• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Home
  • Nasional
  • Riau
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Sportivitas
  • Sosialita
  • Wisata
  • More
    • Pilihan Editor
    • Terpopuler
    • Galeri
    • Advertorial
    • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar
  • #Pilihan
  • #Terpopuler
  • #Advertorial
  • Indeks
PILIHAN +
Berkunjung ke UiTM Malaysia, Prof Junaidi: Kita Ingin Mengenalkan Unilak Semakin Oo Internasional
Dibaca : 120 Kali
Ujian Promosi Doktor di Program Pascasarjana UIR, Endar Muda: UU Pengelolaan Zakat Perlu Direvisi
Dibaca : 130 Kali
YBM PLN Bersama IZI Gelar Khitan Sehat Anak Sholeh
Dibaca : 154 Kali
UPZ Unri Gandeng Baznas Riau Salurkan Bantuan UKT Semester Ganjil TA 2025-2026
Dibaca : 147 Kali
Pendaftaran Jalur BOSDA Afirmasi, Pemprov Riau Siapkan 3.527 Kuota SMA dan SMK Swasta Gratis
Dibaca : 145 Kali

  • Home
  • Riau

Konflik Eksekusi Lahan Kelapa Sawit Seluas 3.323 Ha

Erdiansyah: Semua Pihak Harus Menghormati Putusan MA

Redaksi
Jumat, 31 Januari 2020 03:55:06 WIB
Cetak
Diskusi media bertajuk "Momentum Reforma Agraria Pasca-Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1087 K/Pid.Sus.LH/ 2018 di Kabupaten Pelalawan, Riau", Kamis (30/01/2020) malam.

Pekanbaru, Hariantimes.com - Rumah Nawacita menggelar diskusi media bertajuk "Momentum Reforma Agraria Pasca-Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1087 K/Pid.Sus.LH/ 2018 di Kabupaten Pelalawan, Riau" di Pekanbaru, Kamis (30/01/2020) malam.

Diskusi yang dihadiri puluhan wartawan berbagai media massa ini menghadirkan tiga narasumber. Yakni Pakar Hukum Pidana Universitas Riau Erdiansyah SH MH, Perwakilan masyarakat Gondai Firman serta Founder Rumah Nawacita-Relawan Jokowi Center Indonesia (RJCI) Raya Desmawanto MSi.

Dalam diskusi ini, ketiga narasumber memaparkan benang merah persoalan konflik eksekusi lahan perkebunan kelapa sawit seluas 3.323 hektare (ha) antara PT Nusa Wana Raya (NWR) dengan PT  Peputra Supra Jaya (PSJ) di Kecamatan Langgam, Pelalawan. Akibat konflik ini, ribuan petani plasma perkebunan sawit yang dibangun PT PSJ ikut menjadi korban.

Bagaimana tidak? Karena lahan kebun sawit milik petani plasma  seluas 3.323 ha itu kini sedang dalam proses eksekusi oleh Dinas Lingkungan dan Kehutanan Provinsi Riau. Eksekusi ini sesuai dengan Keputusan Mahkamah Agung. Dimana pelaksanaan eksekusi putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor: 1087 K/Pid.Sus.LH/2018 dengan objek lahan perkebunan kelapa sawit pada kawasan hutan negara seluas 3.323 hektar di Kecamatan Langgam tersebut sudah tepat secara hukum. Sebab sudah berkekuatan hukum tetap (incrah). Jadi, tak seorangpun yang bisa menghalangi eksekusi tersebut.

Bunyi amar putusan MA itu sudah jelas dan mengikat. Pertama, PT Peputra Supra Jaya (PSJ) secara terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana usaha budidaya tanaman perkebunan dengan luasan skala tertentu yang tidak memiliki izin usaha perkebunan (IUP)

"Terkait hal ini, atas nama kemanusiaan dan peduli terhadap masyarakat kecil, perlu terobosan win-win solution, jalan tengah, terhadap petani sawit yang terdampak sengketa lahan dan putusan MA tersebut," ujar Pakar Hukum Pidana Universitas Riau Erdiansyah SH MH.

Masih terkait amar putusan MA tersebut, beber Erdiansyah, terhadap lahan seluas 3.323 hektar yang menjadi barang bukti itu dirampas untuk dikembalikan kepada negara melalui Dinas Kehutanan c.q PT Nusa Wana Raya (WNR). 

"Jadi menurut saya, semua pihak harus menghormati putusan MA yang sudah berkekuatan hukum tetap tersebut. Dan kalaupun ada upaya hukum yang dilakukan pihak lain, itu tidak menghalangi proses eksekusi terhadap lahan atau objek perkara," tegas Erdiansyah seraya menyampaikan pandangan, bahwa konflik lahan yang terjadi di Pelalawan tersebut sebenarnya juga terjadi di sejumlah daerah di Riau.

"Ini menunjukkan lemahnya pengawasan pemerintah terhadap inventarisasi lahan. Dan kedepan,  pemerintah daerah harus ikut secara aktif menelusuri dan melakukan pendataan lahan-lahan hutan yang ada," katanya.

Terkait konflik lahan tersebut, Founder Rumah Nawacita-Relawan Jokowi Center Indonesia (RJCI), Raya Desmawanto MSi meminta pemerintah memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap izin perusahaan konsesi yang memiliki legalitas sesuai putusan MA tersebut.

Apalagi, ungkap Raya Desmawanto, Pemerintah Provinsi Riau telah membentuk Satgas Penertiban Lahan/ Hutan Ilegal yang ditetapkan melalui SK Gubernur Riau nomor: 1078/IX/2019 tertanggal 25 September 2019, yang memiliki kewenangan untuk menelisik dan menyelidiki legalitas penguasaan lahan/ hutan yang menjadi sengketa antara PT NWR dan PSJ. Dan hasil pemeriksaan Satgas tersebut akan menjadi pintu masuk untuk mengarahkan lahan-lahan tersebut sebagai objek reforma agraria, apakah diselesaikan dengan skema Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) ataupun Perhutanan Sosial (PS).  

Soal penataan agraria lewat program reforma agraria, ungkap Raya Desmawanto, hal itu sudah  diatur secara lengkap lewat Peraturan Presiden nomor 88 tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PTKH), Peraturan Presiden nomor 86 tahun 2018 tentang Reforma Agraria serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor 3 tahun 2018  tentang Pedoman Pelaksaan Tugas Tim Inventarisasi dan Verifikasi Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (Inver PTKH).

Berkaitan dengan program reforma agraria tersebut, sambung Raya Desmawanto, Rumah Nawacita menilai pemerintah harus memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap izin perusahaan konsesi yang memiliki legalitas sebagaimana sesuai putusan MA di atas.

"Jadi dalam kasus ini, dugaan lahan ilegal yang dikuasai PT PSJ seluas 4.500 hektar,  di luar lahan yang disengketakan dengan PT NWR  yang dijadikan objek reforma agraria. Dengan demikian, masyarakat akan bisa menjadi subjek penerima program reforma agraria pada areal tersebut. Dan ini bisa menjadi semacam opsi yang bersifat win-win solution bagi masyarakat yang terimbas dalam konflik tersebut, " katanya. 

Raya Desmawanto menegaskan, kasus hukum ini seyogianya menjadi pintu masuk bagi negara untuk melakukan penataan agraria pada lahan/hutan baik yang berada lama kawasan hutan atau non kawasan hutan untuk dapat dikelola oleh masyarakat secara tepat sasaran. Ini pasti dan efektif untuk menopang ekonomi masyarakat.

"Rumah Nawacita akan mengawal dan ikut mendampingi proses reformasi agraria pada areal tersebut. Sehingga, objek dan subjek reforma agraria benar-benar tepat sasaran, berkeadilan dan produktif. Dan setelah rumusan ini, segera kita sempurnakan. Selanjutnya kita akan mengirimkan surat secara resmi dan bertemu dengan Gubernur Riau serta pihak kementrian agar opsi yang kita tawarkan ini dalam menuntaskan konflik lahan di Pangkalan Gondai dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya," ujar Raya Desmawanto.

Seperti diketahui, Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1087 K/Pid.Sus.LH/2018 dengan objek lahan perkebunan kelapa sawit pada kawasan hutan negara seluas 3.323 hektar di Kecamatan Langgam, Pelalawan telah berkekuatan hukum tetap dan proses eksekusi putusan tersebut telah dilakukan dan masih terus berjalan sampai saat ini.

Putusan tersebut membuka fakta baru, bahwa pembukaan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan PT PSJ tersebut ternyata berada dalam kawasan hutan yang telah dibebankan haknya oleh negara kepada PT Nusa Wana Raya (NWR). Di mana objek putusan tersebut adalah bagian dari hutan tanaman industri yang dibebankan hak hutan tanaman industri (HTI) PT NWR.

Dan berdasarkan penelusuran di situs www.mongabay.co.id, ungkap Raya Desmawanto, lahan yang dikelola PT Peputra Supra Jaya sesuai SK Bupati Pelalawan nomor: Kpts.525.3/DISBUN/2011/113 tanggal 27 Januari 2011 tentang Izin Usaha Perkebunan-Budidaya (IUP-B) adalah seluas 1.500 hektar.  Namun berdasarkan investigasi, diperoleh informasi bahwa secara faktual PT PSJ diduga kuat mengelola atau mengerjakan lahan seluas 9.324 hektar. Di dalam keseluruhan lahan yang dikelola tersebut, seluas 3.323 hektar adalah merupakan objek dalam putusan MA yang telah dan sedang dieksekusi.

Namun terlepas dari persoalan hukum yang menjerat PT PSJ serta keputusan hukum dari MA yang harus dihormati semua pihak, tegas Raya Desmawanto, sudah sepatutnya hasil pemeriksaan Satgas menjadi pintu masuk untuk mengarahkan lahan-lahan tersebut sebagai objek reforma agraria, apakah diselesaikan dengan skema Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) ataupun Perhutanan Sosial (PS). Dengan demikian, masyarakat yang terkena dampak dari putusan MA tersebut sebaiknya dan seharusnya mendapat prioritas utama sebagai subjek penerima objek reforma agraria.

"Dan ini akan segera kami usulkan dan kawal hingga bisa diwujudkan," tegas Raya Desmawanto seraya menegaskan, Rumah Nawacita dalam kasus ini tidak berada di salah satu pihak yang bersengketa.

"Kami ingin masalah ini selesai secara baik. Ada win-win solution dan masyarakat (petani sawit) yang terdampak sengketa tetap memiliki harapan ke depannya," harap Raya Desmawanto.

Sementara perwakilan masyarakat Gondai, Firman yang ikut dihadirkan dalam diskusi tersebut menginformasikan, bahwa hampir 90 persen dari anggota koperasi kebun plasma KKPA dengan PT Perputra Supra Jaya, bukan masyarakat  tempatan.

"Saya anak jati Gondai dan saya bisa tegaskan di sini, mereka adalah masyarakat luar yang datang ke Kabupaten Pelalawan dan kemudian membeli keanggotaan koperasi," pungkas Firman yang mengaku cucu dari pendiri Koperasi Sri Gumala Sari sebagai koperasi kebun plasma pertama di Gondai sebelum akhirnya pecah menjadi delapan koperasi yang saat ini bermitra dengan PT PSJ.

"Harapan kami, sengketa hukum yang terjadi saat ini agar tetap memperhatikan nasib masyarakat di Pangkalan Gondai. Meski dalam faktanya,  pemilik lahan sawit yang akan dieksekusi tersebut sebagian besar bukan warga asli Gondai. Namun kami tetap berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa mengorbankan masyarakat tanpa solusi apa-apa. Dan jika nanti program reformasi agraria seperti yang disampaikan Rumah Nawacita ini dapat terlaksana,  kami berharap benar-benar memperhatikan nasib masyarakat tempatan," ujar Firman yang mengaku lahir dan besar di daerah tersebut.(*)


Penulis: Zulmiron


[Ikuti HarianTimes.com Melalui Sosial Media]


HarianTimes.com

Berita Lainnya

  • +

Peringatan HUT Bhayangkara ke-79, Irjen Pol Herry Heryawan: Polri Harus Berempati dan Bertanggung jawab Secara Sosial

Restuardy Daud: Kebijakan Daerah Bisa Jadi Penggerak Utama

Ikrar Setia NKRI, Abdul Wahid: Ini Kerjasama Kita Semua Bersama-Sama Musnahkan Radikalisasi

Kanwil Kemenkumham Riau Bertekad Jadi Bagian dari Transformasi Birokrasi

Jaga Marwah Penilaian, 170 Dewan Hakim dan Panitera MTQ ke-43 Riau Ikuti Orientasi dan Pembekalan

ITDP Gelar Lokakarya Elektrifikasi Transportasi Publik Skala Nasional di Pekanbaru

Peringatan HUT Bhayangkara ke-79, Irjen Pol Herry Heryawan: Polri Harus Berempati dan Bertanggung jawab Secara Sosial

Restuardy Daud: Kebijakan Daerah Bisa Jadi Penggerak Utama

Ikrar Setia NKRI, Abdul Wahid: Ini Kerjasama Kita Semua Bersama-Sama Musnahkan Radikalisasi

Kanwil Kemenkumham Riau Bertekad Jadi Bagian dari Transformasi Birokrasi

Jaga Marwah Penilaian, 170 Dewan Hakim dan Panitera MTQ ke-43 Riau Ikuti Orientasi dan Pembekalan

ITDP Gelar Lokakarya Elektrifikasi Transportasi Publik Skala Nasional di Pekanbaru



Tulis Komentar



HarianTimes TV +

Pipa Minyak Blok Rokan di Km 16 Balam, Rohil Bocor, Minyak Mentah Membasahi Hampir Sebagian Badan Jalan

24 Juli 2024
Harlindup, Aktivis Lingkungan Kunni Marohanti Turun ke Jalan Kampanyekan Keadilan Ekologis
05 Juni 2023
Rakernas Berakhir, SMSI Minta Presiden Joko Widodo Tidak Menandatangani Rancangan Perpres Publisher Right
08 Maret 2023
TERKINI +
Berkunjung ke UiTM Malaysia, Prof Junaidi: Kita Ingin Mengenalkan Unilak Semakin Oo Internasional
03 Juli 2025
Ujian Promosi Doktor di Program Pascasarjana UIR, Endar Muda: UU Pengelolaan Zakat Perlu Direvisi
03 Juli 2025
YBM PLN Bersama IZI Gelar Khitan Sehat Anak Sholeh
02 Juli 2025
UPZ Unri Gandeng Baznas Riau Salurkan Bantuan UKT Semester Ganjil TA 2025-2026
02 Juli 2025
Pendaftaran Jalur BOSDA Afirmasi, Pemprov Riau Siapkan 3.527 Kuota SMA dan SMK Swasta Gratis
02 Juli 2025
Bupati Siak Umumkan Beasiswa Kuliah Penuh, Pendaftaran Mulai Dibuka 03 Juli 2025
02 Juli 2025
Panitia Kongres PWI Temui Menteri Hukum dan Kapuspen TNI
02 Juli 2025
UPZ UIR Kembali Salurkan Bantuan Pendidikan untuk 25 Mahasiswa
02 Juli 2025
Syukuran Hari Bhayangkara ke-79 Polres Siak, Dr Afni: Semoga Semakin Profesional dan Dicintai Rakyat
02 Juli 2025
Dukung Tiga Ajang Internasional di Nias, Indosat Tambah Kapasitas Tiga BTS di Titik Strategis
02 Juli 2025
TERPOPULER +
  • 1 Berhasil Berdayakan AI, Indosat Ooredoo Hutchison Raih HR Asia Awards ke-6 Kalinya
  • 2 Dokumen tak Memenuhi Ketentuan Keimigrasian, 15 Calon Jamaah Umroh Ditunda Keberangkatan ke Arab Saudi
  • 3 Berkunjung ke DLHK Riau, Dr Afni Ungkap Masalah Hak Hutan Tanah Rakyat Siak
  • 4 Dorong Pemberdayaan Perempuan Indonesia, Indosat Hadirkan SheHacks Innovate di Gunung Sitoli
  • 5 Pemko Pekanbaru akan Kembangkan Bus Rapid Transit dengan Lajur Khusus
  • 6 Agung Nugroho: Tiga Unit Bus Listrik akan Mulai Dioperasikan
  • 7 1.479 lowongan kerja Tersedia di Pekanbaru Job Fair 2025
  • 8 Mobil Loker AMAN Jemput Bola ke Masyarakat
  • 9 Sempena Hari Jadi Pekanbaru ke-241, Naik Bus Trans Metro Gratis Tiga Hari
Ikuti kami di:
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
HarianTimes.com ©2018 | All Right Reserved