Kanal

Firdaus: Taman Laut Bunaken Segitiga Terumbu Karang Dunia

Manado, Hariantimes.com - Kawasan hutan Indonesia luasnya 125 juta hektare (ha). Dari 125 juta ha itu, sekitar 28 juta ha merupakan kawasan konservasi, 35 juta ha kawasan hutan lindung dan 70 juta ha kawasan hutan produksi.

Dan kawasan konservasi yang 28 juta ha itu, dibagi menjadi 512 unit pengelolaan. 54 di antaranya adalah Taman Nasional (TN). Dari 54 taman nasional itu, 7 di antaranya taman nasional laut. Dan taman nasional laut antara lain Pulau Seribu, Karimun Jawa, Togean, Wakatobi, Takabonerate, Teluk Cendrawasih dan Bunaken.

"Nah, kawasan Taman Nasional (TN) Bunaken, Sulawesi Utara masuk dalam kawasan konservasi. Bahkan taman laut Bunaken ini merupakan segitiga terumbu karang dunia, karena memiliki keragaman hayati yang luar biasa yakni sekitar 390 spesies yang terdiri dari berbagai spesies ikan, moluska, reptil dan mamalia laut ada di TN Bunaken ini," ungkap Kepala Sub Bagian Publikasi Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Firdaus SS MAP pada acara meeting point dalam rangka kunjungan jurnalistik menggali potensi ekowisata di taman nasional yang berlangsung di ruangan pertemuan Kantor Balai TN Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, Jumat (27/09/2019).

Firdaus menjelaskan, taman nasional itu merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli yang dikelola dengan sistem zonasi. Dimana ada zona inti, zona rimba, zona pemanfaatkan, zona tradisional dan zona religi.

Sementara itu, Kepala Kasubag TU TN Bunaken, Niko Loli menyampaikan, Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem laut Indonesia yakni meliputi padang rumput laut, terumbu karang dan ekosistem pantai. Taman nasional ini didirikan pada tahun 1991 dan meliputi wilayah seluas 890.65 km persegi. Dan 97 persen dari taman nasional ini merupakan habitat laut. Sementara 3 persen sisanya merupakan daratan meliputi lima pulau yaitu Bunaken, Manado Tua, Mantehage, Naen dan Siladen.

Di Taman Nasional Bunaken ini, katanya lagi, dapat ditemui spesies alga antara lain Caulerpa, Halimeda dan Padina.  Sementara spesies rumput laut yang banyak ditemui adalah Thalassia hemprichii, Enhallus acoroides dan  Thalassaodendron ciliatum. 

"Taman Nasional Bunaken juga memiliki berbagai spesies ikan, mamalia laut, reptil, burung, moluska dan mangrove. Disamping itu, sekitar 90 spesies ikan tinggal di perairan wilayah ini. Bahkan di daratan, pulau ini kaya akan Arecaceae, sagu, woka, silar dan kelapa. Selain itu, Taman Nasional Bunaken juga memiliki spesies hewan yang tinggal di daratan, seperti rusa dan kuskus. Hutan mangrove di taman ini menjadi habitat bagi kepiting, lobster, moluska dan burung laut," beber pria kelahiran Toraja ini seraya mengatakan, Taman Nasional Bunaken ini tak hanya punya potensi wisata laut saja. Tapi juga wisata bakau di salah satu pulau yakni Mantehage.

"Khusus untuk ekowisata mangrove Pulau Mantehage, Balai TN Bunaken sudah saat ini sudah menyiapkan pemanfaatannya menjadi Mangrove Park. Kami akan melengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti mangrove trail, Visitor Information Center, Building Research serta toilet, menara pandang dan pengamatan burung," paparnya.

Menurutnya, aktivitas wisata alam di Mantehage dapat dilakukan dengan menyusuri wisata bakau dengan katinting (perahu tradisional) masyarakat, pengamatan burung (bird watching), interpretasi jasa lingkungan dan sebagainya.

"Pengembangannya ke depan akan dilakukan dalam dua konsep, wisatawan nanti bisa melihat keindahan mangrove lewat darat dan perairan," katanya.

Niko menjelaskan, Mantehage merupakan salah satu pulau yang masuk kawasan konservasi Balai Taman Nasional Bunaken (BTNB). Pulau tersebut jadi tempat hidup warga di empat desa, juga berbagai satwa yang dilindungi.

Potensi terbesar pulau ini adalah hutan bakau dengan luas lebih dari 1.300 hektare. Dengan kemudahan akses dari Dermaga Grand Lauley, Dermaga di Wori, dan dekat dengan Pulau Bunaken, juga tentunya berada di kawasan TN Bunaken.

 "Balai Taman Nasional Bunaken juga sudah memulai melakukan kegiatan pengayaan Mangrove di Pulau Mantehage. Sebanyak 1.500 bibit bakau ditanam di Desa Tinongko, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara," ungkap Niko.(*)


Penulis: Zulmiron

Berita Terkait

Berita Terpopuler