Pekanbaru, Hariantimes.com - Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FK Unri) menggelar Lokakarya Perumusan Visi, Misi, dan Kurikulum Program Studi S3 Ilmu Kedokteran di Auditorium Maharaja Indera, Kampus FK Unri, Senin (07/07/2025).
Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam upaya pengembangan pendidikan kedokteran lanjutan di Sumatera.
Lokakarya ini bertujuan untuk menyusun arah pengembangan Program Doktor Ilmu Kedokteran yang lebih inovatif, adaptif, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.
Dekan FK Unri, Prof dr Arfianti M.Biomed MSc PhD yang secara resmi membuka acara tersebut dalam sambutannya menyampaikan, program ini adalah bagian dari komitmen FK Unri dalam mencetak generasi kedokteran masa depan yang unggul secara akademik dan profesional.
“Fakultas Kedokteran Universitas Riau berkolaborasi dengan para akademisi, praktisi, dan mitra lintas sektor untuk menciptakan pendidikan berkualitas dan berorientasi pada kemajuan bangsa,” ujar Prof Arfianti.
Lokakarya ini merupakan respons terhadap kebutuhan akan pendidikan doktoral yang relevan di bidang kedokteran di wilayah Sumatera. Hingga kini, baru terdapat empat program sejenis di pulau tersebut, menjadikan inisiatif FK Unri sebagai langkah strategis dan penting.
Program ini disiapkan untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya menjadi akademisi, tetapi juga ilmuwan peneliti dan perumus kebijakan yang kompeten di tingkat nasional maupun regional.
Visi dari program doktoral ini sejalan dengan arah besar FK Unri yang menargetkan menjadi fakultas kedokteran terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2035. Penyusunan visi dan misi dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Dalam pemaparannya, pimpinan fakultas menjelaskan bahwa persiapan dokumen kurikulum dan akademik telah dilakukan sejak awal tahun. Diskusi kelompok terfokus (FGD) menjadi salah satu metode yang digunakan untuk menjaring masukan konstruktif dari berbagai pihak.
Masukan datang dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, universitas-universitas lokal, serta lima fakultas kedokteran yang ada di Pekanbaru. Hal ini menunjukkan keterlibatan multipihak dalam menyusun arah dan konten kurikulum program.
Program ini akan mencakup tiga bidang utama yaitu ilmu biomedis, kedokteran klinis, dan kesehatan masyarakat. Pendekatan multidisipliner ini diharapkan membuka ruang riset dan kolaborasi yang lebih luas bagi para mahasiswa doktoral.
Dekan FK Unri menyampaikan harapannya agar lulusan program ini mampu berkiprah tidak hanya sebagai pengajar, namun juga sebagai inovator dalam kebijakan kesehatan dan pengembangan riset kedokteran.
Nomenklatur “Ilmu Kedokteran” dipilih untuk mencakup berbagai disiplin, termasuk kedokteran klinik, biomedik, dan kesehatan masyarakat. Hal ini sekaligus membuka fleksibilitas dalam peminatan dan metode riset mahasiswa.
Fakultas juga berharap adanya dukungan konkret dari pemerintah daerah, terutama dalam bentuk fasilitas pendidikan di rumah sakit serta bantuan beasiswa tugas belajar bagi calon mahasiswa doktoral.
Penelitian translasional, yakni penelitian yang langsung dapat diterapkan dalam pelayanan kesehatan, menjadi salah satu fokus utama yang akan dikembangkan melalui program ini.
Hasil dari lokakarya ini akan dirumuskan ke dalam dokumen resmi yang akan menjadi dasar pengajuan pembukaan program studi ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Waktu pelaksanaan program dijadwalkan akan dimulai setelah proses administrasi dan akreditasi selesai.
Program S3 Ilmu Kedokteran ini juga membuka peluang besar bagi para dosen dan dokter spesialis yang berdomisili di Pekanbaru dan sekitarnya, sehingga mereka dapat melanjutkan studi tanpa harus berpindah ke luar daerah.
“Lulusan harus mampu menjawab tantangan sistem kesehatan dan riset masa kini. Oleh karena itu, kompetensi yang dirancang dalam kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna lulusan,” ujar Prof Arfianti.
Ketua Panitia Lokakarya, Dr dr Wiwit Ade Fidiawati M Biomed Sp PA menyampaikan, lokakarya ini dirancang untuk merumuskan visi dan misi yang tidak hanya akademis, tetapi juga kontekstual dengan tantangan kesehatan global dan lokal.
“Kegiatan ini adalah bagian penting dari proses peningkatan mutu pendidikan doktoral. Kami ingin lulusan program ini tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga berdaya saing dalam dunia riset dan pelayanan masyarakat,” ujarnya.
Lokakarya dihadiri ratusan peserta, termasuk Kepala Dinas Kesehatan dari seluruh kabupaten dan kota se-Riau, praktisi kesehatan, asosiasi profesi seperti IDI, serta pimpinan perguruan tinggi dan lembaga adat Melayu Riau.
Diskusi yang berlangsung selama lokakarya berjalan intensif dan produktif. Ragam perspektif yang dihadirkan memberi warna dalam proses penyusunan visi dan misi serta arah kurikulum yang akan diajukan ke Kementerian Pendidikan.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, FK Unri berharap bahwa Program Studi S3 Ilmu Kedokteran ini menjadi lompatan strategis dalam membangun ekosistem pendidikan dan riset kedokteran yang lebih maju dan inklusif di wilayah Sumatera.(*)