Monumen 75, Tonggak Sejarah Kelapa Sawit di Riau


Dibaca: 994 kali 
Kamis, 25 Mei 2023 - 15:32:22 WIB
Monumen 75, Tonggak Sejarah Kelapa Sawit di Riau Delegasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau yang dipimpin Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang di lokasi monumen 75, Kamis (25/05/2023)

Inhu, Hariantimes.com - Monumen 75 yang berlokasi di areal perusahakan kelapa sawit, PT Tunggal Perkasa Plantition (PT TPP) Sungai Lala Kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) merupakan tonggak sejarah kelapa sawit di Provinsi Riau.

Bagaimana tidak? Karena di area ini pula lah tanaman kelapa sawit dengan jenis Marihat ditanam, yakni awal tanam tahun 1975. Dan hingga sekarang tanaman sawit tersebut masih tumbuh dan terus berproduksi.

Kepala Kebun PT TPP Eka Setia Permana kepada rombongan delegasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau yang dipimpin Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang  di lokasi monumen 75, Kamis (25/05/2023) menjelaskan, tahun 1911terdapat tiga perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang berada di Air Molek, Riau. Perusahaan tersebut adalah NV Cultur Maatachappij Indragiri milik Swiss, Indragiri Rubber Limited (IRL), dan Klawat Syndicate yang merupakan joint venture antara perusahaan Inggris dengan Strut Company Malaysia.

Ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) pada tahun 1963 dan pengelolaannya diserahkan kepada PT Perkebunan Indragiri (PT PI) yang kemudian dilikuidasi kembali oleh pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Kulit Aceh Raya Kapten Markam (PT Karkam).

Tahun 1973 masa kontrak PT Indragiri Raya telah habis sehingga PT Indragiri Raya dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian pada tahun 1973 dan dipecah menjadi PTP IV, Perluasan desa, PT Tunggal Investment. Tahun 1975 PT Tunggal Investmen mulai beroperasi dengan komoditi olah berupa karet dan kelapa sawit. PT Tunggal Investmen diubah menjadi PT Tunggal Perkasa Plantations pada tahun 1979.

“Kami sengaja mempertahankan tanaman sawit yang ditanam pada tahun 1975 seluas 1,5 hektar dengan jumlah pokok sejumlah 208 untuk mengenang sejarah,” ungkap Eka Setia Permana. 

Turut hadir Community Developmen Officer (CDO) PT TPP, Hadi Sukoco, SVP Communication and Public Affair PT Astra Agro Lestari Tbk, Tofan Mahdi dan Community Development Area Manager (CDAM), Dede Putra Kurniawan.

sementara Community Developmen Officer (CDO) PT TPP, Hadi Sukoco melanjutkan, dengan mengetahui sejarah, kita bisa mengetahui dari mana berasal dan kemana akan menuju.

Menurutnya, tanaman ini juga masih menghasilkan. “Tanaman ini masih dipanen secara rutin dan masih menghasilkan TBS,” lanjutnya. Ia menuturkan yield tanaman tahun 1975 ini 20 ton TBS per hektar per tahun. (*)