Kanal

Politisi Perlu Memahami Dahsyatnya Pengaruh Komunikasi Nonverbal

Oleh: Bagus Santoso
(Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau)

SIAPA menabur benih unggul di lahan subur, niscaya memanen hasil gemilang. Kecuali mengabaikan gulma dan hama.

Siapa cerdas komunikasi, peluang menjadi pemenang dalam setiap kontestasi terbuka lebar. Bahkan survei terbaru di negara maju, 80 persen yang menduduki jabatan strategis di perusahaan berasal dari karyawan yang menguasai komunikasi verbal maupun non verbal. 

Lalu bagaimana di wilayah politik?Survei terakhir di kalangan ahli psikologi mengatakan, 70 persen masa depan seseorang sangat ditentukan oleh komunikasi. Sinergis dengan itu, di kalangan konsultan perilaku juga menjelaskan hasil survei yang mengatakan 70 persen warna masa depan seseorang ditentukan oleh etika perilaku. 

Kalau hasil kedua survei tersebut dipakai untuk membedah potensi pasar demokrasi Indonesia 2019, maka bisa dikatakan indikator keterpilihan seorang politisi pada Pemilu Legislatif 2019 dapat dilihat sejauhmana bentuk komunikasi dan etika perilakunya dalam masyarakat. 

Berangkat dari dua indikator keterpilihan itulah, maka setiap politisi perlunya memahami dahsyatnya pengaruh komunikasi nonverbal (bahasa tubuh) dalam politik.

Bentuk komunikasi yang paling mendasar dan sangat menentukan dalam mempengaruhi orang lain, adalah komunikasi nonverbal. Menurut antropolog, sebelum manusia menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. 

Dalam konteks komunikasi politik, berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang menunjukkan komunikasi non verbal yang sangat berpengaruh dalam meraih simpati orang lain.

Semua atribut yang melekat pada diri seseorang menjadi alat komunikasi kepada orang lain. Seorang perempuan yang berkunjung ke kampung memenuhi undangan pernikahan memakai baju yang seksi, secara tidak langsung telah memproklamirkan diri sebagai perempuan yang kurang mematuhi etika.

Berkunjung ke pasar tradisional dengan memakai semua perhiasan akan memberi pesan kepada orang di sekitar sebagai orang yang haus pujian dan selalu menganggap diri lebih hebat dibanding orang lain. Menutup pintu rumah di tengah kerumunan orang yang sedang bergotong-royong membersihkan got dari ancaman nyamuk demam berdarah, menyampaikan pesan sebagai orang yang miskin jiwa sosial.

Mengendarai mobil sambil kaca tertutup memasuki kompleks perumahannya, bisa ditafsirkan sebagai tetangga yang sombong dan tidak mau peduli nasib orang lain yang ketimpa musibah. Malas tersenyum kepada orang-orang di sekitarnya, baik di kantor, di perjalanan, atau di lingkungan sosialnya, akan mendapat pembenaran sebagai orang yang sombong dan angkuh.***Resep Mujarab Caleg Meraih Kemenangan
Politisi Perlu Memahami Dahsyatnya Pengaruh Komunikasi Nonverbal 
   
Oleh: Bagus Santoso, Mahasiswa S3 Ilmu Politik, Praktisi Politik dan Anggota DPRD Riau

SIAPA menabur benih unggul di lahan subur, niscaya memanen hasil gemilang. Kecuali mengabaikan gulma dan hama.

Siapa cerdas komunikasi, peluang menjadi pemenang dalam setiap kontestasi terbuka lebar. Bahkan survei terbaru di negara maju, 80 persen yang menduduki jabatan strategis di perusahaan berasal dari karyawan yang menguasai komunikasi verbal maupun non verbal. 

Lalu bagaimana di wilayah politik?Survei terakhir di kalangan ahli psikologi mengatakan, 70 persen masa depan seseorang sangat ditentukan oleh komunikasi. Sinergis dengan itu, di kalangan konsultan perilaku juga menjelaskan hasil survei yang mengatakan 70 persen warna masa depan seseorang ditentukan oleh etika perilaku. 

Kalau hasil kedua survei tersebut dipakai untuk membedah potensi pasar demokrasi Indonesia 2019, maka bisa dikatakan indikator keterpilihan seorang politisi pada Pemilu Legislatif 2019 dapat dilihat sejauhmana bentuk komunikasi dan etika perilakunya dalam masyarakat. 

Berangkat dari dua indikator keterpilihan itulah, maka setiap politisi perlunya memahami dahsyatnya pengaruh komunikasi nonverbal (bahasa tubuh) dalam politik.

Bentuk komunikasi yang paling mendasar dan sangat menentukan dalam mempengaruhi orang lain, adalah komunikasi nonverbal. Menurut antropolog, sebelum manusia menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. 

Dalam konteks komunikasi politik, berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang menunjukkan komunikasi non verbal yang sangat berpengaruh dalam meraih simpati orang lain.

Semua atribut yang melekat pada diri seseorang menjadi alat komunikasi kepada orang lain. Seorang perempuan yang berkunjung ke kampung memenuhi undangan pernikahan memakai baju yang seksi, secara tidak langsung telah memproklamirkan diri sebagai perempuan yang kurang mematuhi etika.

Berkunjung ke pasar tradisional dengan memakai semua perhiasan akan memberi pesan kepada orang di sekitar sebagai orang yang haus pujian dan selalu menganggap diri lebih hebat dibanding orang lain. Menutup pintu rumah di tengah kerumunan orang yang sedang bergotong-royong membersihkan got dari ancaman nyamuk demam berdarah, menyampaikan pesan sebagai orang yang miskin jiwa sosial.

Mengendarai mobil sambil kaca tertutup memasuki kompleks perumahannya, bisa ditafsirkan sebagai tetangga yang sombong dan tidak mau peduli nasib orang lain yang ketimpa musibah. Malas tersenyum kepada orang-orang di sekitarnya, baik di kantor, di perjalanan, atau di lingkungan sosialnya, akan mendapat pembenaran sebagai orang yang sombong dan angkuh.*

Berita Terkait

Berita Terpopuler