PILIHAN
+
3.538 Visa Jemaah Haji Riau telah Diterbitkan
Dibaca : 154 Kali
Saat di Embarkasi Batam, Jemaah Haji Terima Uang Saku Rp3.187.500
Dibaca : 149 Kali
Sang Penolong
Dibaca : 275 Kali
Pasca PSU, Bahlil: Golkar Kawal Kemenangan Afni-Syamsurizal
Dibaca : 165 Kali
Ponpes Belum Siap Berlakukan Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Ustadz Dedi : Santri dan Santriwati Kita Tidak Hanya Warga Kuansing

Ustadz Dedi Suryadi Mulaydi, Humas Ponpes KH Ahmad Dahlan Teluk Kuantan
Teluk Kuantan, HarianTimes.com - Sejumlah guru atau ustadz dan ustadzah di beberapa Pondok Pesantren yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi berharap pemerintah masih mempertimbangkan jadwal belajar mengajar di dalam ruang kelas selama masa pandemi Covid-19 belum berakhir. Sebab hal ini dirasa akan membahayakan terhadap para siswa dan peserta didik kedepannya.
Dimana para siswa atau santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren tidak hanya berasal dari masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Hal itu disampaikan oleh Humas Ponpes KH Ahmad Dahlan Teluk Kuantan, Ustadz Dedi Suryadi Mulaydi saat berbincang-bincang dengan HarianTimes.com pada Sabtu (30/5/2020) di Teluk Kuantan.
"Siswa atau santri dan santriwati yang belajar menuntut ilmu di pondok pesantren kita, seperti KH Ahmad Dahlan dan Syafa'aturasul tidak semuanya warga Kuantan Singingi, ada yang dari Bengkalis, Dumai dan lainnya, bahkan ada juga dari luar provinsi seperti dari Medan dan sebagainya, serta juga dari luar pulau Sumatrera, diantaranya dari Pulau Jawa," kata Ustadz Dedi Suryadi Mulyadi.
Maka dari itu, lanjutnya, ia atas nama Ponpes KH Ahmad Dahlan berharap kepada pemerintah khususnya Pemda Kuansing untuk mengkaji ulang sebelum berakhirnya masa diliburkan satuan pendidikan sekolah dan kembali aktif belajar mengajar seperti dulu normal kembali.
"Mohon hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah nantinya. Jangan sampai daerah kita ini yang sebelumnya merupakan Zona Hijau menjadi Zona Merah," ujarnya.
"Penerapan social distancing dalam kelas dan di luar kelas misal di kantin di asrama di perpustakaan berarti otomatis jumlah siswa di kelas di kurangi berarti ada penambahan lokal atau penjadwalan masuk lokal di tambah lagi," ucapnya.
"Dan sekarang muncul petisi tunda belajar di sekolah yang menandatanganinya sudah 50.000 sekolah, padahal baru beberapa hari yang lalu dan gagasan ini juga di dukung oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI). Mereka berprinsip biar terlambat tamat sekolah dari pada setor nyawa di sekolah, karena mereka meragukan kedisiplinan para siswa untuk tahan berlama lama pakai masker dan mematuhi menjaga jarak dan kebersihan," beber Ustadz Dedi.
Selain itu tambahnya, dalam Agama Islam juga diajarkan untuk menjaga keselamatan jiwa lebih utama dari pada menjaga akal, harta, keturunan bahkan agama mabadi hkhomsi 5 yang harus di jaga dengan istilah syadu dariah," tegasnya. ***
Tulis Komentar