Kanal

Bagus Santoso Puji dan Apresiasi Warga Eks Transmigrasi

Pasir Pangaraian, Hariantimes.com - Paguyuban seni Ludruk, Tayub, Kuda Lumping, Reyog, Wayang Kukit dan Jaipongan masih tetap eksis di setiap desa eks transmigrasi yang tersebar di daerah kabupaten se Provinsi Riau. 

Itu membuktikan, warga eks Transmigrasi ini tetap peduli melestarikan seni dan budaya jika dibanding di kampung tempat asalnya, Jawa.

“Warga Transmigrasi ini patut dipuji dan diapresiasi. Karena sampai saat ini tetap peduli melestarikan seni budaya. Di kampung tempat asal Jawa pentas ludruk dan Tayub boleh dikatakan sangat jarang dan sepi, wah di sini sangat semarak dan luar biasa," sebut Wakil Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia ( Pepadi ) Riau Bagus Santoso saat menghadiri undangan warga dalam acara Gebyar Seni Tayub dan Ludruk di  SKPA desa Rambah Utama, Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu, kemarin.

 Bagus Santoso mengatakan, seni budaya merupakan sarana yang efektif saling melebur dan menyatukan perbedaan. Seni bisa menghibur dan melahirkan kebersamaan untuk mewujudkan Desa yang penuh kedamaian. Berbeda beda suku dan agama serat asal  muasalnya tapi tetap satu kompak, guyub rukun memajukan desa.

Di desa- desa eks Transmigrasi , lanjut Bagus Santoso yang juga masih menjabat anggota DPRD Provinsi Riau, hampir 95 persen keturunan Jawa. Tapi jika membicarakan kemajuan desa Siapapun di sini adalah orang Riau, yang berbeda hanya keturunannya. 

"Tapi semangat, rasa kebersamaan dan rasa persatuan membangun desa adalah kewajiban bersama. Dimana bumi di pijak disitu langit dijunjung," tuturnya.

Dengan terus melesatarikan seni dan budaya, selain untuk hiburan dan tuntunan juga akan mendorong pada bergairahnya pertumbuhan ekonomi dan potensi desa. Sebab, dengan  modal kebersamaan akan merangsang warga  desa untuk maju, kreatif  dan damai seiring dengan pembangunan yang berkembang.

Turut hadir pada pagelaran tersebut antara lain kepala- kepala desa, tokoh masyarakat angkatan pertama transmigrasi tahun 1980-1990 Pakde Mujiyono, Daryanto, Handoyo, Sutarno, Siswanto, Mbah Jumadi, Sungkono, ketua Seni Tayub Heri Santoso, dan pegiat seni serta ratusan warga eks transmigrasi.(*/ron)

Berita Terkait

Berita Terpopuler