Kanal

IKA SMANSA Pekanbaru Serahkan 1.500 Bibit Petai

Kampar, Hariantimes.com - Ikatan Alumni Sekolah Menengah Atas Negeri Satu (IKA SMANSA) Pekanbaru touring go green ke Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Sabtu (07/03/2020) pekan lalu.

Di kegiatan itu, IKA SMANSA Pekanbaru menyerahkan 1.500 bibit petai dan 500 jenis pohon lainnya seperti matoa, pinang dan nangka. Selain itu ada juga pembagian buku tulis secara gratis. Pembagian buku dilakukan di Desa Sentul, Kampar Kiri.

"Salah satu fokus penanaman dilakukan di Desa Tanjung Belit. Total semuanya sebanyak 2.000 batang," ujar Ketua Pelaksana Touring Go Green IKA SMANSA Pekanbaru Alex Nasution

Adapun dipilihnya jenis tanaman tersebut, menurut Alex, karena dinilai memiliki nilai ekonomis. Bahkan diharapkan dalam jangka empat atau lima tahun ke depan, desa yang dipilih ditanami pohon tersebut dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi warga. 

"Pohon petai, pinang, matoa dan nangka ini ditanam agar dapat dimanfaatkan masyarakat. Sehingga dalam 4 tahun ke depan bisa menjadi sentra buah petai," harap Alex.

Sebelum menuju lokasi, sebut Alex, rombongan touring  go green dilepas Ketua Umum IKASMANSA Pekanbaru Arsadianto Rahman di depan gedung SMANSA Pekanbaru, Jalan Sutan Syarif Kasim. Rombongan diberangkatkan dengan 60 unit  mobil 4x4 dan 4x2 ke Desa Tanjung Belit Kecamatan Kampar Kiri Hulu  Kabupaten Kampar.

Untuk menuju lokasi adventure go green camp, rombongan IKASMANSA Pekanbaru melewati rute perjalanan Taratak Buluh Sungai Pagar, Desa Lubuk Sakat dan Lipat Kain serta Kuntu Darussalam.

"Perjalanan  santai dan penuh keakraban ini berhenti untuk makan siang di pinggir Sungai Subayang di Kuntu Darussalam. Setelah mampir sebentar di Desa Domo pukul 17.00 WIB sore, akhirnya rombongan touring go green IKASMANSA Pekanbaru sampai di Desa Rimba Baling Tanjung Belit  Kampar Kiri Hulu. Sampai disini kami harus menyebrangi sungai dangkal untuk sampai ke areal camping," cerita Alex.

Karena beberapa hari sebelumnya hujan, cakap Alex, membuat debit air Sungai Subayang sedikit tinggi. Sehingga bagi rombongan yang mobilnya sedan mengalami  kesulitan untuk menyeberangi sungai. Bahkan sebuah sedan gagal menyeberang dan hampir hanyut di Sungai Subayang. Dan sebuah mobil troper off road yang mencoba menolong juga ikut terjungkal di sungai.
 
"Walaupun ada sedikit kekhawatiran, akhirnya semua rombongan bisa menyeberang dan mendirikan tenda di hamparan rumput hijau di pinggir sungai yang dipagari  bukit barisan dengan udara yang sejuk. Dan menjelang Maghrib, kami mandi di sungai. Agak risih juga sebenarnya, karena tidak terbiasa. Tapi kondisi badan yang sudah gerah dan beningnya air sungai yang menggoda membuat kami menceburkan diri ke dalam sungai. Setelah sholat Maghrib, kami makan malam yang telah disediakan oleh masyarakat Desa Rimbo Baling dan dilanjutkan dengan acara musik dan api unggun serta bakar singkong. Saya beruntung tenda saya berdekatan dengan tenda ketua angkatan 83 Jefry Nasir. Sehingga saya dan teman satu tenda sering dapat subsidi makanan. Pagi harinya kami beruntung udara cerah acara dilanjutkan dengan penyerahan dan penanam  bibit pohon petai sebanyak 1.500 pohon petai dan 500 jenis pohon lainnya dan pembagian buku tulis yang dihadiri Wakil Ketua DPRD Kampar, Kepala Dinas Pariwisata Kampar dan Kepala Desa Rimbo Baling," beber Alex.

Kegiatan touring go green IKASMANSA Pekanbaru ini, kata Alex, adalah untuk membantu masyarakat Kampar Kiri Hulu menjadi daerah penghasil petai.

"Kami berharap 5 tahun ke depan Desa Tanjung Belit ini bisa menjadi daerah sentra petai. Sehingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat disini. Karena harga petai lumayan tinggi dan pohon petai juga bisa dimanfaatkan," tutur Alex.

Dari Desa Rimbo Baling, sambung Alex, di tengah teriknya matahari rombongan beranjak meninggalkan Pulau Pencong, lokasi camping yang penuh kenangan indah dan penuh  keceriaan.

"Rute touring berikutnya kami naik sampai  menyusuri sungai yang cukup luas dengan arus yang lumayan deras  di tengah hutan larangan Rimbo Baling   Desa Tanjung Belit untuk menuju ke air terjun batu dinding. Posisi air terjun batu dinding yang berada diatas bukit membuat kami harus menempuh jalan mendaki yang cukup terjal dan licin  di tengah hutan larangan Rimba Baling  yang luasnya 300 hektare. Lamanya berjalan kaki kurang 30 menit. Lelah, keringat mengucur deras tapi tetap semangat . Walaupun penuh perjuangan, akhirnya kami bisa menikmati keindahan air terjun batu dinding yang bertingkat- tingkat. Jarak dari air terjun yang satu dengan yang lainnya kira-kira 50 meter. Rasa penat tergantikan dengan keindahan air terjun batu dinding. Bukit Rimbang Bukit Baling hutan larangan adat kenegerian Tanjung Belit seluas 300 ha," paparnya.(*)

Berita Terkait

Berita Terpopuler