Kanal

FKIP UMRI Gelar Workshop P2MPK

Pekanbaru, Hariantimes.Com - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) menggelar workshop Pengembangan Perangkat dan Media Pembelajaran Kolaboratif (P2MPK) bagi dosen dan guru, baru-baru ini. 

Workshop ini diselenggarakan guna memberi pengalaman kepada dosen agar berkolaborasi dengan guru di sekolah. Sehingga mereka memahami kebutuhan seperti apa diperlukan untuk memaksimalkan proses mengajar di sekolah.

Rektor UMRI, Dr Mubarak MSi dalam sambutannya mengatakan, memperbaiki kurikulum sangat penting agar sesuai dengan kebutuhan pasar. Sebab kurikulum yang baik bisa dihasilkan kalau semua stakeholder dan pengguna ikut terlibat dalam penyusunannya.

Rektor juga menekankan kepada peserta workshop agar mampu menyesuaikan diri dengan kondisi terkini. Anak yang diajarkan saat ini adalah generasi milenial. Mereka hidup di era revolusi industri 4.0 yang akrab dengan dunia digital dan kecerdasan buatan.

Sementara, pengajarnya kebanyakan adalah generasi yang hidup di era revolusi industri 3.0. Tak heran, mahasiswa dan siswa sekarang cenderung lebih pintar. Mereka lebih paham tentang berbagai hal meski tak membaca buku.

“Di kelas, mereka seperti tidak memperhatikan guru atau dosennya mengajar. Namun ketika ditanya, mereka bisa menjawabnya,”kata Mubarak.

Melihat kondisi ini, Rektor Mubarak tak menutup kemungkinan jika kelak keberadaan guru tergantikan dengan teknologi. Namun, Rektor menekanknn, tetap ada sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Itulah yang dapat dimanfaatkan oleh dosen dan guru saat ini. Langkah awalnya, yaitu lewat perbaikan kurikulum yang mesti mengikuti zaman.

“Untuk itu, kemitraan harus berlanjut. Dosen harus sering turun ke sekolah-sekolah, bertemu guru dan melihat kondisi saat ini. Karena jika tidak, maka guru akan kalah dengan siswa,” tegasnya.

Ditambahkan Mubarak, Umri beberapa waktu lalu Umri telah menyusun Kurikulum sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Untuk teknisnya, diwujudkan lewat program yang didukung kementerian ini. Dalam program ini, kurikulum dijabarkan lagi dengan pemaparan soal pola pembelajaran yang baik. Termasuk perangkat sesuai mata pelajaran yang dipelajari itu.

“Disini ada diskusi dan berbagi. Instruktur akan memberi materi lalu didiskusikan bagaimana pengembangan perangkat pendidikan di sekolah. Misalnya mata pelajaran biologi, apa saja perangkat yang harus disiapkan agar tujuan pembelajaran tercapai,” ungkapnya.  

Sementara Dekan FKIP Umri Edi Ismanto ST MKom menjelaskan, program ini merupakan kesempatan yang diberikan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Tujuannya adalah untuk melaksanakan penugasan dosen terjun ke sekolah-sekolah.
 
"Kegiatan itu juga menjadi ajang sharing informasi keilmuan pengajaran serta berbagi perangkat ajar dengan perkembangan teknologi saat ini. Tujuannya, bagaimana metode pembelajaran yang lebih baik agar menghasilkan cara belajar yang menggembirakan," kata Edi.

Kemudian, kata Edi, pihaknya juga mengharapkan terciptanta kemitraan yang sejati antara FKIP Umri dengan sekolah mitra. Untuk itu, dalam teknisnya, para dosen Umri akan mengajar bersama guru selama delapan kali pertemuan dalam 2 bulan.

Edi menegaskan, jadwal mengajar disesuaikan dengan kondisi di sekolah. Sehingga dipastikan kegiatan tersebut tak mengganggu aktivitas belajar mengajar yang sudah terjadwal di sekolah. Kemudian, di tahap akhir, akan ada assessment penilaian bagi siswa serta dihasilkannya jurnal pembelajaran.

Menurut Edi, program ini memang tidak menyasar seluruh mata pelajaran di sekolah. Karena mata pelajarannya disesuaikan dengan program studi (Prodi) yang ada di FKIP. Yaitu, pendidikan informatika, pendidikan bahasa inggris, pendidikan elektronika dan pendidikan IPA.

“Jadi sekolah yang ditunjuk pun adalah yang memiliki kompetensi ilmu yang sesuai dengan prodi di FKIP,” jelasnya.

Dia menambahkan, kontribusi untuk pemerintah pusat lewat program ini adalah, perguruan tinggi mampu berkontribusi dalam mengatasi masalah yang muncul akibat perubahan kurikulum di sekolah. Sehingga ketika ada masalah, bisa dipecahkan lewat kemitraan dengan perguruan tinggi.(*/ron)

Berita Terkait

Berita Terpopuler