Raja Rantau Kampar Kiri Elukan Perjuangan Kunni dan Rumah Sunting Dalam Pelestarian Budaya

Kampar, Hariantimes.com - Raja Kerajaan Rantau Kampar Kiri Tengku Muhammad Nizar mengelu-elukan budayawan dan Seniman Riau Kunni Masrohanti bersama Komunitas Seni Rumah Sunting yang didirikannya dalam perjuangan meleatarikan alam dan budaya di Rantau Kampar Kiri.
Hal ini disampaikan Raja di hadapan Ninik Mamak, tokoh masyarakat dan segenap.masyarakat Malako Kociak Tanjung Beringin dan warga deaa sekitarnya saat menyampaikan sambutan pada malam Pertunjukan Seni Residensi Seniman Riau, Sabtu (29/01/2023).
"Kami mengucapkan selamat dan terimakasih kepada Adinda Kunni dan Rumah Sunting yang membawa seniman Riau dari berbagai kabupaten/kota dan rombongan untuk memeriahkan kegiatan Semah Antau ini dengan pertunjukan Seni. Kunni dan Rumah Sunting pernah membawa ratusan penyair Indonesia, dan mancanegara seperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan beberapa negara lain ke Kerajan Gunung Sahilan. Hari ini mereka hadir di Malako Kociak, menggali kearifan lokal untuk sumber inspirasi dalam.karya seni dan menghibur kita semua. Inilah kerja pelestarian budaya sekaligus alam yang tidak bisa kita pungkiri lagi dan ini sudah sejak lama," kata Raja.
Seniman pserta residensi menampilkan berbagai pertunjukan seni. Karya seni yang dipentaskan merupakan hasil residensi sejak Jumat hingga Sabtu siang di desa tersebut. Meski diakui tidak cukup waktu atau residensi itu sangat singkat, tapi pertunjukan yang ditampilkan berhasil membuat penonton memenuhi ruang kosong di depan panggung yang terletak di depan SD dan mampu membuat penonton berdecak kagum.
"Bagi Saya, residensi yang dilaksanakan Komunitas Seni Rumah Sunting ini sangat luar biasa, meski dengan waktu sangat singkat belum bisa bisa berbuat apa-apa, tapi ini awal yang baik apalagi sepulang dari sini nanti ada diskusi-diskusi dan pergelaran karya hasil residensi yang lebih matang lagi. Yang jelas luar biasa. Masyarakat terhibur, kami banyak belajar dari mereka, sebaliknya mereka juga semoga terinspirasi dengan pertunjukan-pertunjukan seni dari kami. Intinya lagi, kami merasakan keramahan, kesederhanaan dan kebahagiaan masyarakat di sana bersama kami dan kami sangat lebih bahagia lagi. Pastinya kegiatan ini sangat bermanfaat," ungkap Taufik Yendra Pratama, pemusik yang turut mengikuti kegiatan terseebut.
Taufik bukan hanya mempersiapkan garapan musik baru yang lebih matang sepulang dari Tanjung Beringin, tapi malam pertunjukan itu ia juga tampil memukau dengan Bagadumbo yang sudah digarap sebelumnya. Garapan musik yang luar biasa itu juga melibatkan seluruh penonton. Mereka bukan hanya warga Desa Tanjung Beringin, tapi juga warga desa lain di sekitar Sungai Subayang.
Selain Taufik, Leman Le Q yang juga pemusik, menampilkan musik khas yakni gesekan biola yang menderu-deru. Sementara Farid Jhonatan yang juga pemusik, tampil dengan lagu barunya berjudul Malako Kociak. Anak-anak di desa tersebut malah sudah hafal dengan lagi itu sebelum dipentaskan.
Depal alias Denny Palu berkolaborasi dengan Als Rahim Sekha dalam pertunjukan teater malam itu, juga tentang Malako Kociak. Mereka melibatkan anak-anak dalam pertunjukan tersebut yang sudah dilatih sejak Jumat dan Sabtu siang. Pertunjukan bebas dengan menggunakan lampu obor dan kerikil Sungai Subayang di pentas kedua atau di belakang tenda tamu utama,, membuat masyarakat terpana dan bertepuk tangan meriah.
Al Khudri seniman Riau asal Rohil yang asyik di bidang rupa, menghasilkan karya berupa kerajinan tanga atau kriya dari pasir, kerikil, kayu dan lain-lain sebagai media dasarnya. Hebatnya lagi, karya itu dibuat langsung bersama anak-anak di sana dan Khudri mengumpulkan mereka lalu melatih secara singkat. Bukan hanya kriya, lahir juga karya gambar dengan degradasi warna yang luar biasa. Begitunjuga dengan Gedoy yang tampil dengan agu-lagu Subayangnya malam itu. Memukau.
Ferry yang mengikuti residensi dari cabang film atau sineas, menggarap perjalana Residensi ini dalam film dokumenter. Sementara Nuratika, Bambang Kariyawan, Asqalani Eneste dan Zikri sang deklamator kecil, termasuk Founder Rumah Sunting Kunni Masrohanti, memecahkan panggung itu dengan pembacaan puisi tentang Malako Kociak.
Kunni, menyebutkan, Residensi Seniman ini dilaksanakan untuk mengangkat kekayaan budaya dan alam sekaligus melestarikannya dalam karya seni melalui tangan dan hati para seniman. Selain itu juga karena janji untuk meramaikan kegiatan Semah Antau.
"Kerja kebudayaan ini harus nyata, kerja ril, tidak perlu banyak cerita. Residensi seniman dan pentas seni oleh seniman-seniman Riau ini merupakan upaya pelestarian dan mengusung kekayaan itu ke permukaan. Selain itu karena janji. Kami berjanji dengan kawan-kawan di Tanjung Beringin kalau ada acara Semah Antau di sini, kami akan meramaikan. Maka setelah tahu jadwal Semah Antau dari panitia di kampung, kami pum bersiap dan memenuhi janji tersebut malam ini," kata Kunni sebelum mrmbacakan puisi berjudul Malako Kociak malam itu.
Kunni juga menyebutkan, perjalanan Residensi Seniman selama tiga hari ini belum berakhir. Sesampainya di Pekanbaru, para aeniman akan mematangkan karya dan akan dipentaskan.lagi di Pekanbaru.
"Inilah yang baru bisa kami lakukan dalam residensi ini. Kami menyadari bahwa waktu ini sangat singkat, tidak.layak untuk menghasilkan karya yang hebat. Tapi semoga ini menjadi awal dan belum selesai. Kawan-kawan seniman yang ikut residensi akan menggarap karya mereka lebih matang lagi dan akan kami tampilkan di Pekanbaru, insyaallah. Semoga perjalanan ini menjadi pengalaman batin para seniman dalam mengumpulkan remah-remah inspirasi dalam berkarya," Kunni Masrohanti.(*)
Tulis Komentar