Pekanbaru, Hariantimes.com - Jaga Zona Pertanian, Perekonomian dan Perindustrian (Jaga Zapin) merupakan program bermakna bagi Provinsi Riau.
Karena Jaga Zapin telah memberikan ruang bagi seluruh stakeholder untuk berperan aktif membenahi tata kelola perkebunan sawit secara menyeluruh.
"Keberadaan Jaga Zapin merupakan kunci nyata kepedulian dan keberpihakan Kejati Riau terhadap sektor perkebunan khususnya kelapa sawit. Untuk itu, kita semua berharap agar langkah-langkah kolaborasi antara pemerintah daerah, Kejati Riau, Polda Riau dan stakeholder lainnya dapat membuahkan hasil yang signifikan bagi masyarakat dalam pembangunan daerah dan juga pembangunan nasional," sebut Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar dalam Forum Group Discussion (FGD) "Jaga Zapin" sebagai upaya mengatasi permasalahan di sektor perkebunan sawit di Provinsi Riau serta penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Bupati/Walikota dan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) se wilayah Riau di Gedung Satya Adhy Wicaksana Kejaksaan Tinggi Riau, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Pekanbaru, Senin (11/09/2023).
Gubri mengatakan, pertumbuhan ekonomi Riau sangat bergantung dengan harga tandan buah segar (TBS) sawit. Kalau anjlok harga sawit, pasti pertumbuhan ekonomi rendah.
"Sekarang pertumbuhan ekonomi kita cukup naik 4,88 persen dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kita termasuk urutan 7 nasional, yang terpenting kesejahteraan petani naik. Jadi ini membuktikan terjadinya peningkatan," jelas rang nomor satu di Provinsi Riau itu
Kemudian, Mantan Bupatik Siak dua periode itu menyampaikan, menurut data statistik tahun 2020 Provinsi Riau memiliki luas wilayah 8,9 juta hektare dengan jumlah penduduk saat ini 6,83 juta jiwa. Lalu disampaikan, Riau memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang beranekaragam termasuk tambang dan juga perkebunan kelapa sawit.
Potensi tersebut, lanjutnya, merupakan modal bagi daerah untuk mewujudkan kondisi ekonomi lebih makmur dan sejahtera dimasa yang akan datang. Satu diantara SDA unggulan Riau adalah sektor perkebunan yang memiliki 5 komoditi utama. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam satu dekade terakhir sektor perkebunan menjadi penggerak utama perekonomian Provinsi Riau. Bahkan saat negara dilanda Covid, hanya sektor perkebunanlah yang tetap tumbuh positif dalam berkontribusi terhadap ekonomi Indonesia.
"Dapat kita pahami bersama bahwa besarnya pengaruh perkebunan kelapa sawit ini disebabkan sebaran lahan perkebunan yang merata disetiap kabupaten/kota, dengan melibatkan 823.026 KK petani. Jika satu KK terdiri dari 4 orang maka sekitar 3,3 juta orang menggantungka hidupnya dari perkebunan kelapa sawit atau sekitar 49,6 persen dari jumlah penduduk Provinsi Riau," imbuhnya.
Lebih lanjut disampaikan, pembangunan perkebunan kelapa sawit telah memberikan manfaat lagsung maupun tidak langsung bagi masyarakat daerah dan nasional. Disamping itu, ucapnya, keberadaannya telah berkontribusi signifikan dalam mengurangi jumlah penduduk miskin dan pengangguran.
"Maka dari itu, meyelesaikan persoalan-persoalan yang terdapat dalam sektor perkebunan ini menjadi perhatian kita bersama. Tentunya untuk memperjuangkan kesejahteraan bagi rakyat kita," sebut Gubri.(*)