Kanal

Subsidi dan Teknologi, Kunci Menjaga Stabilitas Pangan di Tengah Mahalnya Biaya Input Pertanian

Oleh : Heriyanto, Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas islam Riau

STABILITAS pangan lokal, khususnya komoditas sayuran di Provinsi Riau kini menghadapi tantangan serius.

Biaya input pertanian yang terus melambung telah menjepit petani, membuat usaha tani sayuran menjadi tidak menguntungkan dan berisiko mengancam keberlanjutan produksi.

Menjawab tantangan krusial ini, akademisi dari Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau (UIR) menyoroti dua solusi strategis: intervensi subsidi yang tepat sasaran dan adopsi teknologi pertanian modern.

Temuan ini dipaparkan dalam sebuah kajian ilmiah yang disampaikan saat Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Kelompok Wanita Tani (KWT) Pelita Hati, Pekanbaru.

Data kajian tersebut menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Ditemukan bahwa hampir seluruh, atau 99%, usahatani sayuran di Riau tidak efisien secara alokatif (harga). Inefisiensi ini disebabkan oleh rasio harga input yang dibayar petani.seperti pupuk, benih, dan pestisida jauh lebih besar daripada harga jual (output) yang mereka terima di pasar.

"Petani yang belum efisien secara alokatif disebabkan oleh rasio harga input yang dibayarkan petani lebih besar dari harga output yang mereka terima," tulis paparan tersebut.

Selain masalah harga, 85% petani sayuran juga ditemukan tidak efisien secara teknis. Artinya, penggunaan faktor produksi seperti lahan, pupuk, dan tenaga kerja belum sesuai dan belum mampu menghasilkan produksi yang optimal.

Dampaknya sangat serius. Pendapatan dari usahatani sayuran dirasa lebih kecil dibandingkan sektor lain seperti perkebunan. Hal ini memicu penurunan luas panen sayuran akibat banyaknya alih fungsi lahan menjadi areal perkebunan yang dianggap lebih menguntungkan. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berdampak langsung pada pasokan dan konsumsi masyarakat.

Subsidi dan Teknologi Sebagai Solusi

Menghadapi mahalnya harga sarana produksi (saprodi), merekomendasikan intervensi kebijakan yang konkret.

Pertama, "memberikan subsidi terhadap faktor produksi terutama benih, pupuk dan pestisida". Subsidi ini dinilai krusial untuk menekan biaya produksi yang tinggi akibat harga saprodi yang mahal. Dengan input yang lebih terjangkau, diharapkan petani dapat mengoptimalkan penggunaan faktor produksi sehingga usahatani menjadi efisien secara teknis dan produksi meningkat.

Kedua, perlunya "dukungan teknologi". Mengingat karakteristik lahan di Riau yang didominasi tanah organosol (gambut) dan podsolik merah kuning, penerapan teknologi modern menjadi kunci. Kajian ini merekomendasikan inovasi seperti sistem pengelolaan tanaman hidroponik, irigasi tetes, vertigasi, dan sistem pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang efektif.

Heriyanto menyimpulkan, pencapaian efisiensi teknis dan alokatif adalah syarat mutlak. Jika kedua efisiensi ini tercapai, maka efisiensi ekonomi akan tercapai dengan sendirinya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani dan memperkuat ketahanan pangan daerah.
(*)

Berita Terkait

Berita Terpopuler