasi rendahan yang tidak mengandung nilai-nilai pendidikan politik, tetapi sebaliknya saling menyerang, mengejek, melecehkan, mengarah fitnah yang terkadang merampas akal sehat.

Kalau polarisasi kedua pendukung yang semakin memanas ini dibiarkan, bisa jadi meracuni tumbuh kembangnya demokrasi  yang sehat. Karena itulah, kaum intelektual yang bercirikan argumentasi akal sehat harus berdiri di tengah-tengah kedua kubu pendukung untuk meluruskan demokrasi tetap berjalan di atas rel kebenaran tanpa di rusak oleh narasi-narasi kelas teri mengarah ke fitnah demi meraih elektabilitas.

Seorang Rocky Gerung menyadari benar bahwa yang paling membahayakan masa depan suatu bangsa adalah ketika orang-orang terdidiknya larut dalam pusaran propaganda politik demi elektabilitas atas nama bonus jabatan, walau harus mengingkari nilai-nilai intelektualitasnya. Menurutnya negara ini didirikan untuk menumbuhkan intelektualitas dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Namun suasana pemilihan presiden yang tinggal dua bulan ini menunjukkan kecenderungan intelektualitas dikepung dan dikelilingi elektabilitas. Atas nama elektabikitas, gerakan intelektualitas yang menggunakan narasi-narasi indah mencerdaskan terancam kembali dikungkung kalau tidak senapas dengan penguasa. 

Kebebasan berpendapat kembali mendapat lampu kuning dari UU ITE, mengingatkan jaman Orde Baru yang melumpuhkan gerakan intelektualitas anak-anak bangsa dengan senjata UU Subversif.
Mungkin karena memilih menggeleng dengan narasi-narasi kritisnya, Rocky Gerung kemudian diperiksa polisi atas tuduhan menyebut kitab suci fiksi. 

Saya jadi teringat kepada Pierre Bourdieu intelektual Perancis, Antonie Gramsci intelektual Italia, dan Edward W Said yang menemukan momentum intelektualnya di Inggris. Ketiganya adalah intekektual sejati yang konsisten melakukan peran atas tanggungjawab sosial terhadap pengetahuan, skill, dan kemampuan lebih yang dimilikinya dalam menghadapi beberapa persoalan di negerinya. 

Ketiganya pemikir kritis yang meninggalkan zona nyaman di kampus untuk terjun langsung dalam geliat perlawanan terhadap praktik dominasi dan hegemoni rezim penguasa yang dianggap menindas, baik secara pemikiran maupun secara fisik. 

Ketiganya pun akhirnya ditangkap oleh rezim dan menjadikan penjara sebagai "rahim" karya besarnya.

Kalau kemudian kaum terdidik umumnya membisu dan hanya mampu menggerutu tanpa berbuat apa-apa dalam menyikapi kebijakan pemimpin yang berpotensi merugikan daerah dan negara, terus pers berlomba-lomba tengkurap nyungsep atas nama kapitalis, kemudian intelektualitas kembali dikungkung atas nama elektabilitas, maka itulah tanda-tanda demokrasi akan mendapat serangan jantung.
Kerana itu, kepada kaum intelektual bersuaralah, bergeraklah menggunakan akal sehat. Sehatkan kembali demokrasi yang sudah terkontaminasi dengan narasi-narasi picisan dan logical fallacy. 

Dari titik inilah statement Rocky Gerung menarik direnungi, karena mungkin ada benarnya bahwa "akal sehat adalah satu-satunya mata uang yang berlaku dalam perdebatan politik, bukan elektabilitas atau nomor rekening". 

Statement Rocky Gerung ini menjadi menarik dan penting, karena Yudi Latif dalam bukunya "Negara Paripurna (Historitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila)" menjelaskan bahwa "kesalahan menajemen kekuasaan di beberapa titik dapat menimbulkan retak-retak pondasi kebangsaan".(*)


[Ikuti HarianTimes.com Melalui Sosial Media]


HarianTimes.com

Berita Lainnya

  • +

Rapat Perdana DPW PAN Riau, Sahidin: Susunlah Program yang Menyentuh Rakyat

PerKPU RI Rahasiakan Data Capres dan Cawapres, Zufra Irwan: Itu Keliru dan Penafsiran yang Sesat Terhadap UU KIP

HUT Bawaslu, Abdul Wahid: Saya Adalah Pemimpin yang Tidak Mau Menciderai Demokrasi dengan Money Politic

KPU Siak Tetapkan Dr Afni-Syamsurizal Sebagai Bupati Terpilih

MK Tolak Gugatan Sugianto, Afni-Syamsurizal Tetap Bupati dan Wakil Bupati Siak Terpilih

Drama Pilkada Siak Usai, Afni: Mari Kita Bersatu dan Berkolaborasi

Rapat Perdana DPW PAN Riau, Sahidin: Susunlah Program yang Menyentuh Rakyat

PerKPU RI Rahasiakan Data Capres dan Cawapres, Zufra Irwan: Itu Keliru dan Penafsiran yang Sesat Terhadap UU KIP

HUT Bawaslu, Abdul Wahid: Saya Adalah Pemimpin yang Tidak Mau Menciderai Demokrasi dengan Money Politic

KPU Siak Tetapkan Dr Afni-Syamsurizal Sebagai Bupati Terpilih

MK Tolak Gugatan Sugianto, Afni-Syamsurizal Tetap Bupati dan Wakil Bupati Siak Terpilih

Drama Pilkada Siak Usai, Afni: Mari Kita Bersatu dan Berkolaborasi



Tulis Komentar



HarianTimes TV +

Pipa Minyak Blok Rokan di Km 16 Balam, Rohil Bocor, Minyak Mentah Membasahi Hampir Sebagian Badan Jalan

24 Juli 2024
Harlindup, Aktivis Lingkungan Kunni Marohanti Turun ke Jalan Kampanyekan Keadilan Ekologis
05 Juni 2023
Rakernas Berakhir, SMSI Minta Presiden Joko Widodo Tidak Menandatangani Rancangan Perpres Publisher Right
08 Maret 2023
TERKINI +
Riau Petroleum Rokan Raih Penghargaan Excellence Humas dan Keterlibatan Publik
31 Oktober 2025
Teza Darsa: Mari Terus Bergandeng Tangan Mewujudkan Riau Bermarwah
31 Oktober 2025
Go Live Like a Pro, IM3 Ajak Mahasiswa Unri Berkarya di Dunia Digital
31 Oktober 2025
Kadin Riau akan Gelar Rapimprov 2025, Kholis Romli: Jadi Forum Strategis bagi Dunia Usaha
30 Oktober 2025
Besok, SMSI Riau Persembahkan Anugerah Bergengsi Media Siber 2025
30 Oktober 2025
Subsidi dan Teknologi, Kunci Menjaga Stabilitas Pangan di Tengah Mahalnya Biaya Input Pertanian
30 Oktober 2025
Kuartal Ketiga, Indosat Ooredoo Hutchison Catat Kinerja yang Tangguh
30 Oktober 2025
UIR Raih Peringkat Pertama Pengelolaan Medsos dan Peringkat Laman Terbaik
30 Oktober 2025
Massif Lakukan Pengeboran, APGWI Capai Produksi Tertinggi Sejak Kelola Blok West Kampar
30 Oktober 2025
Jamin Perlindungan yang Efektif, PWI Pusat Usulkan Pembentukan Protokol Nasional Perlindungan Wartawan
29 Oktober 2025
TERPOPULER +
  • 1 Workshop Internasional, Fakultas Teknik Unilak Hadirkan Narasumber dari Université de Lille, Prancis
  • 2 Musisi Ternama Ibukota Hibur Pengunjung SampoernaFest di Pekanbaru
  • 3 Perkuat Komitmen Literasi Keuangan, Bank Sahabat Sampoerna Hadirkan SampoernaFest di Pekanbaru
  • 4 Indosat Ooredoo Hutchison Rangkul Potensi Anak Muda Melalui Indonesia Creator Hub
  • 5 Bawa Efek Domino Ekonomi di Daerah, PWI Pusat Matangkan Persiapan HPN 2026
  • 6 Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unri akan Gelar PRB, Dr Darmadi: Kami Ingin Tanamkan Semangat Ilmiah
  • 7 Khususnya di Wilayah Kerja West Area, Produksi Minyak Mentah BSP Naik 900 bph
  • 8 Luncurkan Program Rumah Rakyat di Dayun, Bupati Siak Afni Terima Berbagai Pengaduan Masyarakat.
  • 9 SKK Migas dan PHR Tegaskan Komitmen Transparansi, Sinergi dan Keadilan bagi Provinsi Riau
Ikuti kami di:
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
HarianTimes.com ©2018 | All Right Reserved