Kanal

Pasca Minyak Bumi dan Sawit, Pemkab Siak akan Gerakan Sektor Pariwisata Berdaya Saing

Siak, Hariantimes.com - Potensi minyak kelapa sawit dan minyak bumi di Kabupaten Siak, untuk minyak Bumi pada tahun 2017 lifting minyak mencapai 14,587 ribu/barel pertahun, di tahun 2018 turun menjadi 13,843 ribu/barel pertahun. 

Kenapa di tahun 2018 terjadi penurunan? Penyebapnya, karena harga minyak dunia turun. Selanjutnya biaya untuk pengembangan berkurang, tentu berdampak terhadap produksi.

"Turunnya harga minyak, sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Siak. Kondisi semakin diperparah dengan adanya wabah covid-19 yang berdampak turunnya harga minyak di angka US$ 31/barel," beber Penjabat Sekda Siak Jamaluddin saat mengikuti diskusi dengan tema Goverment Roundtable Riau, Pasca Minyak Bumi dan Sawit melalui virtual di Ruang Live Room lantai dua, Kantor Bupati Siak, Kamis (23/07/2020).

Diskusi tersebut ditaja oleh Mark Plus Inc sebuah prusahaan konsultan manajemen yang berkantor di Jakarta.

Sebagai pembicara pada diskusi itu pimpinan Mark Plus Inc Hermawan Kartajaya, Gubernur Riau Syamsuar, Pimpinan Bank Indonesia Wilayah Riau. Mereka memaparkan Pasca Minyak Bumi dan Sawit di Riau tak lagi dihandalkan dan solusinya.

Pada kesempatan itu, Jamaluddin menyampaikan langkah dan skema Pemkab Siak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedepan Pasca Minyak Bumi dan Sawit.

Menurut Jamaluddin, ada tiga sektor besar yang mempengaruhi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2019. Pertama; sektor pertambangan dan penggalian, 31,82 persen, kedua; sektor industri dan pengolahan 36,78 persen dan ketiga; di ikuti sektor pertanian, perkebunan dan perikanan sebesar 20,10 persen.

"Potensi perkebunan kelapa sawit Siak salah satu kabupaten yang memiliki lahan kebun sawit terluas. Data tahun 2017, luas kebun sawit di Kabupaten Siak berjumlah 324,332 hektare dengan produksi pertahunnya mencapai 1.139.000 ton. Kalau dilihat tahun 2019, ini mengalami peningkatan baik jumlah maupun produkainya," sebut Jamaluddin.

Dikatakannya, saat ini, minyak Bumi dan industri minyak Sawit masih menjadi menjanjikan. Kedua sektor ini mampu memberikan kontribusi yang berimbang bagi pembanggunan daerah. Melalui dana bagi hasil DBH, pajak industri hilir CPO termasuk pajak ekspor dan industri lain.

"Memang kedua sektor diatas kalau kita mengikuti prediksi ahli ekonomi tidak bisa dihandalkan kedepan. Makanya sesuai dengan  misi Siak, kami ingin menggerakan sektor pariwisata yang berdaya saing. Target kami kedepan, pariwisata di Siak akan tumbuh berkembang serta mampu meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten  Siak," katanya.

Jamal juga menjelaskan, wisata di Siak selain didukung dengan obyek wisata sejarah, kuliner, alam dan religi juga tumbuh kelompok sadar wisata yang mengembangkan destinasi wisata alam dan tumbuhan seperti wisata Manggrove dan Merembang di sepanjang daerah aliran Sungai Siak.

"Untuk wisata Alam, Siak memiliki danau Zamrud danau Rawa yang terbesar di Asia. Danau ini memiliki zonasi yang dapat di kembangkan sebagai obyek wisata baru. Ini kami buktikan bekerjasama dengan BKSDA provinsi Riau. Tidak itu saja, termasuk danau Naga Sakit, Giam Siak biosfir termasuk sport  sport tourism seperti Serindit Boat dan Tour de Siak yang sudah berjalan tujuh tahun berturut," katanya.

Selain Kabupsten Siak yang mengikuti diskusi itu, juga terlihat Wakil Walikota Pekanbaru Ayat Cahyadi, Wakil Bupati Rokan Hilir Jamiludin. Video Conference itu juga dihadiri Asisten II Setdakab Siak Hendrisan,  Kepala Dinas Pariwisata Fauzi Asni.(*)

Berita Terkait

Berita Terpopuler