Webinar Pers dan Covid-19, Ketum PWI: Ditawari Suntik Vaksin, Saya Siap Jadi Orang yang Pertama


Dibaca: 1078 kali 
Rabu, 16 Desember 2020 - 23:32:25 WIB
Webinar Pers dan Covid-19, Ketum PWI: Ditawari Suntik Vaksin, Saya Siap Jadi Orang yang Pertama Webinar Pers dan Covid-19 yang ditaja PWI Riau, SPS Riau, SKK Migas Sumbagut serta dukungan KKKS yang ada di Riau, Rabu (16/12/2020) pagi.

Pekanbaru, Hariantimes.com - Pandemi Covid-19 hingga saat sekarang masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Bahkan trennya cenderung semakin meningkat

Yang mana angka positivity ratenya hampir mencapai 20 persen. Jauh melebihi angka warning yang disampaikan oleh WHO, dimana positivity rate itu minimum ada di angka 5 persen.

"Yang saya baca studi di Korea saat ini membuktikan bahwa persebaran Covid-19 jusru efektif di restoran. Karena restoran cenderung ber-AC dan kita pada saat itu tidak pakai masker. Sehingga sisa-sisa kita berbicara itu beredar di ruangan kafe ataupun restoran," sebut Spesialis Pratama Dukungan Bisnis SKK Migas Sumbagut Yanin Kholison mengawali sambutannya saat membuka kegiatan webinar Pers dan Covid-19 yang ditaja Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau, Serikat Perusahaan Pers (SPS) Riau, SKK Migas Sumbagut serta dukungan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ada di Riau, Rabu (16/12/2020) pagi.

Kegiatan webinar ini digelar selama 2 hari yakni mulai Rabu (16/12/2020) dan Kamis (17/12/2020). Di hari pertama, antusias peserta cukup banyak yakni diikuti 149 wartawan. 

Berdasarkan informasi yang didapat, katanya, salah satu penyebab trend penyebaran Covid-19 salah satunya ada di restoran. Dan ini merupakan tantangan besar bagi semua yang masih suka nongkrong atau ngopi di warung, ternyata itu menjadi satu catatan khusus.

"Hari ini merupakan hari menjelang akhir tahun di 2020. Selama ini kita terus melakukan kolaborasi kerjasama antara industri hulu migas dengan rekan-rekan media yang ada di Riau. Untuk itu mewakili seluruh K3S di Riau yang juga turut hadir dalam acara ini seperti dari Chevron, BOB, SPR Langgak, PHE Siak, PHE Kampar mengucapkan terimakasih atas kolaborasi yang sudah berlangsung di tahun 2020 ini. Terlebih kita masih di masa keprihatinan dan di masa pandemi kita terus bisa beraktivitas dan Alhamdulillah acara yang kita gagas semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Tentu ini menjadi catatan bagi kita yang terbiasa dengan budaya lama, kita harus belajar melakukan adaptasi di masa pandemi covid-19 dengan cara-cara baru yang saya pikir memerlukan satu proses yang tidak sebentar. Yang kita anggap remeh, ternyata ini sangat penting di masa pandemi. Inilah yang memunculkan kekhawatiran andai kita terus lengah dalam situasi pandemi, maka kita menjadi bagian orang yang mungkin tidak bertanggungjawab dalam mensukseskan bencana pandemi. Karena hanya dengan kebiasaan baru, kita bisa meredam penyebaran Covid-19,"  papar Yanin Kholison.

Untuk tema hari ini, menurut Yanin Kholison, dinilai penting juga karena peran media, peran jurnalis saat ini tetap harus berjalan di masa Covid-19.

"Karena itulah saya mengucapkan terimakasih atas partisipasi PWI dalam mengusung tema ini. Dan juga kami ucapkan terimakasih untuk narasumber kompeten yang hadir hari ini. Mudah-mudahan dengan berbagai narasumber yang hadir hari ini bisa menambah semangat dan motivasi rekan jurnalis yang ada di Riau untuk menghadapi situasi dimana kita harus bergerak seeperti biasa di masa Covid-19 ini," ujar Yanin Kholison.

Untuk hari pertama, adapun narasumber yang hadir adalah Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir Apt MM. Sementara moderator webinar ini langsung dikendalikan oleh Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang.

Di sesi pertama, Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari menegaskan, wartawan sebagai garda terdepan dalam memberikan informasi pandemi Covid-19. Tidak perlu beropini, tapi tulis sesuai kode etik dan fakta di lapangan, terutama terkait dengan vaksinasi. 

"Jika secara teknis kurang tahu, minta informasi dari mereka yang lebih paham dan ahli. Jadilah wartawan yang netral. Saya juga tidak tahu dan paham Covid-19 dan Vaksin, tapi saya juga tidak mau beropini dan selalu meminta penjelasan kepada yang lebih ahli. Tapi kalau saya ditawari suntik vaksin, saya siap jadi orang yang pertama,’’ tutur Atal S Depari.

Dikatakan Atal, peran wartawan terhadap perubahan perilaku saat ini adalah mengkampanyekan protokol kesehatan kepada masyarakat dan mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan di lapangan. 

"Kita sebagai wartawan diharapkan membuat berita keberhasilan, mengevaluasi kelemahan. Mengangkat berita keteladanan dan membuat berita-berita kisah sukses masyarakat di tengah pandemi Covid-19," ujar Atal sembari meminta wartawan membuat berita tidak hoax. Selain itu wartawan harus menjernihkan informasi yang menyesatkan yang beredar di media sosial atau media massa tentang perubahan perilaku dan protokol kesehatan Covid-19. 

"Sebelum sebuah berita akan dimuat, terlebih dahulu melakukan verifikasi yang mendalam," katanya.

Sementara pada sesi kedua, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Dra Hj Mimi Yuliani Nazir Apt MM memaparkan penanganan Covid-19 di Provinsi Riau. Mulai ketersedian fasilitas isolasi mandiri seperti ruang inap,obat-obatan hingga jumlah data terkini pasien Covid -19, serta jumlah jatah vaksin untuk Riau, dan bagaimana sistem pendistribusiannya nanti. 

Terkait kapan pandemi Covid-19 akan berakhir, Mimi menegaskan tidak tahu.
 
"Jika ditanya kapan berakhir? Kita tidak tahu kapan akan berakhirnya. Karena 213 negara juga terpapar pandemi Covid-19 ini,’’ katanya. 

Mengenai kedatangan vaksin di Indonesia sebanyak 1,2 juta dosis vaksin jadi dari Sinovac Biotech yang kini berada di fasilitas ruang penyimpanan khusus PT Bio Farma (Persero), sebut Kadiskes, ini belum termasuk jatah untuk Provinsi Riau, yang dijanjikan akan mendapatkan 4 juta dosis. 

"Pendistribusian untuk Riau, belum lagi.  Vaksin yang datang akan diprioritaskan nantinya untuk penangganan di Propinsi yang tingkat kasus Covid-19 positifnya cukup tinggi seperti Pulau Jawa dan Bali,’’ jelas Kadiskes.

Lalu siapa saja akan menjadi prioritas pertama dalam pemberian vaksin itu nanti di Riau? Mimi menyebutkan, mereka yang berada di garda terdepan yaitu, tenaga medis, TNI, pegawai, serta mereka yang berusia di atas 58 tahun, yang dianggap berusia lanjut dan merupakan kelompok yang paling rentan terinfeksi virus corona.

"Pendistribusian vaksin dari pusat nantinya langsung ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Dan selanjutnya akan didistribusikan ke Diskes Kabupaten, secara berjenjang ke didistribusikan ke puskesmas kota, dan kecamatan dan desa. Mengingat vaksin merupakan produk biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu, Dinas Kesehatan Provinsi Riau memang harus menyiapkan segala sesuatunya. Ini kami lagi persiapan. Karena pendistribusian vaksin itu juga berproses. Saat ini vaksin sedang dilakukan persetujuan untuk penggunaan, EUA oleh BPOM sesuai scientific dan ketentuan perundang-undangan," jelasnya. 

Soal harga vaksin nantinya, Mimi mengaku belum tahu. Karena vaksin yang datang saat ini dibiayai oleh negara. Pemberian gratis, khusus mereka yang masuk prioritas berada di garda terdepan tadi. 

"Soal harga, saat ini belum ada informasinya. Kita menunggu kebijakan pemerintah, apakah akan gratis diberikan ke masyarakat, atau berbayar belum ada informasi soal itu,’’ ujar Mimi.(*)