Kanal

Manyakok Kembali Ke Kuantan Singingi

TELUKKUANTAN, HarianTimes.Com - Perhelatan pacu jalur pada tahun 2018 ada yang berbeda, dilihat dari pembukaan Festival Pacu Jalur (FPJ) Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2018 yang di buka langsung oleh Gubernur Riau Ir. H. Arsyadjuliandi Rachman, MBA didampingi Staf Ahli Menteri Pariwisata RI Dra. Esty Reko Astuti, Bupati Kuansing Drs. H. Mursini, M.Si dan Wabup H. Halim beserta Forkopimda di Lapangan Limuno Teluk Kuantan. Salah satunya di hadiri dan dimeriahkan oleh Institut Seni Indoneisia - Padang Panjang (ISI PADANG PANJANG) dengan menampilkan tari "Manyakok" yang dibawakan oleh Himakusi Padang Panjang, pada Rabu (29/08).

Tari manyakok merupakan  salah satu tari tradisional masyarakat Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau. Terciptanya Tari ini dilatar belakangi oleh kegiatan masyarakat pada masa lampau. Tari ini menggambarkan rutinitas kehidupan masyarakat pangean sehari hari dalam menangkap ikan.

Awalnya Tari ini sangat berperan di dalam masyarakat. Sesuai dengan perkembangan tekhnologi, tari Manyakok banyak mengalami pergeseran bahkan nyaris akan punah. Selain dari itu, apabila ditinjau dari segi estetikanya, tari ini masih sangat sederhana dan belum memiliki pola yang tertata sesuai dengan ilmu komposisi tari.

Sehubungan dengan kodisi demikian, sebagai dosen di bidang seni, merasa bertanggung jawab untuk melestarikan kembali tari tradisi manyakok melalui hibah penelitian strategis  Ristek Dikti, tersebut dengan cara mengembangkan tari ini dari komposisinya, sehingga melahirkan bentuk baru karya komposisi tari yang diberi judul tari Manyakok Ceria. Tim peneliti tersebut terdiri dari: Idun Ariastuti, S.Sn,.M.Sn. Risnawati,  S.Sen,.M.Hum dan Dra. Yarlis, M.Sn. 

Penelitian tersebut diberi judul "Pemodernan tari tradisi Manyakok Sebagai Upaya Pelestariannya Melalui Program Wisata Pacu Jalur Pada Masyarakat Pangean Kabupaten Kuantan Singingi Riau". Penelitian ini bertujuan untuk melestarikan kembali tari tradisi Manyakok sehingga dapat meningkatkan Ekonomi masyarakat.

Selain dari itu, tari ini sebagai budaya masyarakat dapat hidup dan berkembang kembali dalam masyarakat pendukungnya. 
kita berharap bentuk baru karya komposisi tari tradisi manyakok yang diberi judul berdasarkan kesepakatan dengan bapak Bupati dan ibu beserta jajarannya dengan judul "Tari Manyakok Ceria" secara umum dapat di terima oleh masyarakat Kuantan Singingi. Karena pada dasarnya bisa menjadi karakteristik Kabupaten Kuantan Singingi, bahwasanya Kuansing memiliki tarian khas yang bisa menjadi ikon dan penambahan PAD Kabupaten Kuansing, khususnya dibidang Pariwisata," sebut Dra. Idun Ariastuti, M.Sn., didampingi Risnawati, S.Sen.,M.Hum dan Dra.Yarlis, M.Sn., saat berbincang dengan wartawan seusai penampilan.

Pada tanggal 03 Agustus 2018 lalu, sebelum produk baru karya komposisi tari Manyakok dikembalikan kepada masyarakat pendukungnya, Bupati Kuansing Drs. H. Mursini, M.Si, didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Marwan, S.Pd,.MM, Ketua DKKS Dra. Hj. Emi Safitri Mursini beserta jajaran dan Ali Yusmi selaku Nara Sumber Tari Manyakok berkunjung ke ISI Padang Panjang dalam rangka pra penampilan Tari Manyakok Ceria. Ketika itu, Bupati berharap tarian ini bisa tampil pada saat pembukaan pacu jalur dan malam apresiasi seni di taman jalur. Karena pada saat itu bupati merasa puas dan bangga terhadap Himakusi Pekanbaru yang membawakan Tari Manyakok Ceria, Karena tarian manyakok ini ialah karakteristik daerah yang harus dikembalikan dan harus hidup di Kabupaten Kuantan Singingi seperti tarian yang lainnya," sebutnya.

Pada malam penampilan seni budaya di Taman Jalur Teluk Kuantan, Sekda Kuansing Dr. H. Dianto Mampanini, SE.,MT didampingi Kadis Pariwisata dan Kebudayaan, Marwan, S.Pd.,MM dan Kadis Kominfo Ir. Syamsir Alam, M.Si menyerahkan cindera mata kepada Himakusi Padang Panjang.

Ditempat berbeda, seniman Rahmadani, S.Sn, saat ditemui wartawan menyebutkan bahwasanya tarian manyakok memang tarian dari Kecamatan Pangean, yaitu digunakan pada saat menangkap ikan, dan tarian ini memang sudah lama tidak dibawakan karena tradisi menangkap ikan dengan bambu yang berbentuk bulat sudah mulai bergeser, dan kita berharap tarian ini bisa dilestarikan dan dikembangkan di Kuansing," tutupnya.***(hrp)

Berita Terkait

Berita Terpopuler