HPN dan HUT PWI ke-76 di Kendari, Rombongan PWI Riau Jelajah 1001 Pulau Sulawesi

Laporan: Zulmiron (Pengurus PWI Riau)
USAI menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional (HPN) dan HUT PWI ke-76, rombongan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau merealisasikan program Jelajah 1001 Kilometer (Km) Pulau Sulawesi.
Sebelum menjelajah 1001 Km Pulau Sulawesi, rombongan PWI Riau yang berjumlah 50 orang yang terdiri dari Pengurus PWI Provinsi dan Pengurus Kabupaten dan kota se Provinsi Riau ini memulai city tour mengunjungi destinasi wisata di Kota Kendari. Di antaranya mengunjungi Mesjid Terapung yaitu Mesjid Al Alam yang dibangun di atas laut di Teluk Kendari.
Di Masjid yang sangat kronik ini, rombongan PWI Riau sempat melaksanakan Sholat Maghrib.
Usai itu, Tour City diakhiri dengan makan malam di sebuah restoran saeafood yang terkenal di Kendari, setelah itu acara bebas dan kawan-kawan ada yang memilih ke purna MTQ Kendari untuk melihat pameran UMKM dan banyak juga yang memilih bersantai sambil ngopi di tenda-tenda yang dihiasi lampu warna warni di pinggir jalan dengan pemandangan lepas ke Teluk Kendari.
Tempat ngopi yang cantik dan romantis dibangun pedagang UMKM umumnya kuliner, cafe di tepi teluk Kendari, pengunjung sambil ngopi bisa menikmati pemandangan malamTeluk Kendari.
Keesokannya, rombongan PWI Riau bertolak menggunakan dua bus eksekutif menuju Tana Toraja yang berjarak kurang lebih 707 kilometer, melewati beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Begitu keluar dari Kota Kendari, bus mulai melewati jalan trans Sulawesi yang cukup ekstrim dengan tanjakan yang tajam dan tikungan yang tajam. Begitu saking curam dan tajamnya tikungan jalan dari Kendari ke Tana Toraja ini, yang diistilahkan lebih mirip huruf S dan huruf U.
Meski begitu supir bus sangat tenang saat melewati jalan terjal yang berliku itu. Namun perlu diberi acungan jempol, hampir seluruh jalan yang kami lewati merupakan jalan aspal yang mulus.
Setelah melewati jalan yang menanjak dan berliku, perkebunan coklat dan jambu mete, dengan jurang dalam di kanan atau kiri jalan, lalu istirahat di Desa Konawe.
Sambil ngopi, ngeteh dan makan jagung rebus yang baru dipetik dari kebun sungguh luar biasa nikmat.
Usai rehat dan ngaso, perjalanan dilanjutkan jembali dengan melewati perkebunan dan jalan menanjak serta berliku dengan pemandangan perkebunan coklat, pisang dan jambu mete dengan jurang menganga di kiri kanan jalan tetap mengancam keselamatan.
Pas waktu Sholat Maghrib, kami melaksanakan sholat di Masjid Al Mujahidin yang berada di jalan lintas trans Sulawesi di Kota Kolaka, ibukota Kabupaten Kolaka dengan perjalanan ke Kota Kolaka kurang lebih 5 jam
Di kota ini kami menikmati makan malam yang luar biasa nikmat dengan menu ikan bakar khas Kolaka. Ikan bakar yang segar ditangkap dari Teluk Bone yang diberi toping cabe merah dan cabe rawit rebus dengan bumbu rahasia di sebuah rumah makan khas seafood.
Dari kota Kolaka, perjalanan kembali dilanjutkan. Bus pun melaju menuju Tana Toraja.
Selama dalam perjalanan, kami menikmati pemandangan Pantai Kolaka dari samar cahaya lampu jalan dan lampu bus yang membawa kami menuju Tana Toraja.
Subuh kami singgah di Kota Malili, Kabupaten Luwu Timur. Yakni Kabupaten paling timur di Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di utara, di selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone dan di barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara. Kami istirahat untuk Sarapan Coto Makassar dan nasi putih dengan teh manis panas di Restoran Coto Makassar Pakajene.
Melanjutkan perjalanan menuju Tana Toraja, dari Kota Malili bus melewati jalan mendatar dengan pemandangan kebun pisang, coklat dan areal persawahan yang hijau dan luas.
Jam 02.30 WIT, bus memasuki kota Palopo dan rombongan menyempatkan Sholat Zuhur dan makan siang di Palopo.
Tidak lama di Palopo bus melanjutkan perjalanan ke Tana Toraja. Bus kembali merangkak melewati jalan berliku dan tanjakkan tajam dengan kondisi jalan yang sempit dan di beberapa titik ada jalan yang longsor.
Tana Toraja terdiri dari dua kabupaten yaitu Toraja Utara dengan ibukota Rante Pao dan Tana Toraja dengan ibukota Makale yang berjarak kurang lebih 1 jam perjalanan dengan bus.
Tana Toraja adalah ikon budaya dan pariwisata di Provinsi Sulawesi Selatan dan merupakan salah satu daya tarik industri pariwisata Indonesia.
Namun teman- teman rombongan PWI sepertinya tidak mengenal lelah walaupun menempuh perjalanan 30 jam lebih dengan bus. Tapi tetap semangat dan happy.
Setelah istirahat dan tidur nyenyak di Hotel Sahid di Makale Toraja, pagi hari setelah sarapan, rombongan PWI Riau dibawa menuju ke destinasi wisata di Tana Toraja.
Dimulai mengunjungi Lemo yaitu ke pemakaman masyarakat Toraja. Yang mana mayat keluarga yang sudah meninggal diletakkan di dinding bukit batu yang dipahat. Selain itu juga ada diletakkan di dalam goa.
Kami melihat ada beberapa patung yang dipajang dengan memakai baju dan didandani dengan topi.
,"Itu adalah replika patung saja. Dan untuk dibuatkan patung seperti itu tidak bisa sembarang orang, harus orang yang kaya dan mempunyai status sosial yang tinggi, karena biaya untuk upacaranya sangat besar dan mahal," jelas Daud Raffa, Guide yang mendampingi rombongan PWI Riau.
Selanjutnya rombongan PWI Riau dajak ke Ket -Kesu yaitu seperti komplek perumahan suku asli Toraja lengkap dengan lumbung dan perpustakaan
"Ini rumah asli Toraja, yang mana atap dari rumah tetbuat dari bambu," terang Daud.
Selanjutnya, rombongan PWI Riau melanjutkan perjalanan ke destinasi wisata yang lebih menarik lagi, yakni mendaki menuju patung tertinggi di dunia yaitu di Buntu-Burake.
Konon patung ini mengalahkan patung tertingi di dunia di Brazil yang hanya 35 meter. Sedangkan patung Yesus disini tingginya mencapai 45 meter.
Usai menikmati suasana sejuknya alam pemandangan Buntu-Burake, menjelang maghrib rombongan PWI Riau sempat mengunjungi Londa yaitu goa tempat pemakaman suku Toraja
Pososi goa yang berada di perut perbukitan untuk sampai ke dalam goa harus menuruni banyak anak tanggga yang cukup curam.
Tidak lupa pemandu wisata membawa lampu petromak untuk menerangi goa. Sepertinya pemandu wisata sengaja membawa wisatawan ke tempat ini.
Sebelum maghrib dan langit mulai gelap biar lebih kental suasana mistisnya.
Kurang lebih 30 menit di dalam goa dan menyaksikan tengkorak berserakan di dalam goa, karena memang masyarakat Toraja meletakkan begitu saja mayat mayat keluarga mereka didalam goa.selanjutnya menuju hotel untuk makan malam dan istirahat.
Jumat (11/02/2022) pagi Setelah sarapan, rombongan PWI Riau melanjutkan perjalanan menuju Kota Makassar dengan menempuh perjalanan dengan hamparan sawah yang luas dan menghijau membuat mata dan pikiran terasa segar.
Bus melaju dihalanan yang mulus lebar dengan aspal hotmix melewati kota Kabupaten Enrekang, Kabupaten Sidrap, Kota Pare-pare, Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Maros.
Menjelang magrib rombongan PWI Riau pun sampai di Kota Makassar, sebuah Kota besar yang termasuk kota tua di Indonesia.
Rombongan PWI Riau menginap di sebuah hotel di dekat Pantai Losari.
Malam harinya rombongan PWI Riau memanfaatkan wakti untuk melihat keindahan Kota Makassar dan menikmati kuliner khas Kota Makassar dan berbelanja oleh khas Makassar.
Hari terakhir di Kota Makassar, pagi harinya rombongan PWI Riau sempat melihat destinasi wisata sejarah Benteng Roterdam, Monumen Pembantaian Westerling
Selanjutnya menuju Bandara Sultan Hasanudin II untuk pulang ke Kota Pekanbaru di Bumi Melayu Riau tercinta.(*)
Tulis Komentar