Pekanbaru, Hariantimes.com - Presiden
Penyair perempuan Indonesia, Kunni Masrohanti kembali menerbitkan buku puisi tunggal berjudul Kotau.
Ini merupakan buku Kunni yang keempat, setelah tahun lalu menerbitkan Calung Penyukat, tahun 2016 Perempuan Bulan dan tahun 2011 Sunting.
Ketiga buku terdahulunya tersebut selalu mendapat tempat. Sunting menjadi buku puisi terbaik dan meraih Anugerah Sagang 2011, Perempuan Bulan masuk nominator Anugerah Sagang 2016, dan Calung Penyukat masuk 16 buku terpuji Hari Puisi Indonesia (HPI) 2019 dari lebih 700 buku puisi yang diterima panitia HPI.
Kotau sendiri berisikan 79 puisi yang semuanya berakar pada budaya dan tradisi masyarakat adat Rantau Kampar Kiri di Kabupaten Kampar, Riau. Sebagiannya juga bercerita tentang sejarah Rantau Kampar Kiri yang megah di zaman Kerajaan, yakni Kerajaan Gunung Sahilan yang kokoh pada abad 17 hingga 1946. Sampai saat ini, Kerajaan Gunung Sahilan masih berdiri dengan kedaulatan raja bergelar Raja Adat.
Berbagai adat, tradisi, sejarah dan budaya Rantau Kampar Kiri tergambar jelas dalam puisi-puisi Kunni kali ini. Membaca Kotau, sama artinya dengan membaca Rantau Kampar Kiri. Ada puisi yang bercerita tentang alam, Lubuk Larangan, Sompah Sotieh, Turun Mandi, memandikan jenazah di sungai atau Mandi Terakhir, Hutan Larangan, Mancokau Ikan, Bagulung Hiligh, Pasomban, Menyanggai Sitawar, Damak Tam Kas, dan masih banyak lainnya.
''Inilah jalan untuk ikut merawat tradisi, khususnya di Rantau Kampar Kiri, yakni jalan puisi. Semoga buku ini betmanfaat bagi masyarakat,'' kata Kunni.(*)