Polres Siak Kenalkan Tagline BERSIH
Dalil Gugatan Alfedri-Husni Mengada-ngada, Berpotensi Ditolak MK
Komisi II DPRD Kampar Usulkan Solusi Soal TKS Bidang Kesehatan
Pacu Jalur Bangkitkan UMKM di Kuansing, Perputaran Uang Capai Rp97 Miliar
Ditulis Oleh: Zulmiron (Wartawan Hariantimes.com)
PEMERINTAH telah menetapkan Pacu Jalur sebagai bagian integral dari Warisan Budaya Nasional Tak Benda Asli Indonesia dan juga menjadikan Pacu Jalur menjadi agenda pariwisata nasional Kharisma Event Nusantara (KEN).
Bahkan, Festival Pacu Jalur masuk ke dalam 10 besar terbaik 10 TOP KEN tahun 2024. Masuknya Festival Pacu Jalur dalam 10 TOP KEN 2024 tentunya akan berdampak positif dalam menggeliatkan ekonomi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif di Kabupaten Kuansing.
"Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi. Dan kami berharap, Kemenparekraf terus konsisten ikut mempromosikan event budaya Pacu Jalur. Semoga, tahun depan event pariwisata yang masuk KEN semakin bertambah agar pelestarian budaya Pacu Jalur di Kuansing terus meningkat, baik itu partisipasi jalurnya dan kunjungan masyarakatnya," sebut Bupati Kuantan Singingi (Kuansing) Suhardiman Amby saat menerima peserta Lomba Karya Tulis Jurnalistik (LKTJ) Raja Ali Kelana, Jumat (07/06/2024).
Disebutkan Bupati, , Festival Pacu Jalur mampu menyedot jutaan orang. Mereka berasal dari kalangan pedagang luar daerah, masyarakat Kuansing yang kembali dari perantauan, hingga wisatawan lokal dan mancanegara. Hal ini sebagai bentuk kecintaan masyarakat terhadap budaya Pacu Jalur itu sendiri.
"Di samping melestarikan budaya, kita berharap animo masyarakat terhadap budaya Pacu Jalur terus meningkat. Semakin ramai orang yang berkunjung, maka akan berpengaruh pada peningkatan perekonomian masyarakat," harap Suhardiman Amby yang akrab disapa dengan Datuk Panglimo Dalam itu.
Pada mulanya, ungkap Suhardiman Amby, perahu jalur merupakan sarana transportasi menyusuri Sungai Batang Kuantan dari Hulu Kuantan hingga ke Cerenti di muara Sungai Batang Kuantan. Karena saat itu transportasi darat belum berkembang.
“Jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa untuk mengangkut hasil bumi seperti buah-buahan lokal dan tebu. Selain itu, berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 hingga 60 orang per perahu,” ungkap Suhardiman Amby sembari mengungkapkan Pacu Jalur pada masa penjajahan Belanda digelar untuk memeriahkan perayaan adat.. Secara spesifik, Pacu Jalur digunakan sebagai pemeriah untuk memperingati hari lahir Wilhelmina (Ratu Belanda) yang jatuh pada tanggal 31 Agustus.
“Pacu Jalur juga diselenggarakan oleh untuk memperingati hari-hari besar umat Islam seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, atau bahkan untuk merayakan Tahun Baru Islam. Selanjutnya setelah kemerdekaan Indonesia, festival ini semakin berkembang, diselenggarakan untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia,” ungkap Suhardiman Amby seraya mengatakan, tradisi pacu jalur ini telah dikenal dunia lewat berbagai eskpose yang dilakukan wartawan maupun pemerintah.
“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beber Suhardiman Amby, perputaran uang selama kegiatan Festival Pacu Jalur berlangsung mencapai Rp97 miliar. Bagaimana tidak, kata Bupati, contoh sederhana, dalam event yang belangsung lima hari itu terdata total jumlah penonton bisa mencapai 1 juta orang. Bayangkan bila mereka belanja per orang saja Rp50.000 pada kegiatan itu, maka ada Rp50 miliar dana berputar di event itu,” ungkap Bupati.
Bupati menjelaskan, pada pacu jalur hari pertama tahun 2023 terdata jumlah penonton di Tepian Narosa Teluk Kuantan berkisar 600 sampai 700 orang. Sedangkan menjelang puncak final pacu jalur, jumlah penonton tercatat berkisar 400 sampai 500 orang setiap harinya.
“Tradisi ini sangat membantu meningkatkan ekonomi dan membangkitkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Kuansing,” sebut Suhardiman Amby.
Ritual Membuat Jalur
Pacu Jalur merupakan event yang menjadi kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi. Lantas bagaimana proses pembuatan perahu jalurnya? Membuat jalur ternyata tidak mudah. Banyak ritual untuk membuat satu jalur. Mulai dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai selalu diiringi oleh ritual-ritual magis.
Kepada Hariantimes.com yang melihat langsung proses pembuatan perahu jalur di Desa Kampung Baru Sentajo Kecamatan Sentajo Raya, Kabupaten Kuantan Singingi, Jumat (07/06/2024), Maran (54), warga Pulau Panjang menuturkan, pohon kayu untuk pembuatan jalur diambil dari Rimbo Larangan. Dan pohon kayu yang dipilih bukan kayu sembarangan. Kriteria kayu yang akan dijadikan jalur dilihat dari ukuran besarnya, panjangnya dan terakhir persetujuan dari masyarakat.
“Sebelum pohon kayu ditebang, terlebih dahulu dilakukan ritual doa oleh tokoh adat. Setelah itu, pohon kayu ditebang dan selanjutnya ditarik ke kampung. Untuk menarik kayu ke kampung membutuh waktu tiga hari dengan menggunakan kendaraan alat berat,” sebut Maran.
Setelah kayu ditarik ke kampung, sambung Maran, selanjutnya dilakukan proses pembuatan jalur yang dikerjakan oleh empat sampai lima orang. Proses pengerjaannya paling lambat 10 hari dan paling cepat satu minggu,” katanya.
Masih di tempat yang sama, tukang jalur yang sudah terkenal dari Inuman, sebuah kecamatan di Kuansing, Khaerun (63) menuturkan, untuk mencari kayu dengan ciri-ciri di atas memanglah sangat sulit. Tidak hanya besar dan panjang, kayu untuk pembuatan jalur juga tidak sembarangan. Kayu harus memiliki batang yang padat tidak memiliki batang yang busuk. Selain itu, kayu jalur tidak boleh memiliki tekstur terlalu keras dan terlalu lunak. Jika jalur keras, maka jalur yang akan digunakan tidak akan laju. Jika terlalu lunak, maka jalur akan cepat lapuk.
“Pembuatan jalur paling cepat memakan waktu dua minggu,” sebut Khaerun sembari mengayunkan kapaknya membersihkan sisa-sisa kulit Kayu Meranti yang belum lama diambil dari hutan lindung desa. Karena itu itu, Khaerun bersama 4 pekerja lainnya sedang mendapat ‘proyek’ pembuatan jalur baru Desa Kampung Baru Sentajo Kecamatan Sentajo Raya, Kabupaten Kuantan Singingi. Karena jalur yang lama sudah banyak rusak dan dianggap tak layak lagi berpacu di arena tepian Narosa Teluk Kuantan.
Khaerun mengaku, dari tangan dinginnya telah lahir sejumlah jalur yang pernah menjadi juara di Tepian Narosa. Antara lain Siposan Rimbo, Sialang Soko dan lain-lain. Sejak beberapa jalur buatannya bisa merajai sejumlah arena pacu jalur di Kuansing, Khaerun semakin terkenal dan kerap dipakai jasanya untuk pembuatan jalur baru.
“Awalnya saya paman yang sudah biasa membuat jalur pacu. Seiring berjalannya waktu, saya menjadi mahir dalam pembuatan jalur dan akhirnya menjadi kepala pembuatan jalur yang membawahi beberapa anggota,” katanya.
Lantas apa nama jalur baru yang dibuat saat ini? Khaerun menyebutkan, nama jalur baru ini Pangeran Keramat Tangan Biso.
“Dulunya, nama jalur Desa Kampung Baru Sentajo ini adalah Somuik Api dan bukan saya yang membuatnya. Setelah berpacu hampir tiga tahun di berbagai event pacu jalur mulai dari kecamatan hingga tingkat kabupaten tak pernah sekalipun menang, membuat Pak Kades dan warga bersepakat membuat jalur baru dan juga nama baru. Lalu Pak Kades menghubungi saya beberapa sekitar tahun 2014. Bersama tiga orang rekan, saya bekerja membuat jalur baru dan sekaligus juga memberi nama baru pada jalur desa itu. Nama jalur yang semula Somuik Api ditukar menjadi Pangeran Keramat Tangan Biso. Sejak itu dalam berbagai iven pacu jalur, Pangeran Keramat Tangan Biso beberapa kali meraih kemenangan. Monang lai, tapi juara olun,” tutur Khaerun.
Pantauan di lokasi pembuatan jalur, hadir Pj Kades Kampung Baru Sentajo Mashuri, Ninik Mamak Datuk Panghulu Bonsu, Menti Malin Asbar dan Ketua Jalur Syamsuri seorang pensiunan TNI.
Pj Kades Mashuri yang baru dua bulan menjabat Pj mengaku pemuda dan warga mendesaknya agar desa mereka memubat jalur baru saja. Alasan pembuatan jalur baru karena jalur lama kalau diperbaiki lebih besar biayanya daripada membuat jalur baru. Lagi pula kayu lama sudah lapuk dan penuh tambalan bocor di sana-sini.
“Lalu saya adakan musyawarah,” ujar Mashuri seraya menjelaskan, Pemerintah Desa (Pemdes) saat itu tidak punya kas untuk mewujudkan keinginan itu. Apalagi dana pembuatan jalur bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta. Namun tekad warga tak bisa dibendung. Lewat pengumpulan dana, proyek besar itu dimulai.
Lalu Ketua Jalur Syamsuri bersama anggotanya mencari kayu ke hutan lindung desa mereka setelah mendapat izin dari pihak kehutanan setempat. Jarak hutan lindung dari desa mereka sekitar 7 kilometer. Namanya Hutan Kanagarian Sentajo yang luasnya mencapai 350 hektare. Mulanya tim pencari kayu menemukan dua jenis kayu yang dinilai cocok yakni Meranti Bungo dan Marsawa atau bahasa kampungnya Tonam. Lalu diputuskan bersama memilih Meranti Bungo. Setelah dipilih dan kemudian ditebang, pohon kayu tersebut ditarik ke kampong. Pada hari penarikan kayu dari hutan tidak kurang dari total warga 3.000 jiwa tidak kurang dari 2.000 warga tumpah ruah bersama-sama turun pada kegiatan itu.
“Sungguh terasa kekompakkan dan kebersamaan warga kami,” kenang Syamsuri.(***)
Tulis Komentar