Perihal Penegakan Hukum, Menteri Siti: Perusahaan Terlibat Karhutla, Pasti Diberikan Sanksi


Dibaca: 1378 kali 
Ahad, 19 Juli 2020 - 07:17:02 WIB
Perihal Penegakan Hukum, Menteri Siti: Perusahaan Terlibat Karhutla, Pasti Diberikan Sanksi Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar secara khusus melakukan pertemuan dengan Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setia Imam Efendi, dalam rangka pemantapan upaya pencegahan karhutla secara permanen, Sabtu (19/07/2020).

Pekanbaru, Hariantimes.com - Sejak adanya penguatan sanksi hukum, maka perusahaan wajib memiliki secara lengkap sarana dan prasarana, ahli lingkungan, bahkan tenaga teknis untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). 

Untuk ini, perusahaan harus berinvestasi cukup besar dan wajib dipenuhi. Karena itu, tidak semua sanksi harus langsung dalam bentuk pencabutan izin.

"Pemerintah itu posisi utamanya melakukan pembinaan masyarakat, termasuk di dalamnya swasta. Pemerintah tidak bisa main hajar, harus sesuai prosedur tentunya. Yang jelas perusahaan terlibat karhutla, pasti diberikan sanksi, baik administratif, pidana ataupun perdata," tegas Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK Dr Ir Siti Nurbaya Bakar MSi menjawab pertanyaan wartawan perihal penegakan hukum saat melakukan.kunjungan kerja
secara khusus untuk melakukan konfirmasi penyelesaian karhutla secara primer di Provinsi Riau, Sabtu (19/07/2020).

Menurut Menteri Siti, memang tidak gampang. Karena harus meningkatkan pengetahuan dan menyediakan ahlinya. Termasuk yang sudah inkrah pun tidak mudah. Namun yang penting penegakan hukum diterapkan baik administratif, pidana ataupun perdata. Tujuannya memaksa perusahaan mengikuti standar yang diterapkan.

"Kita mendapatkan solusi dari perjalanan rumit karhutla di Riau. Kita banyak belajar di kejadian 2015 dan akan terus ditingkatkan lebih baik lagi ke depan. Sinergisitas dengan lembaga penegak hukum lainnya juga terus dilakukan. Hal tersebut sudah dilakukan KLHK sejak tahun 2015 dengan terbentuknya Dirjen Penegakan Hukum," ujar Menteri.

Pasca karhutla 2015, beber Menteri, berbagai langkah koreksi atau corrective action telah dilakukan. Selain dalam bentuk berbagai kebijakan krusial, peningkatan operasional kerja tim satgas karhutla, juga telah dilakukan antisipasi dengan memanfaatkan sistem deteksi peringatan dini.

"Selanjutnya kami membahas peningkatan partisipasi Masyarakat Peduli Api (MPA) melalui pendekatan masyarakat berkesadaran hukum (Paralegal). Ini merupakan tahapan penting dari jalan panjang memantapkan upaya pencegahan Karhutla secara permanen," ungkap Menteri Siti.

Dikatakannya, karhutla tahun 2015 telah memberi banyak pembelajaran bagi pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, untuk melakukan berbagai corrective action pengendalian karhutla hingga ke tingkat tapak. Di tingkat operasional lapangan juga semakin dikuatkan kerjasama antar anggota satgas yang melibatkan Polri, TNI, BNPB, MPA, Swasta dan kelompok masyarakat lainnya.

"Provinsi Riau sudah memiliki sistem dashboard pemantau karhutla yang baik. Sehingga mampu berjalan bersama Manggala Agni, BPBD dan instansi terkait lainnya untuk melakukan sistem pengendalian Karhutla. Karena itu, pencegahan karhutla di Riau sudah dilakukan KLHK bersama BPPT dan para mitra sejak tanggal 13 sampai 30 Mei dengan teknik modifikasi cuaca, untuk rekayasa jumlah hari hujan guna membasahi gambut, mengisi embung dan kanal. Selanjutnya dalam waktu dekat akan dilakukan TMC oleh BNPB dan BPPT sebagai antisipasi fase kritis II karhutla yang diprediksi BMKG puncaknya terjadi pada bulan Agustus nanti," ulas Menteri Siti seraya menyampaikan, pengendalian karhutla juga tidak terlepas dari tata kelola gambut, dan pertanian dengan sistem kearifan lokal. 

"Saya juga minta pendalaman Kapolda, bagaimana kondisi Babinsa, Babhinkamtinbas, bagaimana konflik yang terjadi di lapangan, seperti apa penyelesaian di tingkat lapangan, ini semua tadi kita bahas," kata Siti.(*)