Dua Jempol untuk Firdaus, Suara Daerah Menggema di Dunia
World Press Freedom Day 2025, SMSI Gaungkan Suara Media Daerah
Tingkatkan Ketahanan Keluarga, Dr Chaidir: Bangun Symbiose Mutualisme

Kuansing, Hariantimes.com - Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Sejahtera keluarga, sejahtera masyarakat, sejahteralah bangsa.
Kondisi ideal keluarga yang diharapkan, makmur sejahtera lahiriah dan batiniah serta emiliki ketahanan keluarga yang tangguh dan enuh kasih sayang
"Pemahaman kita terhadap ketahanan keluarga adalah, kemampuan keluarga menghadapi dan mengelola masalah dalam situasi sulit dan menekan agar fungsi keluarga tetap berjalan dengan harmonis untuk mencapai kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin anggota keluarganya. Namun secara umum, kita masih menghadapi berbagai masalah dalam membangun ketahanan keluarga seperti kemiskinan ekstrim, stunting dan buruknya komunikasi dalam keluarga," ujar Dr drh H Chaidir MM saat didaulat menjadi pembicara pada seminar dan workshop ketahanan keluarga tahun 2023 pada 5 dan 6 September 2023 di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Dr Chaidir yang maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Daerah Pemilihan Riau 1 ini mengungkapkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 mencapai 26,16 juta orang atau 9,54 persen dari total penduduk Indonesia; kemiskinan ekstrim 2,04 persen (September 2023 turun menjadi 1,74 persen).
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kemenkes, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen pada 2022. Nusa Tenggara Timur (NTT) menempati posisi teratas dengan angka sebesar 35,3 persen.
Bagaimana di Riau? Berdasarkan data SSGI 2022, Prevalensi Stunting Provinsi Riau sebesar 17 persen atau sekitar 1.782 balita.
Akar masalah rapuhnya ketahanan keluarga? Tingkat pendidikan, kemiskinan dan mind-set. Penyebab masalah rapuhnya ketahanan keluarga (dari berbagai sumber): hampir semua menyebut itu urusan pemerintah, miskin kemandirian, miskin inovasi dan sulit akses modal usaha.
"Kita sangat memahami, keluarga merupakan lingkungan utama tempat terbentuknya kepribadian sekaligus pranata sosial pertama yang mengemban fungsi strategis dalam membekali anak-anak kita yang tengah tumbuh dan berkembang. Di dalam keluarga pula, terjadi proses persemaian nilai-nilai moral, agama, kemanusiaan, kebangsaan dan keadilan sosial. Kondisi masyarakat, bangsa dan negara, menjadi baik atau buruk, tergantung kualitas keluarga-keluarga yang terdapat di dalamnya," beber Dr Chaidir.
Bilamana keluarga-keluarga baik kualitasnya, sebut Dr Chaidir, tentunya masyarakat, bangsa dan negara kondisinya juga akan baik. Sebaliknya bila kondisi keluarga-keluarga buruk kualitasnya, maka akan buruk pula kondisi masyarakat dan bangsanya. Lantas bagaimana?
"Mari mulai melakukan perubahan dari diri dan keluarga kita sendiri," pungkas Dr Chaidir sembari menegaskan, pemerintah harus membantu memberi pelatihan (pembekalan dan pengembangan keahlian dan kemampuan), terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Bantu dan bimbing untuk menciptakan kegiatan usaha kecil (kelompok dan perorangan). Beri kemudahan untuk mendapatkan modal.
Bingung bagaimana memulai meningkatkan ketahanan keluarga? Mari berkolaborasi. Pemerintah ambil inisiatif ajak pihak kampus, pengusaha, tokoh Masyarakat, tokoh media dan politisi, duduk bersama merumuskan bagaimana sebaiknya ikhtiar yang harus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan keluarga masyarakat. Bangun symbiose mutualisme. Bisa?
"Kita harus bisa menyusun program peningkatan pendapatan ekonomi keluarga. Kita makhluk yang diberi kemampuan berpikir, diberi akal budi. Kita Masyarakat majemuk dengan beraneka ragam kemampuan, tinggal berkolaborasi saja," ujarnya.(*)
Tulis Komentar