Pekanbaru, Hariantimes.com - Langit kampus Universitas Islam Riau (UIR) di Pekanbaru tampak biasa saja pada Jumat (16/05/2025).
Tapi di dalam ruang sidang Senat, sebuah keputusan besar telah lahir keputusan yang akan menandai babak baru dalam sejarah panjang kampus kebanggaan masyarakat Riau.
Setelah masa kepemimpinan Prof Syafrinaldi yang sukses mengantar UIR menyandang predikat Unggul serta menorehkan prestasi-prestasi akademik membanggakan, kini tongkat estafet akan segera berpindah. Salah satu nama yang disebut sebagai calon kuat penerus adalah sosok yang telah lama berkecimpung di jantung kampus yakni Assoc Prof Dr Admiral SH MH.
Saat ini, Assoc Prof Dr Admiral SH MH menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Kerja Sama, dan Dakwah Islamiyah. Sebelumnya, ia juga pernah memimpin Fakultas Hukum, menandakan jejak kepemimpinannya tak singkat dan tak sempit.
Namun, jalan menuju kursi rektor bukan tanpa persaingan. Dua nama lain yang tak kalah berpengalaman ikut serta dalam kontestasi akademik ini: Prof Dr H Nurman SSos MSi dan Prof Dr Ir Ujang Paman MAgr. Ketiganya akan bersaing dalam pemilihan yang dijadwalkan berlangsung pada awal Juni 2025.
Siapakah yang akan dipercaya menakhodai UIR ke depan? Satu hal yang pasti, estafet ini bukan hanya tentang jabatan, tapi tentang harapan dan arah baru bagi kampus yang terus bertumbuh.
Admiral bukan hanya nama di atas kertas pemilihan rektor. Di balik gelar akademiknya yang lengkap dan formal, tersembunyi cerita tentang ketekunan, kedisiplinan, konsistensi, dan cinta terhadap dunia ilmu hukum.
Perjalanan intelektualnya dimulai dari tanah yang sama tempat ia kini berdiri membangun: Fakultas Hukum Universitas Islam Riau. Ia lulus sebagai pemuncak pada tahun 2004, sebuah prestasi yang menandai awal dari kiprah panjangnya.
Tak menunggu lama, Admiral melanjutkan studi magister di kampus yang sama, kembali menjadi lulusan terbaik pada tahun 2007. Gelar doktor pun diraihnya satu dekade kemudian, dari Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Bandung.
Tapi Admiral bukan sekadar akademisi pencetak gelar. Sejak 2005, ia telah menjadi pengajar di Fakultas Hukum UIR, membidangi Hukum Perdata dan Hukum Bisnis. Di ruang kelas, ia dikenal tegas namun membangun. Di luar kelas, ia mulai mengukir peran sebagai pemimpin.
Langkahnya di dunia struktural dimulai sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (2008–2016), lalu sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik (2016-2017). Kepercayaan terus mengalir, ia memimpin fakultas sebagai dekan dari tahun 2017-2020 dan tahun 2020-2021. Setelah itu hingga kini, ia dipercaya menjadi Wakil Rektor.
Jejaknya bukan hanya panjang, tapi juga teratur dan penuh dedikasi. Kini, ketika namanya disebut sebagai calon rektor, banyak yang tak terkejut. Karena bagi mereka yang mengenalnya, Admiral telah lama menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba—melainkan hasil dari pijakan demi pijakan yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Admiral tak lahir dari pusat kota besar. Ia tumbuh di Bagansiapiapi, kota kecil di Rokan Hilir yang lebih dikenal karena sejarah perikanannya daripada percaturan akademiknya. Namun dari kota itulah ia membawa semangat besar untuk menjelajah, belajar, dan memberi arti pada dunia.
Di kampus, ia bukan sekadar akademisi. Di balik aktivitas mengajarnya, Admiral dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai organisasi, baik di lingkungan internal maupun eksternal. Ia menjabat sebagai Ketua Bidang Hukum dan Advokasi pada Pengurus Besar Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI), sekaligus memimpin Pengprov FOPI Riau. Ia juga tergabung dalam Asosiasi Dosen Hukum Acara Perdata (ADHAPER) dan sejumlah organisasi lainnya yang mengindikasikan luasnya jejaring dan kiprah intelektualnya.
Rekam jejaknya bukan hanya lokal—tapi menembus batas negara. Ia menjadi bagian dari komunitas akademik global melalui berbagai program internasional. Pada tahun 2025, ia diundang sebagai Visiting Professor and Fellow di Delhi University, India. Sebelumnya, ia telah berbagi ilmu di Fachhochschule Dortmund dan Universität der Bundeswehr München, Jerman. Bahkan, pada tahun 2023–2024, ia dipercaya menjadi Co-Supervisor dan Co-Examiner untuk tesis sarjana di Jerman—sebuah bentuk pengakuan terhadap kualitas keilmuannya.
Prestasinya juga diakui di tanah air. Pada 2019, ia meraih Peringkat I Dosen Berprestasi di bidang Sosial dan Humaniora dari LLDIKTI Wilayah X, mencakup Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau.
Admiral adalah potret akademisi yang tidak hanya membangun dari dalam, tetapi juga menjejak keluar, membawa nama UIR dan Riau ke panggung yang lebih luas. Ia bukan hanya putra daerah—ia telah menjadi milik dunia pendidikan global.
Tak cukup hanya mengajar dan memimpin, Admiral juga rutin menyuarakan gagasan di berbagai forum ilmiah. Ia kerap tampil sebagai pembicara seminar, pengisi Focus Group Discussion (FGD), hingga pemateri dalam Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) yang digelar Dewan Pimpinan Nasional Peradi bekerja sama dengan Fakultas Hukum UIR. Setiap forum dijadikannya ruang untuk berbagi, menggugah, dan menyemai gagasan hukum yang progresif dan kontekstual.
Komitmennya terhadap isu-isu aktual tampak dari keikutsertaannya dalam Training of Trainer (ToT) Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme, yang diadakan di Jakarta dan Bogor pada tahun 2024. Bagi Admiral, akademisi tak boleh hanya berdiam di menara gading. Ia harus hadir di tengah dinamika sosial, menjadi bagian dari solusi.
Sebagai dosen, ia produktif menulis. Fokus kajiannya membentang dari kontrak elektronik dan e-commerce hingga isu perlindungan data pribadi—tema-tema kekinian yang menuntut kepekaan pada transformasi hukum di era digital.
Kini, dengan rekam jejak akademik dan organisatoris yang telah ia tempuh, Admiral melangkah ke medan yang lebih besar: pencalonan Rektor Universitas Islam Riau periode 2025–2029. Ia mengusung semangat keberlanjutan, membawa visi yang selaras dengan cita-cita besar UIR 2041: to be a world class Islamic university based on iman and takwa.
Apakah ia akan menjadi nahkoda berikutnya? Waktu dan pemilihan akan menjawab. Namun satu hal pasti: jejak yang ditinggalkannya tak mudah diabaikan.(*)