Manager Regional Riau PT Audy Teknologi Indonesia, Uwes Syukurni, menjenguk Muhammad Fathier Risky di RS Prima Pekanbaru, Selasa (11/11/2025). Pekanbaru, Hariantimes.com - Kasus kecelakaan kerja yang menimpa teknisi jaringan internet di Pekanbaru, Muhammad Fathier Risky (20) akhirnya mendapat respon serius dari perusahaan tempatnya bekerja.
Karyawan PT Audy Teknologi Indonesia, vendor resmi penyedia layanan My Republic ini menjadi korban tersengat listrik bertegangan tinggi milik PLN saat menarik kabel jaringan internet di Jalan Siak II, Pekanbaru, Selasa (28/10/2025) lalu.
Akibat insiden itu, 46 persen tubuh Fathier terbakar dan kini ia masih dirawat intensif di RS Prima Pekanbaru, kamar Tulip 532 lantai 5.
Menanggapi kejadian tersebut, Manager Regional Riau PT Audy Teknologi Indonesia, Uwes Syukurni, datang langsung dari Semarang untuk menjenguk korban, Selasa (11/11/2025). Kedatangannya disambut haru oleh ibunda korban, Ruri Ria Sari.
Dalam kunjungan itu, Uwes menyampaikan permohonan maaf dan memastikan perusahaan akan bertanggung jawab penuh atas seluruh biaya pengobatan hingga Fathier sembuh.
“Pertama kami minta maaf atas kejadian ini. Ke depan akan kami perbaiki. Memang sempat ada miskomunikasi dengan pihak keluarga karena admin kantor di Pekanbaru tidak merespons chat dan telepon selama empat hari,” ujar Uwes saat ditemui wartawan di Pekanbaru.
Ia menegaskan, seluruh tunggakan biaya rumah sakit telah dilunasi, dan Fathier tetap akan menerima gaji selama masa perawatan. Bahkan, setelah sembuh, Fathier dijamin tetap bekerja di perusahaan tersebut.
“Perusahaan bertanggung jawab penuh. Saya akan tetap di Pekanbaru selama tiga hari untuk memastikan semua urusan selesai,” tambahnya.
Terkait BPJS Ketenagakerjaan, Uwes mengakui sempat terjadi keterlambatan aktivasi. Status BPJS Fathier baru aktif pada 29 Oktober 2025, sementara kecelakaan terjadi sehari sebelumnya, 28 Oktober 2025.
“Karena itu tidak bisa diklaim ke BPJS. Tapi kami tetap menanggung semua biaya pengobatan,” jelasnya.
Sebagai langkah perbaikan, seluruh 76 karyawan PT Audy Teknologi Indonesia kini telah didata ulang dan dipastikan aktif dalam BPJS Ketenagakerjaan, agar kejadian serupa tidak terulang.
Ibu korban, Ruri Ria Sari, mengaku lega setelah manajemen datang dan berjanji menanggung penuh biaya perawatan anaknya.
“Kami senang karena akhirnya ada kejelasan. Tapi kami berharap janji perusahaan benar-benar ditepati sampai anak saya sembuh. Luka bakarnya berat dan berpotensi cacat permanen, jadi butuh waktu dan biaya besar,” ujarnya penuh harap.
Sementara itu, Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru akan menggelar rapat dengar pendapat (hearing) pada Rabu (12/11/2025) untuk meminta keterangan resmi dari manajemen perusahaan, PLN, dan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemko Pekanbaru.
Sekretaris Komisi IV DPRD Pekanbaru, Roni Amriel SH MH menegaskan, undangan sudah dikirim ke semua pihak, termasuk Diskominfo, Dinas PUPR, Dinas Perkim, DPMPTSP, dan PLN Pekanbaru.
“Kami ingin mendengar langsung penjelasan perusahaan. Karena sempat sebelumnya mereka dianggap tidak bertanggung jawab. Kita juga akan cek perizinannya lewat OPD terkait,” tegas Roni.
Politisi Golkar ini juga menyoroti tanggung jawab My Republic sebagai pemberi kerja utama.
“Meski dikerjakan vendor, tanggung jawab keselamatan tenaga kerja tetap di bawah kendali My Republic. Mereka tidak bisa lepas tangan,” tegasnya.
Roni memastikan, Komisi IV akan mengawal kasus ini hingga tuntas, agar hak-hak pekerja dan aspek keselamatan kerja benar-benar dijamin oleh semua perusahaan penyedia layanan internet di Pekanbaru.
Insiden ini bermula ketika Fathier bersama rekannya menarik kabel jaringan internet di Jalan Siak II, sekitar pukul 14.43 WIB. Tanpa disadari, tangan kanannya menyentuh kabel listrik PLN yang melintang di atas lokasi kerja.
Sekejap kemudian, tubuh Fathier tersengat listrik dan terlempar ke tanah. Dalam kondisi kritis, rekan-rekannya langsung membawanya ke RS Prima Pekanbaru untuk mendapatkan pertolongan medis.
Kini, dengan dukungan penuh dari perusahaan dan perhatian publik, keluarga berharap pemulihan Fathier berjalan lancar dan menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar keselamatan kerja di lapangan tidak lagi diabaikan.(*)