Polda Riau Tetapkan 13 Tersangka Kerusuhan di PT SSL
Liburan Sekolah, APGWI Taja Khitanan Massal di Pendalian IV Koto
Setelah Berpisah 30 Tahun, Canda dan Tawa Warnai Temu Kangen Dedongkot Aspura-Aspuri

Pekanbaru, Hariantimes.com - Setelah 30 tahun lebih tak bertemu, akhirnya warga Asrama Putera (Aspura) dan Asrama Puteri (Aspuri) Yogyakarta bertemu dalam Temu Kangen bertajuk, 'Merangkai Kisah Mengeratkan Silaturrahmi'.
Reuni berlangsung di kediaman Dr H Syafriadi SH MH di Jalan Indrapuri No 37 Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru pada Sabtu (12/11/2022) pagi hingga sore.
Tak kurang lebih dari 60 peserta hadir. Selain dari Pekanbaru juga Tanjungpinang, Dumai dan Duri, Pangkalan Kerinci, Bangkinang dan Kuok serta Pasir Pengarayan.
''Ini pertemuan yang luar biasa setelah 30 tahun lebih kita tak bertemu. Banyak kisah lucu, sedih, bahagia dan kenangan semasa kita sama-sama tinggal di Aspura dan Aspuri Yogyakarta,'' kata Koordinator Reuni Moh Soeharto memulai acara seremoni.
Moh Soeharto menuturkan, alumni yang datang didominasi angkatan 1980-an hingga 1990-an.
Aspura dan Aspuri Yogyakarta boleh disebut 'kawah candradimuka' mahasiswa Riau di Yogyakarta yang kuliah di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Aspura terletak di Jalan Bintaran Tengah Nomor 2, sementara Aspuri di Jalan Cemoro Jajar Nomor 10. Kedua tempat ini dibangun oleh Pemerintah Provinsi Riau, jauh sebelum Riau Daratan dan Riau Kepulauan berpisah.
Di masa itu, warga Aspura dan Aspuri meliputi seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Riau (termasuk Kepulauan Riau). Setelah tamat dari perguruan tinggi, rerata warga Aspura dan Aspuri balik ke daerah asal. Mengabdi, berkarya dan bekerja di berbagai bidang dan profesi. Ada politisi, birokrat, pengusaha bahkan kepala daerah. Tetapi beberapa diantaranya adsa pula yang menetap di Yogyakarta.
Reuni Alumni Aspura-Aspuri yang baru pertama diadakan ini boleh disebut pertemuan temu kangen. Awalnya, koordinator acara Moh. Soeharto meragukan jumlah peserta yang bakal hadir. Maklumlah. Selain dibatasi jarak juga kesibukan masing-masing. Namun di luar dugaan.
Dua jam sebelum muadzin masjid mengumandangkan azan pertanda waktu shalat Zohor masuk, para alumni mulai berdatangan secara gerombolan. Junaidi yang akrab disapa Ucok muncul bersama koleganya Tompel, Yoserizal, Syarifuddin Emi dan Aryeni. Menyusul kemudian dedongkot yang dirindukan Yusmadi, Even Lay, Herman Monas alias Dadang, Muhammad Yusuf, Arbaini, Raja Rena, Sulastri, Sumarso Herman, Nirwita Umar, Asrul Sani alias Comel, Ade Hartati, Syahminan, Rina, Yarlinda Saleh, Tien Triani Sattah dan lain-lain. Pertemuan pun menjadi ramai. Melebihi perkiraan. Terakhir terlihat pula Harunsyah Daud, Salfen Hasri, Ahmad Firdaus, Eka Purba dan Ahmad Martalius dari Dumai.
Tak ada yang istimewa dari reunian itu. Kecuali temu kangen. Mendengar cerita-cerita lucu dari kisah 30 tahun lebih semasa bertungkus lumus dengan buku. Ketawa, bercanda dan saling bertanya kabar. Yang centil semasa di asrama dahulu pun masih suka menggoda.
''Aspura dan Aspuri ini luar biasa. Mempertemukan dan mempersatukan bathin kita menjadi keluarga besar. Dahulu dan sekarang. Beberapa diantaranya ada yang ketemu jodoh. Seperti Syafriadi dengan Yanti, Yose dengan Yeni, Uun dengan bang Herman,'' kata Arbaini yang lupa menyebutkan, kalau dirinya juga berjodoh dengan alm. Amri, warga Aspura.
Pensiunan ASN Pemprov Riau dengan jabatan terakhir Kepala Balitbang itu tak menyangka kalau dirinya masih bisa bertemu secara bersama-sama dengan warga Aspuri dan Aspura. ''Saya yakin, kawan-kawan lain yang belum berkesempatan hadir punya keinginan yang sama untuk berjumpa. Karena itu, pertemuan berikutnya diadakan di rumah saya,'' ujar alumni Universitas Gadjah Mada itu.
Di luar Arbaini, Muhammad Yusuf tak kalah seru. ''Saya masih punya bon dapur umum yang sampai kini belum dilunasi, hahahaha.....Tapi kalau pun ada hutang makan yang belum dibayar, semua sudah saya ikhlaskan,'' timpal Yusuf yang sekarang bekerja sebagai ASN di RSUD Arifin Achmad.
Yusuf adalah alumni Fakultas Kedokteran UGM. Semasa di asrama, ia dipercaya pengurus mengelola dapur umum yang bertugas mengatur makan siang dan makan malam warga asrama. Juga "membuka" warung kejujuran bagi yang berminat membeli indomie dan telor. Kenangan 30 tahun lebih itu kembali dikisahkan lelaki kelahiran Bengkalis tersebut.
''Saya memang sudah lama merindukan pertemuan seperti ini. Tadi pagi, sebelum ke tempat ini, saya masih ada acara. Tapi buru-buru saya sudahi karena takut terlambat dan pengen bertemu kawan-kawan. Terima kasih kepada semuanya. Pertemuan ini sangat luar biasa,'' tambah Yusuf.
Sejurus. MC Soeharto menyerahkan micropon kepada Yusmadi. Dedongkok 80-an yang postur dan wajahnya tak jauh berubah dari 30 tahun lalu. Lelaki asal Kepulauan Riau ini berpembawaan tenang, ramah dan lembut. Salah satu kelebihan Yusmadi adalah bermain gitar. Kalau jemarinya sudah memetik senar gitar, warga aspura pun berbondong berkumpul. Ikut bernyanyi bersama-sama dengan Yusmadi. Termasuk warga aspuri yang kalau sedang bertandang ke aspura.
''Nengok mike-mike ini macam budak-budak saje lagi walaupun sekarang tak budak-budak lagi. Pertemuan ini memang perlu kita rutinkan seperti pesan disampaikan oleh Kak Aini (sapaan Arbaini). Cuma di acara berikutnya kita perlu isi dengan majelis taklim, saya kadang lupa berapa umur saya sekarang rasa-rasanya masih muda saje,'' kata Yusmadi dengan logot Melayu yang kental.
Suasana jadi meriah ketika Yusmadi mulai bersandung. Diiringi music orgen tunggal, ia melantunkan tembang kenangan bertajuk 'Sepanjang Jalan Kenangan'. Even Lay yang paling senior pun ikut bersama Yusmadi. Bernyanyi sambil berjoget. Tak hayal, kegembiraan kedua penyanyi senior itu mengundang Aan Susanti berjoget bersama seniornya. Alumni lain tak tinggal diam. Mereka bersiap mengabadikan peristiwa meriah itu melalui seluler masing-masing.
Suasana kian semarak dan meriah. Ketika Rina dan Sumarso mulai beraksi. Dangdut remix yang dimainkan pemusik mampu melepas rasa rindu para alumni. Ketawa pun pecah. Beberapa alumni tampak memegang perut tak tahan melihat polah Rina dan Marso, lelaki bertubuh kurus dan kocak. ''Ini benar-benar temu kangen yang bikin kita betah berlama-lama,'' celetuk salah seorang alumni sambil ngakak.
Azan waktu ashar pun berkumandang. Musik ditutup. Beberapa diantara alumni pamitan pulang. Sebagian masih melanjutkan cerita dan kebersamaan mereka. ''Kita jumpa lagi di pertemuan berikutnya. Bang Salfen sudah menyiapkan kambing guling di rumahnya,'' tukas Suharto menyebut nama Prof Dr Salfen Hasri, alumni IKIP Yogyakarta.
Usai reuni. Foto-foto temu kangen pun beredar masif di whatsshap group.
''Assalamu'alaikum wr wb. Sy monitor aje dari wa yang dikirim ke group. Senang sekali lihat nya. Terutama aada abang2 yang senior bang Ridwan. Bang Harun bng Adi bang even. Ingat saye waktu abnag nikah di Ponorogo kami datang senang x. Hati teringin. X dak datang bang. Ape kan daye maksud tak sampai. Nengok photo-photo yang ade hilang juga rindu. Ade kak Uun arbaini. Cume peny Diah tak nampak ye. Semoga sehat semua. Dan insha Allah dilain kesempatan Allah izinkan kite berjumpe. Salam sayang dan sehat selalu utk abang2 adik2,'' komentar Zakbar, warga aspuri yang paling senior dari Tanjungpinang.
''Salam kangen dari yogya'' celetuk Dian menyahut Zakbah.(*)
Tulis Komentar