Kanal

Dapat Bisikan Gaib, Ayah Kandung Tega Habisi Nyawa Anak Sendiri

Pekanbaru, Hariantimes.com - Warga Perumahan Griya Cipta, RT 03 RW 10 Gang Anturium, Kelurahan Sialang Munggu, Kecamatan Tampan dihebohkan dengan peristiwa pembunuhan anak balita yang dilakukan oleh ayah kandungnya, Senin (17/02/2020).

Pelaku yang diketahui bernama Hermanto (38) ini mengaku tega menghabisi nyawa anak kandungnya berinisial F, masih berusia 3 tahun karena mendapat bisikan gaib.

"Bapaknya ini membunuh karena ada bisikan," sebut Kapolsek Tampan AKP Juper Lumban Toruan kepada media di Tempat Kejadian Perkara.

Menurut pengakuan pelaku, beber Kapolsek, aksi keji itu diyakininya bisa menghilangkan penyakit istrinya yang dirasuki makhluk halus berupa genderuwo. Jadi untuk mematikan genderuwo itu, dengan cara membunuh anaknya sendiri.

"Penyakit istrinya, yang dirasuki genderuwo bisa berpindah ke anaknya. Jadi untuk mematikan genderuwo itu, dengan cara membunuh anaknya sendiri. Anaknya dicekik, lalu dimasukkan lembaran alquran ke dalam mulut (anak), lalu dibakar. Anaknya kemudian dicekik dengan menggunakan kawat hanger atau gantungan baju. Kejadiannya Subuh, jam 3 pagi," ungkap Juper.

Kapolsek mengatakan, pengakuan pelaku kerap berubah-ubah. Sehingga Penyidik dari Polsek Tampan pun dibuat bingung dengan keterangan yang disampaikan oleh pelaku. Misalnya saja sebutan hantu, yang menurutnya menghinggapi tubuh istrinya Jumini (37).

Awalnya, kata pelaku, hantu tersebut adalah genderuwo. Namun belakangan, hantunya berbeda, yakni kuntilanak.

"Alasannya ada bisikan gaib. Bahwa selama ini kuntilanak yang ada ditubuh istrinya berpindah ke badan anaknya. Atas dasar itu kemudian si pelaku, supaya kuntilanaknya mati, caranya anak tersebut dibunuh," tutur Kapolsek.

Korban yang merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara ini, awalnya dibekap dan dicekik sampai lemas. Ini dilakukan sendiri oleh ayah korban. Lalu mulut korban disumpal dengan kertas sobekan alquran sampai penuh.

"Korban lalu diangkat ke meja makan. Pelaku kemudian mengambil plastik yang sudah disulut api, dan dibakar ke sobekan alquran dalam mulut korban. Sampai akhirnya korban tidak bisa bernafas dan meninggal dunia," ulas Kapolsek.

Tak berhenti sampai disitu, pelaku yang mengaku masih mendapat bisikan gaib, mengambil hanger atau penjemur pakaian dari besi kawat. Dia pun melilitkan hanger itu ke leher anaknya.
"Alasannya supaya jasad anak ini tidak dilarikan oleh kuntilanak tadi. Korban lalu diangkat ke meja makan. Pelaku kemudian mengambil plastik yang sudah disulut api, dan dibakar ke sobekan alquran dalam mulut korban. Sampai akhirnya korban tidak bisa bernafas dan meninggal dunia," urai Kapolsek.

Tak berhenti sampai disitu, pelaku yang mengaku masih mendapat bisikan gaib, mengambil hanger atau penjemur pakaian dari besi kawat. Dia pun melilitkan hanger itu ke leher anaknya.

"Alasannya supaya jasad anak ini tidak dilarikan oleh kuntilanak tadi," ungkap Juper.

Dugaan sementara, pelaku terjebak dalam pola aliran sesat yang dipelajarinya sendiri.

"Pada saat melakukan perbuatan itu, dia ngakunya tidak sadar. Tapi sejauh ini kalau kita lihat mimik wajahnya, tenang saja. Tidak ada seperti merasa bersalah," tuturnya.

Dari hasil pemeriksaan sementara, Jumini, istri pelaku saat peristiwa itu terjadi memang mengetahuinya.
Namun dia takut kepada suaminya, jika menolong si anak.

"Anak yang dua lagi juga ada. Mereka dipaksa tidur. Anaknya yang paling besar, ngaku mendengar adiknya mendengar jeritan kesakitan. Tapi saat bangun, dilarang bapaknya (pelaku)," sebut Juper seraya menambahkan, pelaku dikenal cukup baik oleh tetangga maupun warga sekitar.

"Dia ini kan bekerja sebagai montir di bengkel resmi, dealer besar di Pekanbaru. Kita tanya ke tetangga, si pelaku ini tidak ada masalah. Dia juga baik. Kadang kalau orang mau servis, datang ke rumah pelaku langsung," paparnya.

Dikatakan Kapolsek, pelaku juga sempat mengutarakan, jika apa yang dilakukannya, bisa membuat dia dan anggota keluarga yang lain bisa terbang ke Mekkah.

"Jadi pas kita amankan itu, mereka seperti sudah siap-siap mau terbang katanya ke Mekkah. Pakai pakaian serba putih. Dia ini kan bekerja sebagai montir di bengkel resmi, dealer besar di Pekanbaru. Kita tanya ke tetangga, si pelaku ini tidak ada masalah. Dia juga baik. Kadang kalau orang mau servis, datang ke rumah pelaku langsung," paparnya.

Pelaku juga sempat mengutarakan, jika apa yang dilakukannya, bisa membuat dia dan anggota keluarga yang lain bisa terbang ke Mekkah.

"Jadi pas kita amankan itu, mereka seperti sudah siap-siap mau terbang katanya ke Mekkah. Pakai pakaian serba putih," pungkasnya seraya mengatakan pelaku akan diperiksa juga kejiwaannya. Apakah dia sadar atau tidak membunuh anaknya.

Dan saat ini, Hermanto (38), pria yang diduga merupakan pelaku pembunuhan terhadap anak kandungnya sendiri, mendekam di jeruji Polsek Tampan.

Lalu apa kata tetangganya? Endi Prasetyo, salah seorang warga mengungkapkan, terungkapnya peristiwa ini, berawal saat sejumlah warga berkumpul di depan rumah pelaku.

"Karena melihat keluarga Pak Hermanto tidak melakukan aktivitas, tidak buka pintu, mengurung diri. Jadi warga mulai berkumpul untuk memastikan kondisi keluarga Pak Hermanto," jelas Endi saat diwawancarai di lokasi.

Selang beberapa jam, saudara kandung pelaku, bernama Iwan, datang ke lokasi.

"Dia juga bilang abang (pelaku) tidak keluar-keluar Bang. Akhirnya warga inisiatif memanggil nama Pak Hermanto. Cuma tidak ada sahutan," tuturnya.

Alhasil, warga selanjutnya melapor kepada Ketua RT dan RW setempat, untuk meminta izin mengecek kediaman pelaku. Serta melapor kepada pihak yang berwajib.

"Jam 10.30, saya dan adik (pelaku) berusaha untuk masuk ke dalam rumah, melalui pintu samping dan akhirnya berhasil. Kami berdua masuk, dan beberapa saksi. Melihat anaknya Fadil, posisi telungkup di dapur, depan pintu kamar mandi, diduga sudah tidak bernyawa," ungkapnya.

Ketika itu Endi mengaku, dia melihat leher korban terjerat dengan tali kawat hanger untuk menjemur pakaian.
"Kalau Pak Hermanto, istri dan dua anaknya yang lain saat itu posisinya di dalam kamar," terangnya.

Selanjutnya, Endi dan adik pelaku keluar dari rumah. Tak lama, baru pihak kepolisian datang.

Endi membeberkan, Hermanto, istrinya dan dua anaknya, terlihat mengenakan pakaian serba putih. Seperti sedang melakukan ritual tertentu.

Hanya saja benda-benda mencurigakan saat itu tidak ditemukan.

"Orangtua korban (pelaku) yang laki-laki di depan, dua saudara laki-lakinya di tengah, dan istrinya di belakang," ucapnya.

Disinggung apakah pelaku pernah memperlihatkan aktivitas yang aneh selama ini, Endi menjawab dia tak pernah melihat tentang hal tersebut.

Bahkan bergaul dengan para warga sekitar, pelaku berbaur seperti biasanya.
Pelaku termasuk orang yang supel dan ramah.

Dia sehari-hari diketahui bekerja sebagai kepala mekanik di salah satu bengkel besar di Pekanbaru.

"Jadi waktu polisi masuk dengan cara didobrak, ditanya ke orangtua korban. Nggak kamu lihat anakmu itu, sudah kamu korbankan anakmu itu. Dia jawab itu anak soleh mas nggak apa-apa, dia masuk surga. Santai saja dia," urainya.(*)

Berita Terkait

Berita Terpopuler