Kanal

Banjir Rumbai 2025, Musibah Tahunan yang Tak Kunjung Teratasi

Penulis: Dwi Andini dan Nurul Aini (Mahasiswa Universitas Islam Riau Program Studi Ilmu Komunikasi)


BANJIR yang melanda Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, di awal 2025 bukanlah kejutan. Setiap tahun, ketika curah hujan meningkat, daerah ini kembali terendam.

Ribuan warga harus mengungsi, aktivitas ekonomi lumpuh, dan penyakit mulai merebak. Namun, yang lebih menyedihkan adalah kenyataan bahwa bencana ini terus berulang tanpa solusi yang benar-benar efektif.  

Bencana yang Bisa Dihindari 

Hujan deras memang faktor utama, tetapi penyebab banjir di Rumbai lebih dari sekadar fenomena alam. Menurut data BMKG, curah hujan di Riau pada awal tahun 2025 mengalami peningkatan signifikan akibat fenomena La NiƱa, yang menyebabkan debit air Sungai Siak melonjak drastis. Namun, tidak hanya faktor cuaca yang menyebabkan banjir ini, melainkan juga buruknya sistem tata kota dan pengelolaan drainase.  

Berdasarkan laporan BPBD Pekanbaru, lebih dari 2.000 rumah di Rumbai terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai 1-1,5 meter di beberapa titik. Selain itu, lebih dari 5.000 warga terpaksa mengungsi ke posko darurat BPBD Pekanbaru. Jika melihat pola banjir sebelumnya, seharusnya ada langkah pencegahan yang lebih serius, seperti perbaikan drainase dan pengerukan sungai secara berkala.  

Dampak yang Tak Pernah Ringan

Banjir di Rumbai bukan hanya soal rumah yang terendam. Para pedagang kehilangan dagangan, buruh harian kehilangan pendapatan, dan anak-anak tidak bisa sekolah. Belum lagi risiko kesehatan akibat genangan air kotor yang memicu berbagai penyakit seperti diare dan infeksi kulit. Menurut laporan Dinas Kesehatan Pekanbaru, sudah ada puluhan warga yang mengalami penyakit gatal-gatal, demam, batuk, muntah, hingga diare akibat adanya banjir tersebut, terutama anak-anak dan lansia.  

Selain itu, dampak psikologis juga tak bisa diabaikan. Warga yang kehilangan tempat tinggal harus beradaptasi di pengungsian dengan kondisi serba terbatas. Ketidakpastian tentang kapan mereka bisa kembali ke rumah dan memperbaiki kerusakan hanya menambah beban mental yang berat.  

Janji yang Terus Diulang 

Setiap kali banjir datang, pemerintah berjanji akan mencari solusi jangka panjang. Sayangnya, janji ini hanya bertahan sebentar, lalu menghilang seiring dengan surutnya air. Menurut hasil evaluasi Dinas PUPR Pekanbaru, sistem drainase di wilayah Rumbai masih belum memadai untuk mengantisipasi tingginya debit air saat musim hujan. Beberapa proyek perbaikan drainase yang direncanakan sejak 2023 belum sepenuhnya terealisasi akibat kendala anggaran Dinas PUPR Pekanbaru.

Lebih buruk lagi, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan juga masih rendah. Studi dari DLHK Pekanbaru menunjukkan bahwa tumpukan sampah di aliran Sungai Siak menjadi salah satu penyebab banjir di Rumbai. Masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai, yang memperparah penyumbatan dan mempercepat luapan air, Jika pemerintah dan warga sama-sama abai, maka bencana ini hanya akan menjadi siklus tahunan yang terus berulang.  

Saatnya Berhenti Menyalahkan Alam

Banjir bukan sekadar bencana, tetapi juga konsekuensi dari pengelolaan lingkungan yang buruk. Jika kita terus menyalahkan cuaca atau perubahan iklim tanpa ada tindakan nyata, maka tidak akan ada perubahan. Pemerintah harus lebih serius dalam membangun infrastruktur pencegahan, bukan sekadar memberikan bantuan setelah bencana terjadi.  

Masyarakat juga harus mulai sadar bahwa mereka adalah bagian dari solusi. Tidak cukup hanya mengeluh setiap kali banjir datang, tetapi juga harus berperan aktif dalam menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, dan ikut mengawasi kebijakan yang dijalankan pemerintah.  

Banjir Rumbai 2025 adalah peringatan bahwa tanpa perubahan nyata, bencana ini akan terus terjadi. Apakah kita masih akan menunggu tahun depan untuk merasakan penderitaan yang sama?.(*)

Berita Terkait

Berita Terpopuler