Kanal

Bersama Pakar Perkotaan, Kedubes Coffee Obrolkan Banjir dan Sampah di Pekanbaru

Pekanbaru, Hariantimes.com - Potret Kota Pekanbaru di usianya yang ke-236 dikupas tuntas dalam acara obrolan santai di Kedubes Coffee Pekanbaru, Rabu (24/06/2020). 

Tampil sebagai narasumber dalam obrolan tersebut, pakar perkotaan dan tata ruang Riau Dr Ir Muhammad Ikhsan.

Obrolan di Kedubes Coffee tersebut berlangsung santai dan hangat. Buktinya, sejumlah pengunjung yang sedang menikmati kopi aren di kedai kopi yang berlokasi di Jalan Arrosyidin, Arengka, Pekanbaru itu, juga ikut nimbrung dan bertanya kepada Dr Muhammad Ikhsan.

Menurut Dr Ikhsan, banjir yang kerap terjadi di Pekanbaru jika hujan turun lebat disebabkan karena selama ini tidak ada perencanaan yang baik dalam pembangunan drainase. Sehingga antara satu drainase dengan drainase yang lain banyak yang terputus atau tidak mengalir hingga ke sungai-sungai yang ada di tengah kota.

"Ini diperparah dengan banyak sungai dan saluran drainase yang dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab demi mendapatkan keuntungan dalam pembangunan kawasan perumahan atau pertokoan," katanya.

Untuk mengatasi persoalan klasik tersebut, menurut Ikhsan, sesungguhnya tidak sulit asal ada kemauan dan didukung kebijakan anggaran. Namun yang paling penting, perencanaannya harus matang. 

"Harus dibuat masterplan yang baik berdasarkan data yang valid di lapangan. Mana kawasan yang selama ini jadi langganan banjir, mana kawasan yang drainasenya bermasalah, mana yang aliran sungainya menyempit, sehingga nantinya pembangunan yang dilakukan benar-benar terarah," jelasnya.

Ikhan mengakui, sudah ada upaya yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru ke arah itu. Masterplan penanganan banjir sudah disusun. Namun, hal itu harus ditindaklanjuti dengan kebijakan anggaran. 

"Saya berharap agar anggaran untuk mengatasi banjir ini jadi prioritas, jangan melulu untuk membiayai perkantoran Pemko yang baru di Tenayan," katanya.

Menurut Ikhsan, penataan sungai-sungai yang ada di dalam kota perlu dilakukan secara serius. Karena selain akan dapat menjadi salah satu solusi atas persoalan banjir, juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana wisata.

"Jadi konsep water front city itu, bukan hanya diterapkan di sungai Siak, tapi juga-sungai-sungai yang ada di dalam kota, seperti sungai Sail. Kalau aliran sungai Sail dan anak-anak sungainya dibersihkan dan dikelola dengan baik, maka bisa jadi sarana wisata. Masyarakat bisa wisata air, naik perahu atau mengayuh kano menyusuri sungai tersebut," jelasnya.

Terkait pengelolaan sampah, Ikhsan mengungkapkan, perlu partisipasi publik untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah. 

"Salah satu ciri masyarakat metropolis adalah tingkat kesadaran akan lingkungannya yang baik dan mau berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Tidak ada salahnya jika diwaktu-waktu tertentu membuat gerakan hari bebas sampah atau gerakan bersih-bersih sungai. Ini tentu akan sangat membantu. Atau paling tidak diawali dari rumah dengan melakukan gerakan pemilahan sampah yang organik dan nonorganik," ungkapya.(*)

Berita Terkait

Berita Terpopuler