Kanal

Gun Gun: Porsinya Sangat Besar dan Sifatnya Cair

Jakarta, Hariantimes.com - Berdasarkan Daftar Pemilih Sementara (DPS) Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih potensial perempuan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mencapai 92.796.375 pemilih dari total 185.639.674 pemilih. Angka ini hanya berbeda tipis dari pemilih potensial laki-laki sebesar 92.843.299 pemilih.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto mengatakan, dengan tingginya potensi suara perempuan, pasangan capres-cawapres yang berhasil menarik simpati pemilih perempuan maka mereka sangat berpotensi memenangkan Pilpres 2019.

”Ceruk pemilih perempuan ini porsinya sangat besar dan sifatnya cair. Karena itu, pilihan mereka kerap kali dipengaruhi political treatment yang dilakukan pasangan calon," ujar Gun Gun ketika dihubungi, Kamis (23/08/2018).

Menurutnya, pilihan kelompok pemilih perempuan ini sangat bergantung pada aspek psikologis. Apa yang menarik dari pasangan calon itulah yang menarik bagi mereka.

"Karena itu jangan heran ada efek pesona calon yang dilihat secara fisik, komunikasinya, tampilan di media dan lain-lain. Ceruk terbesarnya faktor psikologis,” kata Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini.

Namun, kata Gun Gun, ada pula pemilih yang memilih dengan pertimbangan rasionalitas berdasarkan aspek sosiologis atau kedekatan dengan komunitas atau kelompok tertentu. Seperti suara Fatayat NU melalui Gerakan Super Jokowi karena adanya kedekatan dengan sosok KH Ma’ruf Amin.

Hadirnya Ma’ruf Amin, kata Gun Gun, sangat berpotensi menambah suara dari kelompok perempuan yang ada di badan-badan otonom di bawah NU seperti Muslimat, Fatayat, hingga IPPNU. ”Jadi bisa karena kesamaaan komunitas. Fatayat kalau bisa dioptimalkan bisa sangat berpengaruh. Kalau dari kubu Prabowo, sosok Sandi kalau bisa dioptimalkan bisa menarik hasrat pemilih,” jelasnya.

Gun Gun menyebut, Jokowi sebagai calon incumbent dengan berbagai atribut yang kerap ditampilkan di media, sudah cukup menarik atensi kelompok perempuan. Misalnya ketika Jokowi memboncengkan sang istri, Iriana, dengan motor listrik di tengah rintik hujan di Kabupaten Asmat, Papua, beberapa waktu lalu, dinilai cukup menarik simpati kelompok perempuan.

Begitu pula aksi selfie saat keduanya berpakaian adat di sela Upacara 17 Agustus 2018 di Istana Negara. ”Impression management atau manajemen kesan seperti itu banyak memberikan kesan yang bisa dimaknai publik,” tuturnya.(*/ron)

Berita Terkait

Berita Terpopuler