Pekanbaru, hariantimes.com -
Wakil Ketua Bidang Pendidikan PWI Riau Hary B Kori'un akan melelang salah satu novelnya yang berjudul Luka Tanah.
Seluruh hasil lelang tersebut akan langsung didonasikan untuk korban bencana alam di Sulteng melalui lembaga kemanusiaan di Pekanbaru.
Lelang novel tersebut
dilaksanakan di Kedai Kopi Kopikirapa, kawasan Sukajadi, Pekanbaru, Sabtu (03/11/2018) malam.
Dalam acara tersebut juga akan dilakukan diskusi bertema "Sastra Riau Hari Ini" dengan pembicara Marhalim Zaini, sastrawan dan akademisi yang juga Ketua Suku Seni Riau.
"Saya akan melelang 20 eksemplar buku novel tersebut dengan harga paling bawah Rp100.000. Dan saya hanya punya karya novel. Itulah yang akan saya sumbangkan untuk dilelang. Semoga niat baik ini mendapatkan dukungan masyarakat dengan membeli novel tersebut," tutur Hary.
Secara teknis, sebut Hary, acara lelang ini dibantu oleh Eko Faizin, salah seorang aktivis kemanusiaan dan Sekretaris AJI Riau serta pemilik kedai kopi Kopikirapa, Zamzami, yang juga salah seorang aktivis lingkungan.
"Saya berterima kasih kepada Mas Marhalim Zaini, Mas Eko Faizin, dan Bang Zamzami yang bersedia membantu saya dalam acara ini," ujar Hary lagi.
Ditambahkannya, beberapa komunitas di Pekanbaru seperti Malam Puisi Pekanbaru, Suku Seni Riau, Paragraf, dan yang lainnya, akan ikut meramaikan acara ini.
Tentang novel Luka Tanah sendiri, kata Hary, terbit pada tahun 2014 dan beredar di hampir seluruh toko buku Gramedia, Gunung Agung, dan lainnya di seluruh Indonesia. Novel yang akan dilelang ini merupakan koleksi pribadinya.
Hary juga menjelaskan, novel ini bercerita tentang Rama Wahyu Prasetya, seorang aktivis kemanusiaan, yang sepanjang hidupnya dihabiskan untuk mencari kebenaran tentang ayahnya yang dituduh berideologi kiri, dan dihabisi oleh sejumlah orang tak dikenal.
Rama sendiri akhirnya juga jadi buruan intelejen pemerintah karena dianggap memprovokasi warga dalam kerusuhan di beberapa tempat di Jambi, termasuk saat kerusuhan saat gempa bumi di Kerinci.
Dia kemudian hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya sebagai pegiat kemanusiaan. Ketika berada di Aceh saat menjadi relawan bencana tsunami tahun 2005, dia ditembak orang tak dikenal ketika akan mengirim bantuan ke Meulaboh.
"Novel ketujuh saya ini banyak saya dapatkan inspirasinya saat saya berada di lokasi bencana di Kerinci tahun 1995, tsunami Aceh tahun 2004-2005 dan beberapa tempat lainnya," sebut Hary.(*/ron)