Kanal

Pemkab Usulkan Tengku Buwang Asmara Sebagai Pahlawan Nasional

Siak, Hariantimes.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak mengusulkan Tengku Buwang Asmara sebagai Pahlawan Nasional.

Sebagai langkah awal, nama Tengku Buwang Asmara dan Sultan Abdul  Jalil  Muzaffar Syah telah diabadikan di salah satunya nama jalan di Kota Siak Sri Indrapura serta Nama Bumi Perkemahan Pramuka di Kampung Merempan Hilir Kecamatan Mempura.

“Perjuangan Sultan Siak II ini tentunya perlu kita angkat serta abadikan sebagai bentuk penghormatan atas jasa beliau untuk kita usulkan Tengku Buwang Asmara sebagai Pahlawan Nasional," sebut Asisten Administrasi Umum Jamaluddin pada acara Diskusi Naskah Sejarah Perjuangan Tengku Buwang Asmara melawan kolonialisme Belanda, di hotel Grand Mempura, baru-baru ini.

Untuk menyusun naskah sejarah perjuangan Sultan dalam menumpas Belanda, sebut Jamaluddin, Pemkab Siak bekerjasama dengan Tim Penyusunan dan Penulisan Naskah Sejarah  Perjuangan Tengku Buwang Asmara yang terdiri dari, masyarakat sejarawan Indonesia tingkat pusat/Provinsi Riau, akademisi/budayawan Riau, tokoh masyarakat Riau, penulis dan arkeolog.

“Saya berharap kepada Tim agar dapat berkerja semaksimal mungkin, guna menjadikan Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah atau dikenal dengan nama Tengku Buwang Asmara menjadi Pahlawan Nasional," harap Jamaluddin seraya mengungkapkan, perjuangan Tengku Buwang Asmara melawan Kolonial Belanda, dikenal sebagai Perang Guntung di Selat Guntung. Saat itu Belanda dan Kerajaan Siak memang bermusuhan dan saling berebut kekuasaan, dan pengaruh di Selat Malaka dan Belanda.

Hal tersebut tentu akan mengangkat  marwah dan nama Daerah Kabupaten Siak sendiri, Provinsi Riau  maupun Nasional serta bertambahnya Putra terbaik Bangsa Melayu Riau, menjadi Pahlawan Nasional Republik Indonesia.

Sementara itu, OK Nizami Jamil sebagai tim penyusunan naskah mengatakan, nilai perjuangan Sultan Mahmud telah meningkatan semangat patriotisme dan nasionalisme serta pembentukan dan pembangunan karakter bangsa bagi generasi kini dan seterusnya, maka penyusunan dan penulisan naskah sejarah perjuangan Sultan Mahmud ini perlu dilakukan.

Ok Nizami menceritakan, Sultan Kedua Kerajaan Siak ini konsisten menentang kehadiran Belanda di wilayah kekuasaannya tanpa kenal menyerah hingga mangkat pada tahun 1760. Semangat patriotik dan cinta tanah air tersirat dalam wasiatnya sebelum wafat. Ia berpesan kepada anaknya Tengku Ismail dan Kemenekannya Tengku Muhammad Ali, agar mereka tidak bekerja sama dengan penjajah dan tidak berpecah belah melakukan perang saudara.

“Sejak muda hingga ditabalkan sebagai Sultan, ia telah berjuang di perairan Riau dan Selat Malaka untuk mempertahankan kedaulatan Kerajaan Siak," jelasnya.

Sebelumnya, Tim Penyusunan dan Penulisan Naskah Sejarah Perjuangan Tengku Buang Asmara, telah mengunjungi Lokasi Sejarah Perang Guntung di Selat Guntung, Kecamatan Sabak Auh dan Makam Tengku Buwang Asmara di Kelurahan Mempura Kecamatan Mempura. Kemudian pada hari Rabu tanggal 04 Desember 2019, rapat Tim Penyusunan dan Penulisan Naskah Sejarah Perjuangan Tengku Buang Asmara Melawan Kolonialisme Belanda (1746M-1760M) untuk mengkaji Lembar Kerja/Paper yang telah disusun anggota Tim. Dan di hari Jum’at tanggal 06 Desember 2019, dilajutkan dengan Diskusi dan Sosialisasi.(*)

Berita Terkait

Berita Terpopuler