Kanal

Elemen 3D dalam Pemilu

Oleh: Bagus Santoso
(Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau)

ADA tiga elemen penting dalam politik yang saling mendukung dan tidak terpisahkan satu sama lainnya. 

Tiga elemen yang dimaksud adalah 3D yakni Dana (Uang), Data (Informasi) dan Daya (Kekuatan).

Ketiga elemen ini bisa dianalogikan dengan kendaraan roda tiga. Dimana sehebat dan sekuat apapun mengayuh becak, kalau salah satu rodanya kempes di tengah jalan pasti susah mencapai tujuan. Ketiganya harus sinergis membentuk satu kesatuan jika mau melaju dengan aman menuju pemilu 2019. 

Kalau meminjam teori sistem, keberhasilan suatu sistem sangat tergantung apakah sub-sub sistem yang ada di dalamnya bekerja sebagaimana mestinya. Kalau salah satu sub sistem tidak berfungsi dengan baik, pasti akan mempengaruhi kinerja sub sistem lainnya.

Dalam konteks pemilu, seorang politisi atau partai politik sebagai suatu sistem sangat tergantung kepada tiga sub sistem (dana, data, daya) serta beberapa sub sistem pendukung lainnya. Kalau salah satunya kurang mendukung pasti akan mempengaruhi kinerja sub sistem lainnya. Untuk mengetahui lebih jelasnya bagaimana pentingnya elemen 3D ini dalam proses perjalanan menuju pemilu 2019, berikut deskripsinya.

Pertama adalah dana, paham liberalisme klasik yang mengatakan "uang memperanakkan uang" ternyata sangat dominan dalam dunia politik. Data dan fakta membuktikan selama ini biaya politik sangat mahal. 

Ada dua alasan pembenar untuk itu. Yang pertama telah terjadi privatisasi partai politik hanya individu atau kelompok tirani modal yang bisa membangun dan membesarkan partai politik. Sebaliknya partai politik yang tidak didukung pendanaan dipastikan tidak mampu bersaing. 

Kedua, pemberlakuan suara terbanyak dalam pemilu legislatif jelas membutuhkan dana yang cukup banyak dalam meraih simpati pemilu. Pemilik kursi adalah penanggul suara tergemuk, kursi dewan pemiliknya bukan lagi nomor urut peci atau atas.

Realitas politik seperti itu sememang memberi warning, jangan masuk wilayah pemilu kalau tidak didukung pendanaan kuat, belajar dari perjalanan pemilu betapa banyak caleg akhurnya anti pati pada semua “jenis” parpol meski juga masih ada yang nekat mencoba keberuntungan tapi tak beruntung. Dana memang tidak menentukan kemenanga tapi sejujurnya segalanya butuh dana, tanpa dana akibatnya bisa parah. Bukannya jadi pemain politik, salah-salah menjadi bola mainan politik. Karena ternyata seni  berpolitik dan seni mengolah dana (menjaring dan membagi duit) telah menjadi suatu kesatuan tak terpisahkan.

Berikutnya yang kedua yaitu data. Dunia politik pada dasarnya adalah permainan data-data. Tengoklah bagaimana seorang kandidat yang mengemas data-data orang miskin untuk mencitrakan diri sebagai pejuang anti kemiskinan. 

Kandidat lain mengeksploitasi data-data pengangguran untuk memproklamirkan dirinya pencipta lapangan pekerjaan. Kandidat lainnya menggunakan data-data petani yang semakin terpuruk hidupnya akibat mahalnya pupuk sebagai data meraih predikat pejuang yang peduli kaum petani.

Setiap musim pemilu publik harus bersiap-siap mengantisipasi bencana banjir data (informasi). 

Dikatakan bencana karena dalam dunia politik ada dua data yang akan muncul ke permukaan mengalir masuk sampai ke ruang dapur setiap rumah tangga, yaitu data fiktif yang dimanipulasi kebenarannya dan data faktual yang mengungkap kebenaran. Kalau data fiktif menjadi pemenang menenggelamkan data faktual, itu berarti bencana bagi demokrasi. Karena rakyat telah digiring mengambil suatu keputusan politik berdasarkan data-data yang salah (dimanipulasi kebenarannya). 

Untuk menghindari bencana ini, semua elemen masyarakat harus menjadi polisi yang mengawasi lalu lintas informasi (data) yang disuarakan politisi atau partai politik.

Ketiga faktor daya, semua orang yang berpolitik esensi dan tujuannya sama yaitu "bagaimana mencari, mendapatkan, mempertahankan, dan memperluas kekuasaan". 

Dalam proses mencari, mendapatkan, mempertahankan, dan memperluas kekuasaan itulah membutuhkan daya ekstra kuat. Daya yang dimaksud disini adalah gabungan kemampuan dana dan kemampuan menguasai data. 

Kalau melihat realitas pemilu yang diserang kapitalisasi politik, hanya politisi yang memiliki daya yang bisa bersaing dalam arena pemilu 2019 yang keras, dan cenderung tidak mengenal kompromi. 

Jadi harus cerdas mengelola dan memanfaatkan dana, data, dan daya kalau ingin menjadi pemenang pemilu 2019. Kalau tidak cerdas mengelola elemen 3D ini, bersiaplah menjadi pelengkap penderita, Sarok-sarok kuaci politik dalam pemilu 2019. Meski demikian dalam kontestasi pemilu tetap ada hikmah yang tidak semua orang sanggup minimal uji nyali keberanian serta mendapatkan pengalaman sejarah menapaki kehidupan.(*)

Berita Terkait

Berita Terpopuler