Bengkalis, Hariantimes.com - Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bengkalis Bagus Santoso menikmati masa cuti dengan aktifitas blusukkan spesial ke kelompok petani (poktan) Desa Pinggir.
Pada kesempatan itu, Bagus Santoso turut bahagia melihat kegigihan poktan menggarap potensi agrikultur yang subur.
Dan menyatakan akan selalu hadir mendorong petani mengembangkan potensi lahan yang dimilikinya. Dan inilah pahlawan bangsa yang sejatinya. Mereka mandiri mempertahankan kedaulatan pangan bukan hanya untuk keluarga, tapi sebenarnya menyumbangkan untuk bangsanya.
"Mari kita garap potensi desa yang nyata di depan mata kita. Jangan memaknai bekerja itu kalau jadi karyawan dab pegawai saja, jadi petani lebih bahagia," ajak Bagus Santoso.
Dikatakan Bagus Santoso, potensi tanah lokasi Kilometer (Km) 2 Desa Pinggir memang cocok untuk agrikultur. Meski masih lebih banyak warga yang tetap konsisten berkebun karet. Salah satunya Pakde Rianto yangvberhasil menanam dan memanen Terong dan Cabe. Dari hasil kebun Terong ini, Pakde Rianto menghasilkan pendapatan sekaligus menciptakan lapangan kerja.
"Saya ini memang cocok jadi petani. Saya enggak suka jadi karyawan. Karena terikat dan pasti akena suruh-suruh. Saya petani bebas. Kapan mau kerja dan kapan mau santai," ujar Pakde Rianto semangat.
Sekarang Pakde Rianto menanam 700 Terong Madu dan 1.500 Lombok. Modal untuk menanam Terong hanya Rp600 ribu. Usia pohon Terong 1 tahun. Bulan ketiga sudah panen perdana dalam satu minggu panen 2 kali atau 8 kali panen per bulan.
Sekarang Pakde Rianto setiap panen menghasilkan 90 Kg. Terong harga jual rata- rata Rp6 ribu hingga Rp8 ribu/ Kg. Dengan menanam 700 pohon Pakde Rianto mendapatkan cuan Rp1 jutaan perminggu atau Rp4 juta perbulan atau lebih besar dari gaji karyawan pabrik atau pegawai tenaga honorer. Belum lagi dari hasil panen Lombok dan lainnya.
Pakde Rianto bersama Poktan lainnya pernah boming panen lombok 1 ton perminggu. Hanya saja harganya pas anjlok Rp15 ribu perkilogram. Kendala yang dihadapi petani bukan cara mengolah tanah menjadi subur mereka sudah ahlinya. Problem besarnya adalah di pemasaran.
"Lahan disini sangat cocok untuk Cabe, masalahnya memang pemasaran. Petani akhirnya tak berani menanam lebih banyak," jelas Rewin Nainggolan, petani
muda multi talenta.
Menurut Rewin Nainggolan yang juga membuka usaha wisata Safari Pinggir Alam, petani sudah paham dan cakap sejak mengolah sampai panen. Petani akan sedih jika musim panen harga anjlok. Dari pengalaman tersebut ia dan para petani berencana akan mengeringkan hasil panen ketika harga anjlok.
"Kami akan mendirikan Koperasi, dari sinilah ketemu solusinya. Koperasi nanti yang akan membeli," katanya.(*)