Kanal

Wabup: Tidak Ada Hubungan dengan Ritual Keagamaan

Meranti, Hariantimes.com - Perang Air telah berhasil menciptakan kegembiraan bagi seluruh warga Kepulauan Meranti, baik yang berasal dari suku Melayu atau Suku Tionghoa dan suku lainnya.

Semuanya berbaur menjadi satu, bersuka ria menikmati suasana Perang Air yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun.

"Perang Air ini tidak ada hubungan dengan ritual keagamaan, tetapi lahir dari kearifan lokal yang merupakan kebiasaan masyarakat sejak puluhan tahun lalu yang dikemas sedemikian rupa oleh masyarakat Tionghoa dan kebetulan bertepatan dengan perayaan Imlek," jelas Wakil Bupati (Wabup) Kepulauan Meranti H Said Hasyim saat membuka Festival Perang Air (Cian-Cui), Senin (27/01/2020) kemarin.

Pembukaan event wisata Peraih Penghargaan Pesona Indonesia Kategori Wisata Terpopuler yang dipusatkan di Halaman Hotel Grand Indo Baru, Selatpanjang ini dihadiri Kabiro Kesra Sekdaprov Riau H Masrul Kasmi, Presiden Institute Otonomi Daerah Prof Dr Djohermansyah Johan, Ketua DPRD Meranti Jack Ardiansyah, Penjabat Sekdakab. Meranti Bambang Supriyanto SE MM, Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Taufik Lukman, Danramil Selatpanjang Mayor Inf Irwan, Kadis Pariwisaya Meranti Rizki Hidayat, Danposal Selatpanjang Lettda Jery Hendra, Kepala Imigrasi Selatpanjang, Tokoh Masyarakat dan ribuan perserta yang mengikuti Festival Cian Cui yang telah mendunia.

Dikesempatan itu, Wabup berharap kepada seluruh masyarakat Meranti khususnya peserta Perang Air, untuk dapat menjaga event ini dengan baik tidak menodainya dengan hal yang negatif. Dan Pemkab Meranti siap mendukung kegiatan ini dan berharap kepada Dinas terkait untuk semakin mengembangkannya.

"Kedepan kita akan meningkatkan lagi kualitas perang air ini. Untuk itu mohon dukungan dari seluruh lapisan masyarakat untuk mensukseskannya," harap Wabup sembari mengajak seluruh masyarakat dari berbagai golongan untuk bersatu padu dalam kebinekaan bersama-sama membangun Meranti melalui pelaksanaan berbagai ivent wisata di Kepulauan Meranti.

"Dampak dari Perang Air ini sangat luar biasa bagi perekonomian di Meranti. Dimana hotel-hotel penuh, rumah makan dan transportasi becak ramai, tiket kapal habis, serta pusat pusat perbelanjaan ramai dan tentunya ini sangat menguntungkan bagi masyarakat," ujar Wabup seraya mengucapkan selamat pulang kampung kepada warga Tionghoa Meranti dari seluruh penjuru dunia.

Seperti diketahui, event Cian Cui acapkali dijadikan moment balik kampung warga Tionghoa asal Meranti dari berbagai penjuru dunia. Dari catatan Dinas Pariwisata Meranti tiap tahun sedikitnya 25 ribu wisatawan masuk ke Kota Selatpanjang, mereka berasal dari Tiongkok, Malaysia, Singapura, Australia dan lainnya.

"Selamat datang, selamat balik Kampung kepada Saudara Tionghoa, mari bersukaria dalam acara Cian Cui ini," ucap Wabup yang disambut gembira oleh semua peserta.

Sebagai warga Meranti, sebut Wabup, harus berbangga. Karena daerah ini telah dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Yakni Ivent Wisata Perang Air yang sudah dikenal sejak dahulu kala oleh masyarakat Meranti.

Diceritakan Wabup, Perang Air sudah dikenal oleh masyarakat Meranti sejak tempo dulu untuk mengekspresikan kegembiraan perayaan Idul Fitri dengan melakukan siram-siraman air, berangkat dari kebiasaan itu kini oleh masyarakat Tionghoa kembali disemarakan dengan nama Cian Cui yang bertepatan dengan perayaan Imlek.

Dan Cian-Cui, jelas Wabup, telah menjadi event terunik di dunia. Karena merupakan  satu-satunya di Indonesia dan hanya ada dua didunia, Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti dan Thailand. Hebatnya lagi, jika di Thailand hanya berlangsung satu hari, di Meranti digelar hingga satu minggu penuh yang dimulai sejak perayaan Imlek atau tahun baru cina.

Kegiatan Perang Air atau Cian-Cui di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, dimulai pada sore hari tepatnya pukul 16.00 hingga 17.30 WIB. Dalam perang Air itu kelompok warga berkeliling kota menggunakan becak motor dan ada juga yang menanti korbanya dipinggir-pinggir jalan protokol sambil menyandang senjata air seperti jalan Ponegoro, Kartini, Imam Bonjol dan Teuku Umar. Siapapun yang melewati jalan tersebut tak luput dari sasaran tembak warga lainnya hingga basah kuyup, hebatnya tak ada emosi dalam ivent ini kelompok warga maupun perorangan yang melakukan aksi itu sudah siap untuk ditembak dan menembak, hebatnya lagi semakin basah kuyup suasana menjadi semakin seru dan semarak.

Setiap tahunnya, warga keturunan Tiong Hoa dari berbagai daerah di Indonesia bahkan manca negara berbondong bondong mendatangani Kota Selatpanjang untuk mengikuti Cian-Cui atau hanya sekedar untuk menyaksikan ivent terunik di dunia ini.

Dari informasi dari Dinas terkait jumlah wisatawan yang datang ke Meranti saat Ivent itu mencapai 20 ribuan orang. Biasanya para wisatawan yang sudah pernah mengikuti perang air di Selatpanjang tak akan melewati ivent ini ditahun tahun berikutnya.(*)

Penulis : Tengku Harzuin

Berita Terkait

Berita Terpopuler